
Berbisnis sebelum Lulus, Remaja-Remaja Ini Beri Contoh ditulis oleh Fathurrahim Syuhadi, Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhamamdyah (PDM) Lamongan.
PWMU.CO – Pandemi Covid-19 telah membolakbalikkan kebiasaan kita selama ini. Termasuk—ini hikmah tersembunyinya—semua bisa dilakukan di rumah dengan penuh kreativitas
Pekerjaan tidak melulu diselesaikan di kantor. Sekolah dan kuliah tidak harus dilaksanakan di kelas reguler.
Kantor dan ruang belajar tidak harus disekat-sekat lagi. Dunia mengglobal tanpa batas. Asal ada sinyal internet semua bisa dilakukan melalui gawai dan sejenisnya dengan segala fasilitasnya.
Begitu juga dengan memiliki usaha. Kalau sebelum wabah pandemi Covid-19, untuk memiliki usaha atau bekerja menunggu lulus sekolah atau lulus kuliah. Sekarang tidak perlu. Kok bisa!
Kreativitas Bisnis Milenial
Fenomena kreativitas generasi milenial dalam enterpreneurship di era wabah pandemi Covid-19 sangat luar biasa. Mereka memanfaatkan waktu luang dengan berselancar di dunia maya untuk mencari peluang bisnis.
Mereka membuat jejaringan pemasaran secara online. Pangsa pasarnya adalah teman sekolah atau kuliah. Teman bermain atau teman aktivitasnya.
Promo usahanya dilakukan dengan sekali tekan melalui media sosial yang dimiliki. Ia mendesain produk dengan tampilan yang sanggat menarik.
Dalam waktu singkat ratusan orang telah membacanya. Dari sekian orang dipastikan ada yang tertarik dengan produknya. Tentu mengundang orang lain untuk segera menikmati produknya.
Dalam pengamatan saya, usaha yang banyak dilakukan generasi milenial saat ini adalah bidang makanan dan minuman. Banyak kreativitas yang mereka lakukan untuk memodifikasi makanan yang biasa biasa menjadi luar biasa.
Salah seorang pelajar SMA Muhammadiyah 1 Babat Lamongan sudah memiliki usaha makanan. Ia mendesain masakan yang berbahan pokok ayam menjadi berbagai bentuk dan aneka rasa. Tentu ini sangat cocok dengan lidah generasi milenial.
Ia melebeli aneka masakannya dengan beberapa varian nama. Misalnya Ayam Pok Pok, Ayam Katsu, Ayam Popcron, dan lain sebagainya.
Ada yang membikin makanan ringan camilan. Ia memberi nama Mie Lidy, Macroni, dan sebagainya. Kemudian ia memasarkan secara online di Instagram, Whatshap, atau Facebook.
Seorang mahasiswa pergutuan tinggi Muhamadiyah (PTM) yang sedang daring di rumah juga memanfaatkan waktu luangnya. Ia membuka usaha aneka minuman yang dijual secara online. Ia memberi nama es teh dengan varian nama seperti Lemon Tea, Milk Tea, Original Tea, dan sebagainya.
GUS Rider
Ada anak-anak aktivis Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang di luar waktu daringnya menjadi tukang GUS Rider. Ia melakukan itu terinspirasi keberhasilan para pengg-Gojek.
Di sisi lain ia bisa membantu usaha makanan temannya di jejaring aktivis IPM. Selain itu ia bisa silaturrahmi dengan sahabat aktivitasnya yang selama beberapa bulan tidak bisa ketemu.
Lebih hebat lagi, Rifqy Iza Fahrizal, aktivis IPM dari Solokuro, Lamongan. Ia mahasiswa semester dua dari salah satu PTM. Rifki mampu membuat aplikasi semacam Go Food yang dia beri nama GUS Rider. Anggotanya hampir seratusan. Mereka adalah para pedagang rumahan dan aktifis IPM. Mereka bersinergi saling membantu dan saling menguntungkan.
Bahkan seorang guru Muhammadiyah di luar pengabdiannya, ikut memanfaatkan waktu luangnya untuk berjualan makanan secara online. Malam harinya ia berbelanja ke pasar membeli ikan segar dan sayuran. Sebelum masuk sekolah daring, ia sudah menyiapkan masakan makan pagi.
Pandemi Covid-19 ini jangan sampai menjadi tidak kreatif. Kita tidak boleh duduk termangu bertopang dagu. Karena kapan wabah ini akan berakhir tidak ada yang tahu.
Kita salut pada anak-anak remaja milineal yang mempunyai dedikasi tinggi. Punya kemauan keras untuk menjadi enterpreniurship. Mereka berinovasi menciptakan produk yang bisa menolong dirinya dan menolong orang lain.
Para orangtua, guru, dan dosen yang anak didiknya sudah mempunyai usaha seharusnya terus diberikan apresiasi dan suport. Karena mereka telah mempunyai kemandirian dengan memiliki usaha.
Mereka telah mempunyai usaha dan tidak harus menunggu lulus sekolah atau kuliah. (*)
Berbisnis sebelum Lulus, Remaja-Remaja Ini Beri Contoh: Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post