
PWMU.CO – Ahmad Zainuri, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Madiun pertama pascapemekaran, wafat, Selasa (19/01/2021).
Dihubungi PWMU.CO Rabu (20/1/21) Ketua PDM Kabupaten Madiun H Imam Nawawi MAg mengungkapkan Drs H Ahmad Zainuri MSi PMa wafat di RSUD Dolopo Madiun Selasa pagi.
Ahmad Zainuri yang wafat pada umur 64 tahun dan meninggalkan seorang istri dan dua orang putra itu dimakamkan pada Rabu pukul 09.00 WIB di Pemakaman Umum Desa Banjarsari, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun.
Dia menjelaskan, pada Sabtu (9/1/21) Ahmad Zainuri bersama jajaran PDM lainnya mengikuti bedah buku Banjir Darah Kisah Nyata Aksi PKI terhadap Kiai, Santri dan Kaum Muslimin. Kegiatan itu diselenggarakan Gerakan Rakyat Anti-Komunis (Gerak) Kabupaten Magetan di Aula Ponpes Hidayatullah Magetan.
“Kebetulan beliau punya referensi terkait buku itu. Kemudian beliau membawa copy-annya dan sampai sekarang masih belum dikembalikan. Masih dipinjam oleh Gerak Magetan. Karena untuk melengkapi buku Banjir Darah yang sudah terbit,” ungkapnya.
Hari Selasa (12/1/21), sambungnya, ada informasi Ahmad Zainuri masuk RSUD Dolopo sejak Senin (11/1/21). Kabarnya asam lambung dan diabetesnya kambuh. Hasil pemerikasaan Ahmad Zainuri terpapar Covid-19.
Para pentakziah berada di halaman Masjid An-Nuur Banjarsari dan jalan umum sekitarnya untuk melakukan shalat jenazah. Sementara itu peti jenazah tetap berada di ambulance RSUD Dolopo karena dimakamkan dengan protokol Covid-19.
“Banyak pentakziah yang menitikkan air mata mengenang jasa dan kebaikan almarhum,” ungkap Imam Nawawi yang mengaku juga positif Covid-19.
“Selasa malam sepulang dari PDM saya merasa demam. Kemudian Rabu melakukan rapid test dan hasilnya negatif. Senin (18/1/21) saya mencoba tes swab dan hasilnya positif. Sehingga saya isolasi mandiri di rumah,” ujarnya. Dia termasuk salah satu anggota rombongan PDM Kabupaten Madiun yang ke Magetan.

Tegas dan Disiplin
Bagi Imam Nawawi, almarhum merupakan sosok yang keras, tegas, dan disiplin. Apalagi jika menyangkut masalah akidah Muhammadiyah, maka tidak ada tawar menawar.
“Mulai remaja Pak Zen sudah aktif di Muhammadiyah. Awalnya disuruh sesepuh-sesepuh Muhammadiyah untuk mengantarkan surat. Kemudian mondok di Gontor. Kelas 5 keluar dari pondok Gontor dan memilih sekolah di PGA,” kisahnya.
Di PGA Negeri Rejosari Kebonsari Madiun, Ahmad Zainuri merupakan kakak kelas Imam Nawawi. Lulus PGA sekitar tahun 1975. Kemudian melanjutkan S-1 di IAIN Sunan Ampel Surabaya dan S-2 di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Pemekaran Muhammadiyah Madiun
Pada periode 2015-2020 Ahmad Zainuri menjabat sebagai Wakil Ketua PDM Kabupaten Madiun.
Imam Nawawi menjelaskan, dulu Muhammadiyah Kabupaten dan Kota Madiun masih jadi satu. Saat itu Ahmad Zainuri sudah masuk unsur pimpinan.
“Saya masih di Majelis Tabligh sekitar periode 1980-1990. Sebelum tahun 2005 di beberapa forum pertemuan PDM Madiun diungkapkan tiap kali kegiatan kok hanya berkutat di daerah kota saja. Sementara wilayah kabupaten Madiun itu cukup luas. Setelah ada otonomi daerah, kenapa tidak kita mencoba melakukan pemekaran untuk pengembangan dakwah,” jelasnya.
Akhirnya PDM Kabupaten Madiun terealisasi pada 25 Desember 2004. Pelantikan berlangsung di Gedung PG Rejo Agung dan Ahmad Zainuri sebagai orang yang paling senior terpilih menjadi Ketua PDM Kabupaten Madiun. Menyelesaikan periode itu sampai dengan 2005 kemudian terpilih lagi sebagai ketua periode 2005-2010.
“Saat beliau memimpin, PDM melakukan optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan wakaf. Untuk penambahan amal usaha Muhammadiyah (AUM) memang belum ada. Di bidang ekonomi PDM menggiring PCM agar memiliki usaha. Mulai eranya Pak Zen di PCM Dolopo berdiri Swalayan Samsuna. Kemudian Swalayan Mentari berdiri di PCM Kebonsari,” terangnya.
Pengembangan cabang Muhammadiyah, lanjutnya, juga dilakukan, sehingga terbentuk Pimpinan Cabang Muhammadiyah baru yakni PCM Balerejo.
Pimpin Pimda 216 Tapak Suci
Selain itu Ahmad Zainuri juga dipercaya sebagai Ketua Pimpinan Daerah (Pimda) 216 Tapak Suci Kabupaten Madiun.
“Beliau menjabat Ketua Pimda Tapak Suci selama dua periode. Banyak sekali prestasi tingkat lokal, karesidenan bahkan tingkat nasional yang diraih selama kepemimpinannya,” urainya.
“Muhammadiyah Madiun kehilangan sosok yang luar biasa perjuangannya. Semoga darma baktinya kepada Muhammadiyah dan umat memudahkan jalan beliau menghadap Allah SWT. Amin,” harapnya. (*)
Penulis/Editor Sugiran.