ADVERTISEMENT
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
Kamis, Agustus 18, 2022
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Tuhan: Ia, Dia, atau Beliau?

Kamis 28 Januari 2021 | 15:36
4 min read
552
SHARES
1.7k
VIEWS
ADVERTISEMENT
Rezeki Mahal di Tengah Covid. Kolom ditulis oleh Mohammad Nurfatoni, Pemimpin Redaksi PWMU.CO.
Mohammad Nurfatoni: Tuhan: Ia, Dia, atau Beliau? (Sketsa ulang foto Atho’ Khoiron/PWMU.CO)

PWMU.CO – Tuhan: Ia, Dia, atau Beliau? Seorang kawan melayangkan protes ketika saya menyebut seorang tokoh dengan kata ganti ketiga: ‘dia’. Menurut kawan tersebut, seharusnya saya menggunakan kata ganti ‘beliau’ untuk menghormati yang bersangkutan.

Memang, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesa (KBBI) Edisi V Daring, kata ‘beliau’ adalah pronomina (kata ganti) orang yang dibicarakan (digunakan untuk menghormatinya).

Maksudnya, kata ‘beliau’ digunakan sebagai pengganti pronomina ‘dia’ dengan tujuan menghormati seseorang yang kita bicarakan.

Sedangkan ‘dia’ dalam KBBI V Daring dijelaskan sebagai pronomina persona tunggal yang dibicarakan, di luar pembicara dan kawan bicara; ia.

Dalam kamus Harian DI’s Way, Dahlan Iskan membedakan penggunaan ‘dia’ dan ‘ia’. ‘Dia’ sebagai kata ganti perempuan dan ‘ia’ untuk laki-laki. Penggunaan kata ganti orang ketiga yang berbeda ini sebenarnya berlaku dalam bahasa Arab: Huwa (هُوَ dia laki-laki) dan hiya (هِيَ dia perempuan). Atau dalam bahasa Inggris: he (dia laki-laki) dan she (dia perempuan). Mungkin seperti itu alasan Dahlan Iskan.

Semantara dalam KBBI V Daring, ‘ia’ semakna dengan ‘dia’. Hanya ketika menjelaskan pronomina ‘ia’, kamus rujukan tersebut menambahkan alternatif penggunaan ‘ia’ untuk benda yang dibicarakan. Contohnya: Buku adalah teman setia, ia tidak pernah mengkhianati pemiliknya.

Dahlan Iskan tidak hanya membedakan pemakaian ‘ia’ dan ‘dia’, tetapi juga membedakan penggunaan ‘nya’ sebagai pengganti ‘ia’ (laki-laki) dan ‘nyi’ sebagai pengganti ‘dia’ (perempuan). Rupanya Dahlan Iskan punya eksperimen bahasa sendiri yang dia sebut sebagai kamus DI’s Way.

Dalam unggahan berjudul “Oktober You”, 25 Oktober 2019, Dahlan Iskan menjelaskan, “Kalau saya menulis ‘katanya’ berarti yang mengatakan adalah laki-laki. Sebaliknya, kalau saya menulis ‘katanyi’, berarti yang mengatakan adalah perempuan.”

Hal tersebut berimplikasi pada kasus sejenis, misalnya ‘miliknya’ untuk menyebutkan barang terkait adalah milik seorang laki-laki dan ‘miliknyi’ untuk menyebut milik perempuan.

Tuhan: Dia, Ia, atau Beliau? 

Kembali pada persoalan kata ‘beliau’. Jika mengacu pada alasan kawan saya tadi bahwa penggunaan kata ‘beliau’ untuk lebih menghormati (dari pada ‘dia’ atau ‘ia’), pertanyaannya: mengapa kepada Tuhan kita pakai kata ganti ‘Dia’, bukan ‘Beliau’?

Bukankah Tuhan harus lebih dihormati? Tetapi mengapa dalam terjemahan Kitab Suci, juga dalam percakapan sehari-hari, kita memakai ‘Dia’?

Apakah kalau kita menyebut Tuhan sebagai ‘Dia’, berkurang penghormatan kita? Sebaliknya, jika kita pakai ‘beliau’ sudah siapkah mental kita? Rasanya aneh ya kita dengar, “Katakanlah, Beliaulah Allah yang Maha Esa” untuk mengganti terjemahan Surat al-Ikhlas: 1, “Katakanlah, “Dialah Allah, Yang Maha Esa.”

Seperti keanehan rasa yang saya alamai ketika untuk kali pertama dalam hidup ini (karena kurang baca kali)? Tuhan disebut ‘Beliau’ oleh Putu Wijaya dalam tulisannya di Kompas. Ganjil rasanya.

