• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
Selasa, Maret 9, 2021
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result
Home Kolom

Tuhan: Ia, Dia, atau Beliau?

Kamis 28 Januari 2021 | 15:36
in Kolom
92
SHARES
288
VIEWS
Rezeki Mahal di Tengah Covid. Kolom ditulis oleh Mohammad Nurfatoni, Pemimpin Redaksi PWMU.CO.
Mohammad Nurfatoni: Tuhan: Ia, Dia, atau Beliau? (Sketsa ulang foto Atho’ Khoiron/PWMU.CO)

PWMU.CO – Tuhan: Ia, Dia, atau Beliau? Seorang kawan melayangkan protes ketika saya menyebut seorang tokoh dengan kata ganti ketiga: ‘dia’. Menurut kawan tersebut, seharusnya saya menggunakan kata ganti ‘beliau’ untuk menghormati yang bersangkutan.

Memang, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesa (KBBI) Edisi V Daring, kata ‘beliau’ adalah pronomina (kata ganti) orang yang dibicarakan (digunakan untuk menghormatinya).

Maksudnya, kata ‘beliau’ digunakan sebagai pengganti pronomina ‘dia’ dengan tujuan menghormati seseorang yang kita bicarakan.

Sedangkan ‘dia’ dalam KBBI V Daring dijelaskan sebagai pronomina persona tunggal yang dibicarakan, di luar pembicara dan kawan bicara; ia.

Dalam kamus Harian DI’s Way, Dahlan Iskan membedakan penggunaan ‘dia’ dan ‘ia’. ‘Dia’ sebagai kata ganti perempuan dan ‘ia’ untuk laki-laki. Penggunaan kata ganti orang ketiga yang berbeda ini sebenarnya berlaku dalam bahasa Arab: Huwa (هُوَ dia laki-laki) dan hiya (هِيَ dia perempuan). Atau dalam bahasa Inggris: he (dia laki-laki) dan she (dia perempuan). Mungkin seperti itu alasan Dahlan Iskan.

Semantara dalam KBBI V Daring, ‘ia’ semakna dengan ‘dia’. Hanya ketika menjelaskan pronomina ‘ia’, kamus rujukan tersebut menambahkan alternatif penggunaan ‘ia’ untuk benda yang dibicarakan. Contohnya: Buku adalah teman setia, ia tidak pernah mengkhianati pemiliknya.

Dahlan Iskan tidak hanya membedakan pemakaian ‘ia’ dan ‘dia’, tetapi juga membedakan penggunaan ‘nya’ sebagai pengganti ‘ia’ (laki-laki) dan ‘nyi’ sebagai pengganti ‘dia’ (perempuan). Rupanya Dahlan Iskan punya eksperimen bahasa sendiri yang dia sebut sebagai kamus DI’s Way.

Dalam unggahan berjudul “Oktober You”, 25 Oktober 2019, Dahlan Iskan menjelaskan, “Kalau saya menulis ‘katanya’ berarti yang mengatakan adalah laki-laki. Sebaliknya, kalau saya menulis ‘katanyi’, berarti yang mengatakan adalah perempuan.”

Hal tersebut berimplikasi pada kasus sejenis, misalnya ‘miliknya’ untuk menyebutkan barang terkait adalah milik seorang laki-laki dan ‘miliknyi’ untuk menyebut milik perempuan.

Baca Juga:  Pelatihan Bergaya Stand up Comedi di Spemupat Ini Bikin Guru Bersemangat Menulis

Tuhan: Dia, Ia, atau Beliau? 

Kembali pada persoalan kata ‘beliau’. Jika mengacu pada alasan kawan saya tadi bahwa penggunaan kata ‘beliau’ untuk lebih menghormati (dari pada ‘dia’ atau ‘ia’), pertanyaannya: mengapa kepada Tuhan kita pakai kata ganti ‘Dia’, bukan ‘Beliau’?

Bukankah Tuhan harus lebih dihormati? Tetapi mengapa dalam terjemahan Kitab Suci, juga dalam percakapan sehari-hari, kita memakai ‘Dia’?

Apakah kalau kita menyebut Tuhan sebagai ‘Dia’, berkurang penghormatan kita? Sebaliknya, jika kita pakai ‘beliau’ sudah siapkah mental kita? Rasanya aneh ya kita dengar, “Katakanlah, Beliaulah Allah yang Maha Esa” untuk mengganti terjemahan Surat al-Ikhlas: 1, “Katakanlah, “Dialah Allah, Yang Maha Esa.”

Seperti keanehan rasa yang saya alamai ketika untuk kali pertama dalam hidup ini (karena kurang baca kali)? Tuhan disebut ‘Beliau’ oleh Putu Wijaya dalam tulisannya di Kompas. Ganjil rasanya.

