
Wajah yang Bercahaya di Hari Kiamat, ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Wajah yang Bercahaya di Hari Kiamat ini berangkat dari hadits riwayat Muttafaqun alaih.
عَنْ نُعَيْمِ بن عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ رَأَى أَبَا هُرَيْرَةَ يَتَوَضَّأُ فَغَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ حَتَّى كَادَ يَبْلُغُ الْمَنْكِبَيْنِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ حَتَّى رَفَعَ إِلَى السَّاقَيْنِ ثُمَّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ فَمَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ. رواه مسلم
“Dari Nu’aim bin Abdullah bahwa dia melihat Abu Hurairah berwudlu, lalu membasuh wajahnya dan kedua tangannya hingga hampir mencapai lengan. Kemudian membasuh kedua kakinya hingga meninggi sampai pada kedua betisnya, kemudian dia berkata,
Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Sesungguhnya umatku datang pada hari kiamat dalam keadaan putih bercahaya disebabkan bekas wudhu. Maka barangsiapa di antara kalian mampu memanjangkan putih pada wajahnya maka hendaklah dia melakukannya’.”
Ghurran Mahajjalin
Ghurran didefinisikan dengan bayadlu wujuhihim binuril wudhu yaumal qiyamah, yakni putih wajah mereka disebabkan cahaya wudlu pada Hari Kiamat.
Sedangkan muhajjalin adalah attahjil bayadlu fii qawaaimil farsi, ista’iru lilbayadli hashil fil yadaini warrijlaini min atsaril wudlu lil insan, yakni belang putih di kaki kuda, yakni berkaitan menjadi putih di kedua tangan dan kaki seseorang dari bekas wudhu.
Niat Berwudhu
Wudhu merupakan bagian dari karakter atau identitas di dalam Islam. Karena wudhu merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi seorang hamba, terutama dalam rangka menjaga kesucian lahir dan batin.
Sehingga niat atau tendensi dalam berwudhu bukan membersihkan badan semata. Akan tetapi wudhu itu juga dapat merasuk dalam jiwa untuk membersihkan berbagai kotoran di dalamnya. Menjaga kesucian lahir dan batin ini merupakan rukun dari sebelum seseorang menghadap untuk bermunajat kepada Tuhannya yaitu ketika hendak shalat.
Al-Quran telah menjelaskan dalam hal ini sebagaimana firman Allah:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قُمۡتُمۡ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ فَٱغۡسِلُواْ وُجُوهَكُمۡ وَأَيۡدِيَكُمۡ إِلَى ٱلۡمَرَافِقِ وَٱمۡسَحُواْ بِرُءُوسِكُمۡ وَأَرۡجُلَكُمۡ إِلَى ٱلۡكَعۡبَيۡنِۚ وَإِن كُنتُمۡ جُنُبٗا فَٱطَّهَّرُواْۚ وَإِن كُنتُم مَّرۡضَىٰٓ أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوۡ جَآءَ أَحَدٞ مِّنكُم مِّنَ ٱلۡغَآئِطِ أَوۡ لَٰمَسۡتُمُ ٱلنِّسَآءَ فَلَمۡ تَجِدُواْ مَآءٗ فَتَيَمَّمُواْ صَعِيدٗا طَيِّبٗا فَٱمۡسَحُواْ بِوُجُوهِكُمۡ وَأَيۡدِيكُم مِّنۡهُۚ مَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيَجۡعَلَ عَلَيۡكُم مِّنۡ حَرَجٖ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمۡ وَلِيُتِمَّ نِعۡمَتَهُۥ عَلَيۡكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. Dan jika kamu junub maka mandilah.
Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (toilet) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih).
Sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (al-Maidah 6)
Wudhu Keisitmewaan umat Muhammad
Bersyukur kita yang dilahirkan sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Karena diberikan banyak kelebihan daripada umat terdahulu.
Di antara keistimewaan itu adalah adanya syariat berwudhu yang tidak hanya berdampak positif di dunia akan tetap sampai di Hari Kiamat. Yaitu ketika matahari didekatkan kemudian setelah itu hilang cahayanya dan jadilah gelap gulita.
Dalam keadaan demikian orang-orang munafik meminta bagian cahaya kepada orang-orang yang beriman.
