SD Muhammadiyah 6 Surabaya SD Muhammadiyah 6 Surabaya SD Muhammadiyah 6 Surabaya
  • Kabar
  • Opini
  • Suara Perserikatan
  • Kajian
  • Feature
  • Khutbah
  • Login
Jumat, Juni 13, 2025
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
lazismu
  • Kabar
  • Opini
  • Suara Perserikatan
  • Kajian
  • Feature
  • Khutbah
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Kabar
  • Opini
  • Suara Perserikatan
  • Kajian
  • Feature
  • Khutbah
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result
Home Kolom

Jepang Bentuk Menteri Urusan Kesepian, Ironi Peradaban Modern

Minggu 21 Februari 2021 | 11:22
in Kolom
1.2k 13
0
404
SHARES
1.3k
VIEWS
SMP Muhammadiyah 5 Surabaya SMP Muhammadiyah 5 Surabaya SMP Muhammadiyah 5 Surabaya
ADVERTISEMENT
Jepang
Denny JA

Jepang Bentuk Menteri Urusan Kesepian, Ironi Era Modern oleh Denny JA, peneliti dan konsultan politik.

PWMU.CO– Inilah ironi peradaban modern. Di tengah kelimpahan ekonomi dan teknologi canggih, justru di era itu hati manusia banyak yang kesepian. Lalu bunuh diri.

Negeri Jepang pun merasa perlu mengangkat seorang menteri dengan tugas tak biasa. Mencari solusi penduduknya yang kesepian. Mencari jalan keluar mengurangi tingginya angka bunuh diri.

Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga baru saja menunjuk Tetsushi Sakamoto menjadi Menteri Urusan Kesepian. Sebab isolasi sosial era pandemik covid-19 menambah jumlah bunuh diri di Jepang yang sebelumnya sudah tinggi.

umsurabaya umsurabaya umsurabaya
ADVERTISEMENT

Tahun lalu, Jepang mencatat 2.153 kematian akibat bunuh diri pada Oktober. Padahal angka kematian akibat pandemi covid-19 – pada 27 November 2020 – hanya 2.087.

Perdana Menteri Suga mengatakan, wanita lebih menderita akibat isolasi sosial. Jumlah yang bunuh diri naik signifikan. Menteri baru ditugasi mengidentifikasi apa yang sebenarnya terjadi. Lalu mencari kebijakan terukur dan komprehensif untuk mengatasinya.

Sakamoto menerima tugas tak biasa ini. Kepada pers Ia menyatakan sedang mencari cara dan program untuk mengurangi kesepian dan perasaan terisolasi. Lalu kembali membuat individu di masyarakat saling terhubung dan berbahagia.

Mati karena Kenyang

Membaca berita itu, saya teringat tiga data. Cuplikan data itu disajikan kembali yang diambil dari buku saya terbit tahun lalu: The Spirituality of Happiness, Spiritualitas Baru Abad 21 Narasi Ilmu Pengetahuan.

Data pertama, soal kemakmuran. Global Burden of Diase Study 2010 melaporkan, mereka yang meninggal karena kelebihan kalori, karena penyakit yang berhubungan dengan obesitas, kini tiga kali lebih banyak ketimbang mereka yang mati karena penyakit yang berhubungan dengan kelaparan.

Untuk pertama kalinya dalam peradaban, jumlah yang mati karena kelebihan makan lebih banyak tiga kali lipat dibandingkan karena kurang makanan.

Sejak munculnya homo sapiens dua ratus ribu tahun lalu, sejarah bergerak karena perebutan sumber daya makanan. Kini secara umum peradaban sudah kelebihan makanan. Mati karena eat more jauh lebih banyak dibanding mati karena eat less.

Kita memasuki apa yang disebut Inglehart sebagai zaman post-materialism. Ini zaman yang tak lagi disibukkan dengan kebutuhan pokok. Tapi ia sudah melampaui itu. Kebutuhan utama kita lebih pada aktualisasi diri, dan hidup yang lebih berkualitas.

Tentu tetap ada dan tetap banyak penduduk dunia yang masih berjuang untuk memenuhi basic need seperti makanan, rumah, dan rasa aman. Tapi peradaban sudah bergerak melahirkan lebih banyak dan lebih banyak lagi manusia yang kebutuhannya melampaui dunia materi.