Yang juga perlu ditanyakan pada Dahlan Iskan, seperti pernah ditanyakan oleh Aris Setiawan dalam kolom Bahasa di Tempo, 21 Desember 2019.

Kata ‘nya’ dan ‘dia’ selama ini juga digunakan sebagai kata pengganti untuk Tuhan atau Allah. Jamak dijumpai: “… kepada-Nya kita berserah.”, “… sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.” (al-Mulk: 19), juga “Dia tidak beranak dan diperanakkan.” (al-Ikhlas: 1-4).

Apakah dengan demikian Tuhan memiliki jenis kelamin? Sebab, ‘nya’ merujuk pada laki-laki, sementara ‘dia’ merujuk ke perempuan. Lalu apakah Tuhan laki-laki atau perempuan?

Baca Juga:  Kepada Tuhan: Aku, Saya, atau Kami?

Tuhan: Dia dan Engkau

Dari cita rasa bahasa, menurut saya, menyebut Allah dengan kata ganti ‘Engkau’ atau ‘Dia’ itu lebih memiliki kedekatan spiritual.

Apalagi Tuhan sudah menunjukkan bahwa diri-Nya dekat dengan hamba-Nya. Seperti dalam firman-Nya Surat al-Baqarah: 186:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Bahkan dalam Surat Qaf 16, Tuhan mengatakan dirinya lebih dekat dari urat leher manusia. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”

Nah kedekatan itu jangan kita buat berjarak dengan penggunaan hierarki bahasa untuk memenuhi unsur kehormatan, lazimnya dalam bahasa Jawa. Mandi misalnya setidaknya memiliki dua tingkatan: adus (ngoko) dan siram (kromo inggil). Belum lagi ‘makan’. Ada dahar, nedo, mangan, dan mbadok.

Kesederajatan itulah sebenarnya spirit yang dibawa oleh bahasa jurnalistik. Maka jangan takut ketika Anda menulis ‘dia’ untuk menyebut ‘kiai’ atau ‘profesor’ dalam tulisan.

Toh, Tuhan saja sudah kita sampung dengan ‘Dia’ dan ‘Engkau’, seperti doa saya ini: “Ya Allah jika Engkau ridha pada tulisan ini, maka berkahilah!”

Sebenarnya menarik untuk mengaitkan tulisan ini dengan hikmah Nabi Muhammad menemukan ke-Engkau-an Tuhan, setelah sebelumnya Nabi Musa menemukan ke-Dia-an Tuhan dan Nabi Isa menemukan ke-Aku-an Tuhan: seperti diajarkan guru sufi Muhammad Zuhri dalam ‘kitab’ Secawan Cinta, Pesan-Pesan Kearifan dari Lereng Muria.

Sayangnya, khawatir terlalu panjang! (*)

Penulis Mohammad Nurfatoni

Tulisan ini mendapat tanggapan dari Bekti Sawiji berjudul Kepada Tuhan: Aku, Saya, atau Kami?

Baca Juga:  Perubahan Sunnatullah oleh Qada Tasyri'i
Tags: Kata Ganti Dia dan BeliauMohammad NurfatoniRagam Bahasa PWMU.CO
Share37Tweet23SendShare

Related Posts

Presiden yang Terhormat atau Presiden yang Saya Hormati?
Kolom

Presiden yang Terhormat atau Presiden yang Saya Hormati?

Kamis 4 Maret 2021 | 18:54
192
Pengalaman Tak Terlupakan Boyong Keluarga ke Kopdar PWMU.CO
Milad PWMU.CO

Pengalaman Tak Terlupakan Boyong Keluarga ke Kopdar PWMU.CO

Minggu 28 Februari 2021 | 00:01
214
Belum Sebulan Bergabung PWMU.CO, Langsung Dapat Vitamin Menulis
Milad PWMU.CO

Belum Sebulan Bergabung PWMU.CO, Langsung Dapat Vitamin Menulis

Sabtu 27 Februari 2021 | 13:49
174
Empat Trik Dasar Menulis Softnews, Berita Rasa Sastra
Kabar

Empat Trik Dasar Menulis Softnews, Berita Rasa Sastra

Kamis 25 Februari 2021 | 20:59
166
Pesan Terakhirnya tentang Tulisan yang Menggetarkan
Kabar

Pesan Terakhirnya tentang Tulisan yang Menggetarkan

Selasa 23 Februari 2021 | 21:01
180
‘Sulap Kelas Jadi Studio’ Bawa Berlian School Ngopi Bareng Den Budi
Kabar