يَوۡمَ يَقُولُ ٱلۡمُنَٰفِقُونَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتُ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱنظُرُونَا نَقۡتَبِسۡ مِن نُّورِكُمۡ قِيلَ ٱرۡجِعُواْ وَرَآءَكُمۡ فَٱلۡتَمِسُواْ نُورٗاۖ فَضُرِبَ بَيۡنَهُم بِسُورٖ لَّهُۥ بَابُۢ بَاطِنُهُۥ فِيهِ ٱلرَّحۡمَةُ وَظَٰهِرُهُۥ مِن قِبَلِهِ ٱلۡعَذَابُ يُنَادُونَهُمۡ أَلَمۡ نَكُن مَّعَكُمۡۖ قَالُواْ بَلَىٰ وَلَٰكِنَّكُمۡ فَتَنتُمۡ أَنفُسَكُمۡ وَتَرَبَّصۡتُمۡ وَٱرۡتَبۡتُمۡ وَغَرَّتۡكُمُ ٱلۡأَمَانِيُّ حَتَّىٰ جَآءَ أَمۡرُ ٱللَّهِ وَغَرَّكُم بِٱللَّهِ ٱلۡغَرُورُ فَٱلۡيَوۡمَ لَا يُؤۡخَذُ مِنكُمۡ فِدۡيَةٞ وَلَا مِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْۚ مَأۡوَىٰكُمُ ٱلنَّارُۖ هِيَ مَوۡلَىٰكُمۡۖ وَبِئۡسَ ٱلۡمَصِيرُ
“Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: ‘Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu.’
Dikatakan (kepada mereka): ‘Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)’. Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.
Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: ‘Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?’
Mereka menjawab: ‘Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah.
Dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu. Maka pada hari ini tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir. Tempat kamu ialah neraka. Dialah tempat berlindungmu. Dan dia adalah sejahat-jahat tempat kembali.” (al-Hadid: 13–15)
Hadits di atas—dengan kasih sayangnya Rasulullah SAW— menyebut bahwa umatnya akan bercahaya bagian tubuhnya karena bekas wudhu, maka jika kita mampu untuk memperpanjang atau memperluas basuhan wudhunya maka itu lebih utama. Karena kelak dari bekas basuhan wudlunya itu akan bercahaya.
Manfaat Berwudhu
Berwudhu di samping bermanfaat untuk menjaga kesucian lahir dan batin juga berfungsi untuk menggugurkan berbagai kotoran dan dosa-dosa, serta dpat meninggikan derajatnya. Sebagaimana dalam Riwayat yang lain:
“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: ‘Maukah kalian untuk aku tunjukkan atas sesuatu yang dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan dan mengangkat derajat?’
Mereka menjawab, ‘Tentu, wahai Rasulullah.’
Beliau bersabda: ‘Menyempurnakan wudhu pada sesuatu yang dibenci (seperti keadaan yang sangat dingin), banyak berjalan ke masjid, dan menunggu shalat berikutnya setelah shalat. Maka itulah ribath.'” (HR Muslim).
Dalam hal perintah berwudhu, wadhu atau air wudhu yang digunakan haruslah dalam keadaan suci, dari yang suci untuk bersuci maka jadilah suci lahir dan batin. Jika telah berwudhu masih juga belum dapat membersihkan lahir dan batin berarti ada yang salah dalam perilaku wudhunya.
Itulah sebabnya berwudhu juga harus dilandasi niat yang benar yaitu dalam rangka menjaga kesucian lahir dan batin, menjaga hati dan pikiran dari terbersit niat kotor, membersihkan lahir mulai pandangan, lisan, tangan dan seterusnya untuk bersikap dan bertutur kata yang menentramkan dan membangun, bukan malah sebaliknya dengan menyakitkan.
Semoga dengan berwudhu kita dapat melahirkan kebersihan dan kesucian lahir dan batin, dan selalu mejadikan kita instrospeksi diri dengan menjaga amanah diri ini dengan sebaik-baiknya. Amin. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Artikel Wajah yang Bercahaya di Hari Kiamat adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 22 Tahun XXV, 19 Februari 2021/7 Jumadits Tsania 1442.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.
Discussion about this post