ADVERTISEMENT
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
Jumat, Maret 24, 2023
  • Login
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Pigai, Say No to Racism

Sabtu 9 Januari 2021 | 16:54
7 min read
10.1k
SHARES
31.5k
VIEWS
ADVERTISEMENT
Natalius Pigai, Say No to Racism

Pigai, Say No to Racism, kolom oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior tinggal di Surabaya.

PWMU.CO – “Dua hal yang paling saya benci di dunia ini, rasisme dan negro …” Gerr … tawa pun meledak, karena joke itu dianggap lucu, padahal sebenaranya pahit dan kurang ajar.

Rasisme itu mendarah dan mendaging. Terinternalisasi dan menjadi habitus. Jika Anda seorang rasis deep down di dalam hati, maka dalam kondisi normal hal itu bisa dikontrol atau dependam.

Tapi, sikap itu tiba-tiba muncul tanpa disadari, seperti kondisi psikologis Freudian ketika seseorang “tak sengaja” mengumpat. Saat itulah ketahuan bahwa seseorang itu rasis asli.

Pekan ini ada dua pernyataan rasis yang sangat tidak pantas dilontarkan di ranah publik. Satu oleh seorang politikus nomaden bernama Ruhut Sitompul, dan satunya pagi oleh seorang PSK (pekerja sosmed komersial).

Sasarannya satu orang, yaitu Natalius Pigai, putra Papua, mantan komisioner Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia).

Ruhut merujuk Pigai dengan sebutan “congor kau”. Lalu menambahkan, “Kaca saja takut lihat gantengnya kau.” Permadi Arya lebih tajam lagi, menyebut Pigai, “Sudah selesai belum evolusi kau.”

Bagi manusia yang paham mengenai rasisme, dua pernyataan itu sudah sangat jauh berada di luar nalar. Hanya orang-orang bebal, tak berperasaan, dan tidak paham mengenai rasisme yang tega mengucapkan hal itu.

Tidak ada humor atau pun joke dalam rasisme. Pernyataan sekecil apapun mengenai ras adalah penghinaan. Ungkapan “congor” mungkin biasa bagi masyarakat Jawa Timur. Tapi, bagi masyarakat di luar Jawa Timur ungkapan itu sangat tidak pantas karena “congor” hanya pantas disebutkan untuk mulut sapi.

Kalau Ruhut menganggap ungkapan “Kaca pun takut lihat gantengnya Pigai” sebagai humor, bisa dipastikan bahwa selera humornya rendah. Itu memang sudah ketahuan dari peran-perannya sebagai si Poltak dalam sinetron-sinetron murahan di televisi. Itu adalah “dark humor” humor kelam yang tidak patut dilontarkan di ruang publik.

Juga pernyataan Permadi Arya yang menyebut soal evolusi adalah penghinaan telanjang yang, tentu saja, seribu persen tidak lucu. Menyebut evolusi secara tersirat Permadi Arya menyamakan Pigai dengan simpanse atau monyet.

Pada Agustus 2008 silam di Surabaya terjadi insiden rasial terhadap mahasiswa Papua di Surabaya gegara dugaan rasisme terhadap mahasiswa Papua. Insiden itu meluas menjadi demonstrasi anti rasisme dan pembakaran dan pengrusakan di Manokwari, Sorong, dan beberapa kota di Papua. Seseorang ditangkap dan ditahan di Surabaya karena dianggap menginisiasi tindakan rasis itu.

Apa yang dilakukan Ruhut dan Permadi Arya terhadap Pigai secara substansi tidak beda dengan makian rasis yang terjadi di Surabaya, meskipun reaksinya tidak sekeras di Surabaya dan tidak ada politisasi yang menunggangi kasus itu.

Bangun kebangsaan Indonesia ini masih rapuh dan sering terancam oleh sikap rasisme tersembunyi maupun terbuka. Sungguh mengherankan Ruhut dan Permadi yang sering berteriak “Aku Pancasila” dan “NKRI Harga Mati” ternyata tidak paham bahwa rasisme adalah ancaman paling berbahaya bagi Pancasila dan NKRI. Rasisme akan membuat Pancasila tidak ada artinya dan NKRI akan bubar.

Kalau mengacu pada Pak Ndut maka core of the core Pancasila adalah kesatuan dalam keberagaman, Bhinneka Tunggal Ika. Ini mengharuskan penghormatan terhadap keberagaman suku, ras, agama, budaya yang berbeda-beda di Indonesia. Tidak peduli ente Batak yang kawini sama Jawa (lalu cerai), atau ente orang Papua berkulit legam, semuanya punya harkat kehormatan yang sejajar dan setara tanpa beda.