‘Sulap Kelas Jadi Studio’ Bawa Berlian School Ngopi Bareng Den Budi

Selasa 23 Februari 2021 | 07:26
121

Discussion about this post

Berita Terbaru

Resmi Berdiri, PCIM Hongaria Siap Promosikan Islam Berkemajuan di Eropa

Resmi Berdiri, PCIM Hongaria Siap Promosikan Islam Berkemajuan di Eropa

Selasa 9 Maret 2021 | 12:38
Aisyiyah Siapkan Proyek Percontohan Day Care Lansia

Aisyiyah Siapkan Proyek Percontohan Day Care Lansia

Selasa 9 Maret 2021 | 11:36
Ungkap dalang

Ungkap Terus Dalang KM 50

Selasa 9 Maret 2021 | 08:19
Cerita Lucu di Balik Vaksinasi Guru-Karyawan SMP Musapro

Cerita Lucu di Balik Vaksinasi Guru-Karyawan SMP Musapro

Selasa 9 Maret 2021 | 06:47
Kreasi Batik Menarik ala Play Group Tunas Aisyiyah

Kreasi Batik Menarik ala Play Group Tunas Aisyiyah

Selasa 9 Maret 2021 | 04:35
Pendidikan Luar Sekolah Berbasis Komunitas Ngrayun Timur Diresmikan

Pendidikan Luar Sekolah Berbasis Komunitas Ngrayun Timur Diresmikan

Selasa 9 Maret 2021 | 04:09
Syarat Penting Inovasi: Berdampak!

Syarat Penting Inovasi: Berdampak!

Selasa 9 Maret 2021 | 03:24
75 Siswa Berlian School Kunjungi Arsip Nasional

75 Siswa Berlian School Kunjungi Arsip Nasional

Selasa 9 Maret 2021 | 03:10
BIK Virtual, Biasakan Siswa SD Muhida Bangun Malam

BIK Virtual, Biasakan Siswa SD Muhida Bangun Malam

Senin 8 Maret 2021 | 16:16
Versi Supersemar

Naskah Supersemar ternyata Ada Empat

Senin 8 Maret 2021 | 15:12

Milad PWMU.CO

Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin
Milad PWMU.CO

Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin

Senin 8 Maret 2021 | 13:29
330

Moh. Hilman Sueb: Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin, penulis Moh. Hilman...

Read more
Dari ‘Yang Penting Menulis’ Menjadi ‘Menulis yang Penting Bagus’

Dari ‘Yang Penting Menulis’ Menjadi ‘Menulis yang Penting Bagus’

Jumat 5 Maret 2021 | 21:37
160
Kecanduan Menulis Berita di PWMU.CO

Kecanduan Menulis Berita di PWMU.CO

Rabu 3 Maret 2021 | 08:17
157
Menulis Kehidupan Janda Berbuah Manis

Menulis Kehidupan Janda Berbuah Manis

Selasa 2 Maret 2021 | 05:56
357
Menjadi Penulis Buku berkat PWMU.CO

Menjadi Penulis Buku berkat PWMU.CO

Senin 1 Maret 2021 | 20:21
186

Berita Terpopuler

  • Emil Dardak: Budidaya Porang Sangat Menjanjikan

    Emil Dardak: Budidaya Porang Sangat Menjanjikan

    18956 shares
    Share 7582 Tweet 4739
  • Dakwah Digital Tak Sekadar tentang Konten

    80680 shares
    Share 32272 Tweet 20170
  • KH Abdurrahim Nur dan Sufisme Muhammadiyah

    68854 shares
    Share 27542 Tweet 17214
  • Arloji KW Moeldoko dan KLB Original

    3529 shares
    Share 1412 Tweet 882
  • Teladan Buruk sang Jenderal Pensiunan

    14315 shares
    Share 5726 Tweet 3579
  • Din Syamsuddin: KLB Deli Serdang Rusak Tatanan Demokrasi

    424 shares
    Share 170 Tweet 106
  • Kisah Peluru Menembus Kopiah Ki Bagus Hadikusumo

    452 shares
    Share 181 Tweet 113
  • Ada Apa Shalat di Tanah Air Tak Sekhusyuk di Baitullah?

    129 shares
    Share 52 Tweet 32
  • Perang Terbuka SBY Vs Moeldoko

    126 shares
    Share 50 Tweet 32
  • Moeldoko di Antara Pandemi Politik

    108 shares
    Share 43 Tweet 27
Pwmu.co | Portal Berkemajuan

pwmu.co adalah portal berita dakwah berkemajuan di bawah naungan PT. Surya Kreatindo Mediatama

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Info Iklan

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In