• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
Selasa, Maret 9, 2021
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result
Home Kolom

Politik Islam seperti Gema Teriakan Takbir

Senin 25 Januari 2021 | 10:13
in Kolom
90
SHARES
281
VIEWS
Politik Islam
Ainur Rafiq Sophiaan

Politik Islam seperti Gema Teriakan Takbir oleh Ainur Rafiq Sophiaan, Wakil Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PWM Jawa Timur.

PWMU.CO-Peta politik Islam di Indonesia belakangan ini dipastikan mengalami sedikit perubahan lanskap. Setidaknya ada tiga faktor yang menarik dicermati. Pertama, kehadiran parpol baru yang berbasis Islam, yakni Partai Gelora, Partai Masyumi (Reborn), dan Partai Ummat. 

Kedua, menguatnya oposisi dari masyarakat sipil akibat lumpuhnya fungsi kontrol dari parlemen, seperti hadirnya KAMI (Koalisi Aksi Mednyelematkan Indonesia) yang sudah membuat merah telinga penguasa.

Ketiga, pulangnya Habib Rizieq Shihab dari Saudi Arabia  yang untuk pertama kali dalam sejarah disambut pendukungnya luar biasa sejak dari Bandara Soekarno-Hatta hingga di rumahnya kampung Petamburan, Slipi, Jakarta, Rabu (10/11/2020).

Pertanyaan penting adalah apakah ketiganya bisa dikapitalisasi menjadi sebuah kekuatan determinan dalam peta besar politik Indonesia mutakhir? Menghadapi gaya politik otoritarianisme ala Orde Baru dan pengaruh oligarki ekonomi dan politik yang merugikan rakyat. Mengusik eksistensi umat Islam yang  selama ini dianggap sangat lemah dari sisi ekonomi dan politik.

Pada tahun 1980-an Prof Ahmad Syafi’i Ma’arif pernah membuat  gambaran bahwa umat Islam di Indonesia itu numerical majority, but political minority yang bermakna besar jumlahnya tapi kecil kekuatan politiknya.

Di awal-awal Reformasi  mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah  dan pendiri The Maarif Institute  itu bahkan menyebut parpol-parpol yang  pasca Reformasi jumlahnya puluhan sudah tidak  menarik lagi bicara ideologi.  ”Ideology is dead in politics,”  kata Buya Syafii dalam wawancara eksklusif dengan The Jakarta Post (10/10/2000).

Bersatu dalam Strategi

Sekiranya takaran kekuatan politik Islam diukur dari perolehan jumlah suara parpol berbasis Islam dalam setiap Pemilu, maka jumlahnya sejak Pemilu pertama 1955 tidak pernah mencapai 50 persen. Mentok di angka 42,9 persen. Pemilu 1982 (27,78 persen), 1999 (35,01 persen), 2004 (40,92 persen), 2009 (22,15 persen), 2014 (29,93 persen), dan 2019 (27.04 persen). Itu pun sudah termasuk PAN dan PKB yang lebih plural dibanding PPP, PKS, dan PBB.

Baca Juga:  5 Sikap Muhammadiyah Jatim Tanggapi Rencana Aksi Bela Islam Jilid III, Aksi 212

Ketika terjadi peristiwa monumental Aksi Bela Islam 2 Desember 2016 di Monas Jakarta banyak pihak merasa optimitis bahwa massa berjumlah konon hingga 7 juta orang itu bisa dikonversi menjadi  penggerak utama suara Islam pada Pemilu 2019.

Faktanya, perolehan suara parpol Islam tetap berada di tengahan. Malah, PBB yang secara ideologis lebih dekat dengan psikologi politik mereka hanya mendapat 0,79 persen (1,09 juta suara) terlepas dari manuver Yusril Ihza Mahendra mendukung Jokowi-Ma’ruf pada laga Pilpres 2019.

Apakah gegap gempita politik sekarang akan berimplikasi positif bagi perolehan suara di Pemilu 2024? Tidak mudah menjawab pertanyaan ini. Pengalaman sejarah membuktikan umat Islam paling sulit bersatu secara politik kecuali di masa Masyumi (1945-1960) walaupun unsur NU telah keluar dan mendirikan parpol sendiri di tahun 1952. Toh koalisi mereka (termasuk PSII)  dalam menghadapi PKI dan PNI di dalam dan luar parlemen  tetap solid. Tokoh-tokoh mereka juga bersepakat dalam hal-hal yang strategis dan substantif.