Yang juga perlu ditanyakan pada Dahlan Iskan, seperti pernah ditanyakan oleh Aris Setiawan dalam kolom Bahasa di Tempo, 21 Desember 2019.

Kata ‘nya’ dan ‘dia’ selama ini juga digunakan sebagai kata pengganti untuk Tuhan atau Allah. Jamak dijumpai: “… kepada-Nya kita berserah.”, “… sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.” (al-Mulk: 19), juga “Dia tidak beranak dan diperanakkan.” (al-Ikhlas: 1-4).

Apakah dengan demikian Tuhan memiliki jenis kelamin? Sebab, ‘nya’ merujuk pada laki-laki, sementara ‘dia’ merujuk ke perempuan. Lalu apakah Tuhan laki-laki atau perempuan?

Tuhan: Dia dan Engkau

Dari cita rasa bahasa, menurut saya, menyebut Allah dengan kata ganti ‘Engkau’ atau ‘Dia’ itu lebih memiliki kedekatan spiritual.

Apalagi Tuhan sudah menunjukkan bahwa diri-Nya dekat dengan hamba-Nya. Seperti dalam firman-Nya Surat al-Baqarah: 186:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Bahkan dalam Surat Qaf 16, Tuhan mengatakan dirinya lebih dekat dari urat leher manusia. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”

Nah kedekatan itu jangan kita buat berjarak dengan penggunaan hierarki bahasa untuk memenuhi unsur kehormatan, lazimnya dalam bahasa Jawa. Mandi misalnya setidaknya memiliki dua tingkatan: adus (ngoko) dan siram (kromo inggil). Belum lagi ‘makan’. Ada dahar, nedo, mangan, dan mbadok.

Kesederajatan itulah sebenarnya spirit yang dibawa oleh bahasa jurnalistik. Maka jangan takut ketika Anda menulis ‘dia’ untuk menyebut ‘kiai’ atau ‘profesor’ dalam tulisan.

Toh, Tuhan saja sudah kita sampung dengan ‘Dia’ dan ‘Engkau’, seperti doa saya ini: “Ya Allah jika Engkau ridha pada tulisan ini, maka berkahilah!”

Sebenarnya menarik untuk mengaitkan tulisan ini dengan hikmah Nabi Muhammad menemukan ke-Engkau-an Tuhan, setelah sebelumnya Nabi Musa menemukan ke-Dia-an Tuhan dan Nabi Isa menemukan ke-Aku-an Tuhan: seperti diajarkan guru sufi Muhammad Zuhri dalam ‘kitab’ Secawan Cinta, Pesan-Pesan Kearifan dari Lereng Muria.

Sayangnya, khawatir terlalu panjang! (*)

Penulis Mohammad Nurfatoni

Tulisan ini mendapat tanggapan dari Bekti Sawiji berjudul Kepada Tuhan: Aku, Saya, atau Kami?

Tags: Kata Ganti Dia dan BeliauKolom Bahasa PWMU.COMohammad NurfatoniRagam Bahasa PWMU.CO
SendShare221Tweet138Share
ADVERTISEMENT

Related Posts

Shalat Berjamaah di Masjid Istiqlal, Imam Dijaga Petugas Keamanan

Sabtu 6 Agustus 2022 | 17:28
298

Sesaat sebelum shalat jamaah Ashar di Masjdi Istiqlal dimulai. Tampak satpam berdiri di pojok kiri...

Subuhan di Masjid Martowidjoyo yang Ramah Difabel

Sabtu 6 Agustus 2022 | 06:48
142

Masjid Martowidjoyo (Mohammad Nurfatoni/PWMU.CO) Subuhan di Masjid Martowidjoyo yang Ramah Difabel; Liputan Mohammad Nurfatoni, kontributor...

Begini Proses Produksi Berita PWMU.CO hingga Melahirkan Penulis Keren

Rabu 3 Agustus 2022 | 18:40
25.6k

Mohammad Nurfatoni (baju Putih) memberikan Kuliah Kunjungan Lapangan mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam...

Amerika Serikat, Pembaca Terbanyak Kedua PWMU.CO

Minggu 31 Juli 2022 | 20:17
144.6k

Amerika Serikat, Pembaca Terbanyak Kedua PWMU.CO; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.    PWMU.CO - Beragam hal Pemimpin...

Di Mana Redaksi PWMU.CO Ngantor Sehari-hari? 