NKRI juga hanya bisa utuh dan menjadi harga mati kalau didasarkan pada kesetaraan derajat dan kesamaan cita-cita, yang menyatukan seluruh warga negara dalam cita-cita yang sama. Dari Sabang sampai Merauke keberbedaan yang mencolok hanya bisa disatukan oleh sebuah angan-angan yang sama. Kita menjadi “komunitas terbayang” imagined community yang rapuh kalau tidak didasari oleh kesetaraan derajat dan kesamaan perlakuan.

Hantu-Hantu Rezim Indonesia

Otoritarianisme Orde Baru sadar betul bahwa ancaman terbesar terhadap Pancasila dan NKRI adalah rasisme. Karena itu rasisme adalah barang haram yang tidak boleh disentuh apalagi dimakan. Rasisme dijadikan tabu nasional yang wajib dihindari. Rasisme menjadi common enemy, musuh bersama, yang harus dihadapi dengan segenap daya.

Karena itu Orde Baru merumuskan tabu nasional dalam akronim SARA, yaitu suku, agama, ras, dan antar-golongan. Jangan sentuh empat tabu itu. Orde Baru mempertahankan tabu itu dengan kekuatan represif karena sadar betul akan bahaya latennya.

Ziblatt dan Levitsky dalam “How Democracies Die” menyebut bahwa sebuah rezim otoritarian akan menciptakan hantu untuk menakut-nakuti rakyat dan memberi legitimasi kepada rezim untuk memperpanjang kekuasaannya.

Ferdinand Marcos dan Soeharto sama-sama memakai hantu komunisme untuk melanggangkan rezimnya. Hasilnya lumayan. Marcos bisa berkuasa 21 tahun sejak 1965 sampai ditumbangkan oleh people power 1986.

Soeharto lebih kreatif lagi dari Marcos. Ia menciptakan hantu lain yang tidak boleh disentuh. Jangan sentuh jubah raja. Begitu ungkapan terhadap “Raja Soeharto”. Jangan sentuh Cendana, jangan sentuh ABRI, jangan sentuh isu SARA. Kau sentuh jubah raja kelar hidup loe. Soeharto bertahan 32 tahun dengan hantu-hantu itu.

Rezim Jokowi kurang lebih sama saja. Ada hantu-hantu yang diciptakan untuk mempertahankan rezim. Hantu Islam radikal dan Islam populis, hantu khilafah, hantu FPI, dan hantu-hantu yang lain.

Tapi SARA tidak masuk dalam skenario hantu nasional. Entah wacana ini tidak dipahami oleh rezim atau memang tidak paham ancaman serius SARA dan rasisme.

Say No to Racism di Olahraga

Ini sekadar reminder saja bagaimana rasisme begitu dimusuhi di luar sana, di Amerika dan Eropa, dan kampanye besar-besaran dilakukan untuk membersihkan rasisme. “Say No to Racism“, “Katakan Tidak pada Rasisme” menjadi tema di mana-mana termasuk di olahraga.

Di Liga Sepakbola Inggris pemain asal Uruguay, Edinson Cavani, dihukum tiga kali tidak boleh bermain “hanya” karena tidak sengaja membuat posting di medsos yang dinilai rasis. Setelah memenangkan sebuah pertandingan dengan mencetak dua gol Cavani memeroleh banyak ucapan selamat dari fansnya.

Cavani pun membalasnya dengan unggahan “Gracias Negritos”, harfiah artinya “Terima Kasih, Si Hitam”, dan arti gaulnya semacam “Terima Kasih, Bro”.

Tapi, ungkapan “Negritos” dianggap rasis dan disamakan dengan “Negro”, sebuah ungkapan yang betul-betul “haram mughalladh“. Cavani pun harus rela dihukum larangan tiga kali bermain. Teman-temannya di Timnas Uruguay membela Cavani dan menagaskan bahwa tidak ada yang rasis pada ungkapan gaul itu. Tapi, Football Association Inggris bergeming. Vonis sudah jatuh tak bisa diganggu gugat.

Apa yang dilakukan Permadi Arya dan Ruhut Sitompul jauh lebih berat dari Cavani karena Permadi dan Ruhut secara sengaja mempermalukan dan merendahkan Pigai. Permadi menyebut-nyebut evolusi tanpa paham apa maksudnya dan apa implikasinya.

Permadi sangat mungkin tidak pernah membaca Darwin dan tidak paham perdebatan filosofis antara evolutionist vs creationist. Kalau Permadi percaya pada teori evolusi berarti dia tidak percaya kepada penciptaan Tuhan.

Pernyataan rasis Permadi dan Ruhut sangat berbahaya karena bisa menyulut gerakan disintegrasi masyarakat Papua sebagaimana yang terjadi dalam insiden di Surabaya.