Kehadiran parpol-parpol baru berbasis Islam Partai Gelora, Partai Masyumi (Reborn), dan Partai Ummat juga menyiratkan kembali kegalauan lama sulitnya menyatukan visi dan misi para pemimpin alih-alih  bersatu dalam satu basis kekuatan untuk konslolidasi demokrasi dan membuka kekuatan tawar (bargaining power) umat yang lebih besar.

Diakui atau tidak kehadiran ketiga parpol baru itu lebih disebabkan perpecahan internal partai lama karena persaingan kepemimpinan. Bukan didorong oleh hasrat membangun peta jalan baru politik Islam yang lebih kolegial dan sinergis. Dari awal sudah kental dengan warna parokial (sempit) kendatipun dibalut tagline universal, seperti Partai Ummat dengan slogan ”Menegakkan Keadilan dan Melawan Kezaliman.”

Demikian pula kehadiran kembali Habib Rizieq Shihab di panggung politik akan menjadi teka-teki baru mampukah ”kerumunan massa” yang oleh majalah TEMPO disebutnya sebagai mobokrasi akan berubah menjadi amunisi demokrasi dalam melipatgandakan basis kekuatan politik umat?

Baca Juga:  Pengajian Menarik Cara MTA

Tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Jargon perjuangan baru Revolusi Akhlak yang sangat  menarik itu apakah mampu mengubah akhlak politik para pejabat negara, termasuk Presiden Jokowi, dalam mengelola pemerintahan?

Sekurang-kurangnya bisakah mendorong pemerintahan menciptakan good governance and clean government sehingga tidak dikuasai oleh segelintir kekuatan ekonomi yang mengisap nyaris tak tersisa sumber daya umat.

Civil Society

Sudah menjadi rahasia umum periode kedua Jokowi makin kuat dikuasai segelintir elite politik dan ekonomi (plutokrasi) yang membuat dia tersandera. Atau justru tidak merasa tersandera atau bahkan telah menikmati dengan penyandera itu? Lolosnya Revisi UU KPK, UU Minerba, UU Corona, maraknya gelombang protes RUU HIP, dan terakhir UU Omnibus Law mengukuhkan konstatasi ini.

Sementara itu munculnya gerakan civil society berlabel gerakan moral KAMI sedikit banyak telah membuat gerah pusat Istana. Terbukti belum apa-apa sudah tiga aktivisnya diciduk dengan tuduhan delik pidana UU ITE, yaitu Jumhur Hidayat, Syahganda Nainggolan, dan Anton Permana.

Safari mantan Panglima TNI Jenderal TNI Pur Gatot Nurmantyo juga dipersekusi oleh elemen massa tidak jelas. Fenomena ini cukup menyimpulkan ada kelompok-kepentingan terpendam (vested interest) yang terusik. Dengan kata lain, ada perilaku/moralitas politik menyimpang  yang terancam dengan gerakan ini.

Ketiga faktor di atas kemungkinan akan menjadi gelombang baru politik Islam dengan berbagai persyaratan dan kondisi tertentu. Sebelum itu kita mesti memahami bahwa politik Islam itu juga tergantung bagaimana masyarakat menerjemahkannya apakah politik dalam pengertian ideologis yang ketat (puritan).

Atau diejawantahkan dalam perjuangan menegakkan demokrasi yang menghargai partisipasi, transparansi dan akuntabilitas publik secara luas. Sebab moralitas politik Islam hanya akan berlaku ketika tatanan sosial berjalan baik. Pada tahap ini saja beberapa pemimpin Islam sudah berbeda pendapat.

Tesis Harold Crouch

Energi baru ini akan menjadi amunisi dalam perjuangan politik umat ke depan dengan beberapa catatan. Pertama, para pemimpin Islam di parlemen dan luar parlemen perlu menyatukan langkah yang tidak kontraproduktif bagi konsolidasi demokrasi yang menghargai kelompok mayoritas dengan berbagai hak-haknya yang melekat.