Kamis 28 Juli 2022 | 11:30
540

Mohammad Nurfatoni saat mengajak mahasiswa mencari frasa kata di Google. (Syahroni Nur Wachid/PWMU.CO) Di Mana Redaksi PWMU.CO Ngantor...

Pakaian Ihram Haji Simbol Kesederajatan Manusia

Sabtu 9 Juli 2022 | 08:44
187

Shalat Idul Adha di Halaman Msjid KH Ahmad Dahlan, Gresik. (Mohammad Nurfatini/PWMU.CO) PWMU.CO - Berkumpulnya...

Mabit di Muzdalifah, Jamaah Haji Beratap Langit Beralas Bumi

Jumat 8 Juli 2022 | 22:54
1.4k

Jamaah haji tahun 2017 usai wukuf di Arafah sedang antre bus untuk ke Muzdalifah (Mohammad...

Mengapa Wukuf di Arafah Disebut Puncak Ibadah Haji?

Jumat 8 Juli 2022 | 09:41
561

Salah satu tenda wukuf di Padang Arafah. Foto Haji Tahun 2017. (Mohammad Nurfatoni/PWMU.CO) PWMU.CO – Mengapa...

Tak Sadar Pakai Mikrofon Dobel Bikin Jamaah Gerrr-gerran

Kamis 7 Juli 2022 | 19:25
4.4k

Mohammad Nurfatoni saat memakai mikrofon dobel. (Syahroni Nur Wachid/PWMU.CO) Tak Sadar Pakai Mikrofon Dobel Bikin...

Jamaah Masjid Sujud Diingatkan Karakter Internet yang ‘Khalidina fiha Abadan’

Senin 4 Juli 2022 | 16:32
8.5k

Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni bertausiah di Masjid Al-Fattah Kepatihan Tulungagung (Syahroni Nur Wachid/PWMU.CO) Jamaah...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • PBS Teken MoU dengan King Sejong Institute untuk Smamio

    43066 shares
    Share 17226 Tweet 10767
  • Generasi Rabbani di PCM Bubutan

    8664 shares
    Share 3466 Tweet 2166
  • Haedar Nashir Meresmikan 6 Amal Usaha Muhammadiyah Kediri

    4666 shares
    Share 1866 Tweet 1167
  • SMPM 7 Surabaya Boyong 6 Penghargaan Lomba Hafidh dan Tartil Al-Quran

    4097 shares
    Share 1639 Tweet 1024
  • Refleksi Prof Zainuddin Maliki: Indonesia Belum Merdeka dari Pemburu Rente

    3835 shares
    Share 1534 Tweet 959
  • Lomba Menghias Kelas, Pojok Baca Jadi Keren

    6297 shares
    Share 2519 Tweet 1574
  • SD Mugeb Meluncurkan Gerakan 1000 Damar Kurung

    3885 shares
    Share 1554 Tweet 971
  • Menko PMK Muhadjir Effendi Upacara 17 Agustus di Pesantren Ngruki

    719 shares
    Share 288 Tweet 180
  • Balas Perjuangan para Pahlawan dengan Hal-Hal Positif

    711 shares
    Share 284 Tweet 178
  • Dua Bintang Timnas Piala AFF U-16 Siswa SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta 

    14806 shares
    Share 5922 Tweet 3702

Berita Terkini

  • Peran Ulama, Mulai Berjuang hingga PersekusiKamis 18 Agustus 2022 | 05:21
  • Catatan Kemerdekaan di Masa JokowiKamis 18 Agustus 2022 | 05:00
  • Bakar 77 Kg Bandeng Rayakan HUT Ke-77 Kemerdekaan RIRabu 17 Agustus 2022 | 23:55
  • Lima Tuntunan Mendidik Generasi Islam UnggulRabu 17 Agustus 2022 | 23:26
  • Malam Refleksi Kemerdekaan di Desa Ini Membedah Perjuangan Muhammadiyah UjungpangkahRabu 17 Agustus 2022 | 23:06
  • Siswa Sekolah Kreatif Menganti Bangga Jadi Petugas UpacaraRabu 17 Agustus 2022 | 22:42
  • Tim Paduan Suara MIM 1 Pare Bangkitkan NasionalismeRabu 17 Agustus 2022 | 22:21
  • Berharap Indonesia Baldatun Thayibatun Warabbun GhafurRabu 17 Agustus 2022 | 21:57
  • Wakil Bupati Dompu: SDM Unggul Akan Lahir dari UM BimaRabu 17 Agustus 2022 | 21:20
  • Balas Perjuangan para Pahlawan dengan Hal-Hal PositifRabu 17 Agustus 2022 | 21:11

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In