Mati karena Kesepian

Data kedua yang saya pelajari adalah soal kesepian. Ini data dari WHO. Jumlah yang mati karena bunuh diri kini lebih banyak dibandingkan jumlah yang tewas karena konflik, perang, dan bencana alam digabung menjadi satu.

Setiap tahun sekitar 800 ribu hingga 1 juta manusia di seluruh dunia mati bunuh diri. Setiap empat detik ada yang bunuh diri di salah satu wilayah bumi.

Ini ironi peradaban post-materialism. Ketika kemakmuran materi melimpah semakin banyak yang bunuh diri. Apapun penyebab, pastilah yang bunuh diri merasa hidup yang tak lagi berharga untuk dijalani. Pastilah ia lama tenggelam dalam rasa putus asa dan depresi.

Data itu semakin menguatkan persepsi kita tentang manusia. Kelimpahan materi belaka tidak membuat peradaban itu nyaman bagi manusia di dalamnya.

Agama Baru

Data ketiga, saya baca dari Pew Research Center dan Adherent. com. Peradaban ini tidak kekurangan agama. Jumlah agama yang kini hadir sebanyak 4.300. Masing masing agama itu mempunyai konsep Tuhannya sendiri, konsep moralnya sendiri.

Sudah pasti masing masing penganut agama yang fanatik merasa hanya agamanya yang benar, dan ribuan agama lain salah. Ini psikologi penganut agama yang berlaku universal. 

Persepsi benar sendiri tumbuh tak hanya di agama Kristen, Islam, Budha, Hindu, bahkan juga di kalangan penganut kepercayaan yang jauh lebih kecil.

Empat agama terbesar: Kristen, Islam, Hindu, dan Budha dipeluk oleh 75 persen populasi dunia. Penganut Kristen dan Islam jika ditotal sudah melampaui 50 persen penduduk bumi.

Agama ketiga terbesar ternyata, hasil Pew Research Center, bukan Hindu atau Budha. Ketiga terbesar adalah Non-Affiliated. Ini kumpulan individu yang tak lagi merasa perlu mengidentifikasikan diri dengan agama tertentu.

Di zaman ini, ketika segala hal bisa dilacak di Google, publik dapat pula melacak kisah sejarah yang tersimpan dalam kitab suci.

Arkeolog menemukan, misalnya, betapa sebagian nabi itu bukan tokoh historis, tak pernah hadir dalam sejarah. Atau kisahnya dilebih-lebihkan dibandingkan kisah sebenarnya, seperti yang ditemukan oleh arkeolog.

Ini dapat membuat mereka  kehilangan makna dengan agamanya yang dulu. Ada yang percaya Tuhan tapi tak lagi lewat agama. Ada yang hanya percaya pada humanisme. Dan sebagainya.

Peradaban juga terus saja memproduksi agama baru. Agama Baha’i misalnya, lahir di tahun 1850. Kini menyebar di dua puluh negara, dengan total penganut sekitar 6 juta. Penganut terbesarnya berada di India dan Amerika Serikat.

Spiritualitas

Agama yang paling baru adalah Kopimisme. Pemerintah Swedia mengakuinya sebagai agama di tahun 2012. Ini agama yang sangat unik yang lahir di era informasi. Mereka meyakini informasi itu adalah suci. Tindakan mengkopi informasi itu (asal dari nama Kopimisme) adalah suci pula.

Peradaban baru ini sudah terlalu banyak agama. Membuat agama baru bukanlah solusi. Yang diperlukan semata spiritualitas baru. Ini bukan agama, tapi gaya hidup yang bisa dijalankan oleh semua penganut agama. Bahkan oleh mereka yang tak lagi percaya agama. Ia tidak berniat dan tak perlu menggantikan agama yang sudah ada.