Baca Juga:  Aksi Bela Islam 212 yang Berencana Shalat Jum’at di Monas, Begini Fatwa MUI

Sudah terbukti teori Gunnar Myrdal di tahun 1970-an dengan trickle down effect-nya gagal. Tidak mungkin yang kecil mendorong yang besar. Meninggalkan egoisme pribadi dan kelompok menjadi keniscayaan. Perbedaan tidak identik dengan perpecahan.

Belajar dari studi kegagalan politik Islam yang dilakukan Oliver Roy dalam bukunya The Failure of Political Islam (1994) di negara-negara mayoritas muslim, disebutkan, gerakan-gerakan Islam  telah gagal merespon tantangan modernisasi dengan menawarkan gagasan alternatif. Pada saat yang sama para pemimpinnya juga terjebak pada persaingan pribadi dan mengedepankan kelompoknya.

Kedua, belajar dari perubahan politik besar di republik ini selalu ditandai dengan dinamika internal dalam negeri (termasuk internal pemerintahan) dan desakan/intervensi dari luar negeri.

Pengamat militer Harold Crouch dalam tesisnya (Military and Politics, 1990) menyatakan, perubahan besar politik di Indonesia hanya akan terjadi jikalau ada perpecahan di internal pemerintahan dan  tekanan (pressure) dari luar negeri. Crouch melihatnya pada peristiwa pergantian Orde Lama ke Orde Baru. Tesis ini saya kira juga berlaku pada pergantian Orde Baru ke Reformasi.

Kemenangan Joe Biden dari Partai Demokrat menjadi Presiden AS diperkirakan juga akan berdampak pada politik dalam dan luar negeri Indonesia. Pendulum ke Cina akan dicoba dipaksa kembali melihat AS di tengah persaingan global dua adidaya itu.

Ini sedikit banyak akan mengganggu dominasi oligarki. Kedekatannya dengan pemilih muslim yang lebih dari 80 persen konon Biden akan membuka ruang dialog lebih besar bagi masa depan Islam.

Mampukah para pemimpin Islam di Indonesia membaca ini dengan mengesampingkan ego pribadi dan kelompok masing-masing? Kita lihat saja nanti. Jangan cuma lantang meneriakkan takbir, lalu gemanya hilang disapu angin. (*)

Editor Sugeng Purwanto

Tags: Ainur Rafiq SophiaanAksi Bela IslamPartai Politik Islam
Share36Tweet23SendShare

Related Posts

Pengajian menarik cara MTA
Kolom

Pengajian Menarik Cara MTA

Jumat 26 Februari 2021 | 10:29
540
Kader Tak Terakomodasi PAN, Ini Sikap Muhammadiyah Jatim
Kabar

Kader Tersisih di Musywil PAN, Ini Sikap Muhammadiyah Jatim

Sabtu 19 Desember 2020 | 20:02
1.6k
Partai Ummat Gelombang Umat
Kolom

Partai Ummat Gelombang Umat

Minggu 4 Oktober 2020 | 18:08
3.5k
Jelang Muswil PAN Jatim, pendukung Ahmad rubaie gelar Deklarasi Batu. (Ainur/PWMU.CO)
Kabar

Muswil PAN Jatim Tinggal Ketok Palu, Deklarasi Batu Tuntaskan di Depan

Senin 27 Juli 2020 | 13:20
840
Ahmad Rubai, tengah, bersama beberapa DPD PAN menyongsong Muswil Virtual V. (Ainur Rafiq/PWMU.CO)
Kolom

Muswil Virtual PAN Jatim, Begini Peta Pertarungannya

Selasa 21 Juli 2020 | 08:57
2k
Taman Tsaqifah Bani Saadah tempat pertama menentukan khilafah Islam..
Kolom