Rasisme Terdahsyat

Di level internasional drama rasisme paling dahsyat sudah kita saksikan Rabu (6/1) WIB di Amerika ketika ribuan orang pendukung presiden petahana Donald Trump menyerbu dan menduduki Capitol Hill, DPR-nya Amerika, dan memaksa anggota DPR agar membatalkan hasil pilpres Amerika yang sudah memenangkan pasangan Joe Biden-Kamala Harris.

Seluruh Amerika mengecam anarkisme itu. Di sebuah negara yang sering disebut sebagai kampiun demokrasi yang berusia lebih dari 200 tahun ternyata masih terjadi tindakan anarkis yang tidak beradab.

Pangkal dari anarkisme itu adalah rasisme. Sejak peristiwa kematian George Floyd, Mei 2020, demonstrasi Black Lives Matter menentang rasisme pecah di seantero negeri. Puncaknya adalah kekalahan Trump dari Biden pada pemilihan presiden 3 November lalu. Trump tidak mengakui kekalahan itu dan menggerakkan pendukungnya untuk membatalkan hasil pilpres. Puncaknya adalah pendudukan Capitol Hill itu.

Para pendukung Trump itu pengusung gerakan “White Supremacy” supremasi ras kulit putih yang membenci kulit hitam dan kulit berwarna. Presiden Trump yang sudah putus asa karena tidak punya jalan lagi untuk bisa membatalkan kemenangan Biden akhirnya menghasut pendukungnya supaya menduduki Capitol Hill.

Trump dikecam hebat. Bahkan akun FB-nya di-suspend sampai waktu yang tidak ditentukan. Tidak tanggung-tanggung, founder FB, Mark Zuckerberg sendiri yang menskors Trump. Ketua DPR Nancy Pelosi juga akan memecat Trump melalui impeachment tanpa menunggu penyerahan kekuasaan resmi 20 Januari.

Ruhut dan Permadi Arya harus di-suspend akun medosnya dan wajib meminta maaf terbuka kepada Natalius Pigai, masyarakat Papua, dan bangsa Indonesia.

Menko Polhukam Mahfud MD baru saja membual tentang kehebatan patroli polisi siber yang katanya sangat canggih sehingga bisa meringkus pelaku hate speech dalam waktu dua jam. Permadi dan Ruhut seharusnya sudah diringkus dalam dua jam setelah penghinaannya terhadap Pigai.

Tapi patroli polisi siber itu tampaknya akan lebih banyak mengawasi dan meringkus para pengritik kekuasaan daripada menangkap para rasis seperti Permadi dan Ruhut.

Karena itu polisi siber dikritik karena menjadi pengawas dan pengintai masyarakat seperti gambaran Big Brother dalam karya George Orwell “1984”. Sebagai mantan aktivis seharusnya Mahfud malu memakai Big Brother untuk mengawasi aktivitas kritis warga negara. Alih-alih malu Mahfud malah bangga. Mungkin Mahfud tidak pernah baca “1984” seperti Permadi dan Ruhut yang tidak pernah melihat “The Origin of Species“.

Presiden Joko Widodo harus mengambil tindakan tegas terhadap tindakan rasisme. Presiden Joko tidak boleh membiarkan, diam saja, dan berdalih bukan urusannya. Akibatnya bisa lebih serius dari Trump, impeachment, dan disintegrasi yang mengancam eksistensi NKRI.

Mudah-mudahan Mbak Puan bisa meniru Nancy Pelosi yang berani memecat Trump. (*)

Pigai, Say No to Racism: Editor Mohammad Nurfatoni

Tags: Dhimam Abror DjuraidNatalius PigaiSay No to Racism
SendShare4027Tweet2517Share

Related Posts

Anies Mengukur Gelombang Perubahan dari Jawa Timur

Minggu 19 Maret 2023 | 19:12
416

Anies Baswedan di acara Chief Editor Dialog di Sangri-La Hotel, Kunat (17/3/2023. (Mohammad Nurfatoni/ PWMU.CO)...

Sulap Sepak Bola Indonesia

Jumat 17 Maret 2023 | 08:18
1.2k

Dhimam Abror Djuraid Sulap Sepak Bola Indonesia; Oleh Dhimam Abror Djuraid PWMU.CO - Para pesulap...

Sukadiono atau Tidak Suka-diono

Selasa 27 Desember 2022 | 13:36
1.6k

Dhimam Abror Djuraid Sukadiono atau Tidak Suka-diono oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior. PWMU.CO- Musyawarah...

The Real Winner is Qatar

Selasa 20 Desember 2022 | 18:40
365

Lionel Messi memakai bhist saat menerima trofi Piala Dunia di Qatar. The Real Winner is...

Franchise Muhammadiyah

Jumat 18 November 2022 | 19:22
900

Dhimam Abror Djuraid Franchise Muhammadiyah, Dhimam Abror Djuraid PWMU.CO - Ada dua peristiwa yang terjadi...