Sebaliknya, spiritualitas baru itu membuat penganut agama lebih mendalam dan menghayati agama asalnya. Zaman baru membutuhkan spiritualitas baru. (*)

Editor Sugeng Purwanto

Tags: Agama baruBunuh DiriCovid 19Denny JAMenteri Urusan KesepianSpiritualitas
SendShare162Tweet101Share
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
ADVERTISEMENT

Related Posts

Integrasi Spiritualitas-Rasionalitas untuk Dakwah Berkemajuan
Kolom

Integrasi Spiritualitas-Rasionalitas untuk Dakwah Berkemajuan

Minggu 12 Januari 2025 | 10:36
133
bunuh diri
Kolom

Viral Mahasiswa Bunuh Diri Diduga Korban Bullying, Ini Respon Pakar Umsida

Selasa 20 Agustus 2024 | 13:56
86
post-covid
Kolom

Peran SMK dalam Mendukung UMKM Melalui Trust Group Oriented di Era Post-Covid

Jumat 26 Juli 2024 | 18:00
3.8k
Apakah Perilaku Bunuh Diri Diturunkan? Begini Penjelasan Psikolog
Kabar

Apakah Perilaku Bunuh Diri Diturunkan? Begini Penjelasan Psikolog

Jumat 29 Desember 2023 | 19:02
261
Kasus Bunuh Diri Merebak, Pentingnya Kedekatan dan Keterbukaan
Kabar

Kasus Bunuh Diri Merebak, Pentingnya Kedekatan dan Keterbukaan

Jumat 29 Desember 2023 | 18:44
103
Tes swab antigen
Kabar

Tes Swab Antigen di Almadany, Hasilnya Mengejutkan

Jumat 30 September 2022 | 08:24
161

Terpopuler Hari Ini

  • Penggratisan SD-SMP Swasta, Ini Kata Kepala Spemma Surabaya

    227 shares
    Share 91 Tweet 57
  • Kepala Sekolah sebagai Motor Penggerak Hizbul Wathan di Sekolah Muhammadiyah

    303 shares
    Share 121 Tweet 76
  • Haedar Nashir Terkait Penggratisan SD-SMP Swasta: Jangan Sampai Matikan Peran Sekolah Swasta

    1231 shares
    Share 492 Tweet 308
  • Karena Kasih pada Seekor Burung

    236 shares
    Share 94 Tweet 59
  • Mahasiswa PAI Umsida Belajar Pendidikan Luar Sekolah di Bayt Al Fath Tanggulangin

    71 shares
    Share 28 Tweet 18
  • Ketua PRM Singkul: Tikus Ikut Sukseskan Pengajian Akbar Muhammadiyah Cabang Laren

    47 shares
    Share 19 Tweet 12
  • Seleranya Tinggi, Muhammadiyah Laren Rutin Hadirkan Tokoh Pimpinan Pusat

    37 shares
    Share 15 Tweet 9
  • Ini Format Lanjutan Ronde Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2025

    30 shares
    Share 12 Tweet 8
  • Tiga Mahasiswa Muhammadiyah Membawa Timnas Melaju ke Babak Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026

    30 shares
    Share 12 Tweet 8
  • SNBT 2025 Diumumkan, Smamda Surabaya Torehkan Prestasi Membanggakan

    1348 shares
    Share 539 Tweet 337

Terkini

  • Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    358747 shares
    Share 143499 Tweet 89687
  • Kokam Jatim Konsolidasi dan Nyatakan Sikap

    232987 shares
    Share 93195 Tweet 58247
  • Buku Saku Mudahkan Praktik Baitul Arqam Muhlibat

    231093 shares
    Share 92437 Tweet 57773
  • Kisah-Kisah dari PCIM Malaysia: Sanggar Bimbingan hingga Wasola

    171530 shares
    Share 68612 Tweet 42883
  • Siswa Disabilitas Smamsatu Borong Juara di Lomba Ini

    122379 shares
    Share 48952 Tweet 30595
  • Kelas Telkom Fiber Optik SMKM 5 Babat Diresmikan Kadindik Jatim

    122279 shares
    Share 48912 Tweet 30570

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
SMP Muhammadiyah 5 Surabaya SMP Muhammadiyah 5 Surabaya
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© PWMU.CO - PT Surya Media Jatim

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Suara Perserikatan
  • Aisyiyah dan NA
  • Kabar
  • Kajian
    • Ngaji Hadits
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Mediamu
  • Teknologi & Gaya Hidup

© PWMU.CO - PT Surya Media Jatim