Khilafah Islam yang Ditakuti Penguasa Ternyata Begini

Jumat 26 Juni 2020 | 13:22
9.9k

Discussion about this post

Berita Terbaru

Resmi Berdiri, PCIM Hongaria Siap Promosikan Islam Berkemajuan di Eropa

Resmi Berdiri, PCIM Hongaria Siap Promosikan Islam Berkemajuan di Eropa

Selasa 9 Maret 2021 | 12:38
Aisyiyah Siapkan Proyek Percontohan Day Care Lansia

Aisyiyah Siapkan Proyek Percontohan Day Care Lansia

Selasa 9 Maret 2021 | 11:36
Ungkap dalang

Ungkap Terus Dalang KM 50

Selasa 9 Maret 2021 | 08:19
Cerita Lucu di Balik Vaksinasi Guru-Karyawan SMP Musapro

Cerita Lucu di Balik Vaksinasi Guru-Karyawan SMP Musapro

Selasa 9 Maret 2021 | 06:47
Kreasi Batik Menarik ala Play Group Tunas Aisyiyah

Kreasi Batik Menarik ala Play Group Tunas Aisyiyah

Selasa 9 Maret 2021 | 04:35
Pendidikan Luar Sekolah Berbasis Komunitas Ngrayun Timur Diresmikan

Pendidikan Luar Sekolah Berbasis Komunitas Ngrayun Timur Diresmikan

Selasa 9 Maret 2021 | 04:09
Syarat Penting Inovasi: Berdampak!

Syarat Penting Inovasi: Berdampak!

Selasa 9 Maret 2021 | 03:24
75 Siswa Berlian School Kunjungi Arsip Nasional

75 Siswa Berlian School Kunjungi Arsip Nasional

Selasa 9 Maret 2021 | 03:10
BIK Virtual, Biasakan Siswa SD Muhida Bangun Malam

BIK Virtual, Biasakan Siswa SD Muhida Bangun Malam

Senin 8 Maret 2021 | 16:16
Versi Supersemar

Naskah Supersemar ternyata Ada Empat

Senin 8 Maret 2021 | 15:12

Milad PWMU.CO

Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin
Milad PWMU.CO

Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin

Senin 8 Maret 2021 | 13:29
330

Moh. Hilman Sueb: Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin, penulis Moh. Hilman...

Read more
Dari ‘Yang Penting Menulis’ Menjadi ‘Menulis yang Penting Bagus’

Dari ‘Yang Penting Menulis’ Menjadi ‘Menulis yang Penting Bagus’

Jumat 5 Maret 2021 | 21:37
160
Kecanduan Menulis Berita di PWMU.CO

Kecanduan Menulis Berita di PWMU.CO

Rabu 3 Maret 2021 | 08:17
157
Menulis Kehidupan Janda Berbuah Manis

Menulis Kehidupan Janda Berbuah Manis

Selasa 2 Maret 2021 | 05:56
357
Menjadi Penulis Buku berkat PWMU.CO

Menjadi Penulis Buku berkat PWMU.CO

Senin 1 Maret 2021 | 20:21
186

Berita Terpopuler

  • Emil Dardak: Budidaya Porang Sangat Menjanjikan

    Emil Dardak: Budidaya Porang Sangat Menjanjikan

    18956 shares
    Share 7582 Tweet 4739
  • Dakwah Digital Tak Sekadar tentang Konten

    80680 shares
    Share 32272 Tweet 20170
  • KH Abdurrahim Nur dan Sufisme Muhammadiyah

    68937 shares
    Share 27575 Tweet 17234
  • Arloji KW Moeldoko dan KLB Original

    3529 shares
    Share 1412 Tweet 882
  • Teladan Buruk sang Jenderal Pensiunan

    14316 shares
    Share 5726 Tweet 3579
  • Din Syamsuddin: KLB Deli Serdang Rusak Tatanan Demokrasi

    424 shares
    Share 170 Tweet 106
  • Kisah Peluru Menembus Kopiah Ki Bagus Hadikusumo

    452 shares
    Share 181 Tweet 113
  • Ada Apa Shalat di Tanah Air Tak Sekhusyuk di Baitullah?

    129 shares
    Share 52 Tweet 32
  • Perang Terbuka SBY Vs Moeldoko

    126 shares
    Share 50 Tweet 32
  • Moeldoko di Antara Pandemi Politik

    109 shares
    Share 44 Tweet 27
Pwmu.co | Portal Berkemajuan

pwmu.co adalah portal berita dakwah berkemajuan di bawah naungan PT. Surya Kreatindo Mediatama

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Info Iklan

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In