Muhammad

Sabtu 8 Oktober 2022 | 20:53
233

Dhimam Abror Djuraid Muhammad tulisan opini Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior. PWMU.CO- Sebuah survei di...

Dirintis KH Djuraid Mahfud, Pembangunan Masjid Al-Manar Akan Jadi Monumen Sejarah Muhammadiyah Surabaya Barat

Kamis 18 Agustus 2022 | 10:35
11.4k

Penampakan Masjid Al-Manar yang sedang dalam proses pembangunan. KH Djuraid Mahfud, Pembangunan Masjid Al-Manar Akan...

Benarkah Tak Ada Islamophobia di Era Jokowi?

Kamis 28 Juli 2022 | 12:41
767

Dhimam Abror: Benarkah Tak Ada Islamophobia di Era Jokowi? Benarkah Tak Ada Islamophobia di Era Jokowi? Kolom oleh Dhimam Abror...

Anwar Sadat yang Di-Firaun-kan dan Kedekatan Pangeran MBS dengan Israel

Rabu 20 Juli 2022 | 16:12
2.6k

Dhimam Abror Anwar Sadat yang Di-Firaun-kan dan Kedekatan Pangeran MBS dengan Israel, kolom oleh Dhimam Abror...

Antara Kisah Yusuf dan Joshua, Kapolri Diuji

Jumat 15 Juli 2022 | 10:38
1.8k

Dhimam Abror Antara Kisah Yusuf dan Joshua, Kapolri Diuji; Kolom oleh Dhimam Abror Djuraid PWMU.CO - Dalam Kitab Suci...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Jadwal Lengkap Imsakiyah Ramadhan 1444/2023 Kota dan Kabupaten Se-Jawa Timur

    11449 shares
    Share 4580 Tweet 2862
  • Inilah 18 Calon PCM GKB Gresik 2022-2027

    19769 shares
    Share 7908 Tweet 4942
  • Din Syamsuddin Kritik Presiden Jokowi yang Larang Pejabat Buka Puasa Bersama

    3180 shares
    Share 1272 Tweet 795
  • Tangan Kanan PP Muhammadiyah

    1564 shares
    Share 626 Tweet 391
  • Di Balik Nama Ramadhan

    1327 shares
    Share 531 Tweet 332
  • Pejabat Dilarang Jokowi Bukber, Begini Tanggapan Sekum PP Muhammadiyah

    1020 shares
    Share 408 Tweet 255
  • Pelantikan PWM dan PWA Jatim bareng Kajian Ramadhan 1444, Berikut Penjelasannya

    937 shares
    Share 375 Tweet 234
  • LPHU, Lembaga Baru PWM Jatim di Bidang Haji dan Umrah

    737 shares
    Share 295 Tweet 184
  • Dalil dan Keutamaan Shalat Tarawih Formasi 4-4-3

    5142 shares
    Share 2056 Tweet 1285
  • Festival Permata Fest Muhammadiyah Wotan, Ini Para Juaranya

    784 shares
    Share 314 Tweet 196

Berita Terkini

  • Tadarus keliling
    Tadarus Keliling Malam Ramadhan di PRM MergayuJumat 24 Maret 2023 | 22:22
  • Es Cantik manis
    Es Cantik Manis Hadir di Market Day MIM 1 PareJumat 24 Maret 2023 | 17:23
  • Terkait Larangan Berbuka Puasa Bersama, begini kata PWM Jatim; Liputan Darul Setiawan, Kontributor PWMU.CO Sidoarjo.
    Terkait Larangan Berbuka Puasa Bersama, Begini Kata PWM JatimJumat 24 Maret 2023 | 17:04
  • Gerebeg Rumah
    Gerebek Rumah Subsidi, Pasarkan Perumahan PCM BabatJumat 24 Maret 2023 | 16:35
  • Tiga alasan PWM Jatim tolak kedatangan Timnas Israel di Piala Dunia U-20; Liputan Darul Setiawan, kontributor PWMU.CO Sidoarjo.
    Tiga Alasan PWM Jatim Tolak Kedatangan Timnas Israel di Piala Dunia U-20Jumat 24 Maret 2023 | 16:13
  • Tarbiyatul Mar'ah
    Tarbiyatul Mar’ah, Program Unggulan AisyiyahJumat 24 Maret 2023 | 16:05
  • Tiga Kontributor PWMU.CO Juara Guru Berprestasi SD AlmadanyJumat 24 Maret 2023 | 15:36
  • Tim Futsal SMPM 9 Watukebo Juara I Bima Cup 2023Jumat 24 Maret 2023 | 15:34
  • Guru SD Muhsida Workshop Implementasi Kurikulum MerdekaJumat 24 Maret 2023 | 15:32
  • Keseruan LDKS MTsM 10 Mojopetung di Mangrove Centre TubanJumat 24 Maret 2023 | 15:25

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
error: Content is protected !!