
Delapan Permohonan setelah Bermajelis ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Delapan Permohonan setelah Bermajelis ini berangkat dari hadits riwayat Tirmdzi:
عَنْ خَالِدِ بْنِ أَبِي عِمْرَانَ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ قَالَ قَلَّمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُومُ مِنْ مَجْلِسٍ حَتَّى يَدْعُوَ بِهَؤُلَاءِ الدَّعَوَاتِ لِأَصْحَابِهِ اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنْ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا وَلَا تَجْعَلْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا. رواه الترميذى
Dari Khalid bin Abu Imran bahwa Ibnu Umar berkata; jarang Rasulullah SAW berdiri dari majelis kecuali beliau berdoa dengan doa-doa ini untuk para sahabatnya: “Ya Allah, curahkanlah kepada kepada kami rasa takut kepada-Mu yang menghalangi kami dari bermaksiat kepada-Mu, dan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami kepada surga-Mu. Dan curahkanlah keyakinan yang meringankan musibah di dunia.
Berilah kenikmatan kami dengan pendengaran kami, penglihatan kami, serta kekuatan kami selama kami hidup, dan jadikan itu sebagai warisan dari kami, dan jadikan pembalasan atas orang yang menzhalimi kami, dan tolonglah kami melawan orang-orang yang memusuhi kami.
Dan janganlah Engkau jadikan musibah kami pada agama kami, dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai impian kami terbesar, serta pengetahuan kami yang tertinggi, serta jangan engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami).
Doa Senjata Mukmin
Doa merupakan senjata bagi seorang mukmin, doa merupakan jalan untuk mendapatkan keselamatan, selamat sampai tujuan yang ingin dicapai. Doa merupakan kebutuhan bagi orang-orang yang Arif dan tunggangan bagi orang-orang yang shalih, menumbangkan bagi orang-orang yang zalim. Doa merupakan perlundungan bagi orang-orang yang lemah dan teraniaya.
Dengan doa dapat mendatangkan kenikmatan dan mencegah terjadinya bencana. Tidak ada kekuatan bagi seorang hamba kecuali dengan doa. Tiada kedaruratan yang sangat kecuali dengan doa. Dan tidak mencukupi bagi seorang Muslim dalam menghadapai keadaan kecuali dengan kekuatan doa.
Doa merupakan senjata utama bagi seorang mukmin dalam menghadapai segala sesuatu keadaan dalam kehidupannya. Doa merupakan wujud rasa keimanan dan tawakkal seorang hamba kepada Allah secara utuh dan sempurna.
Maka Allah sangat Bahagia mendengar doa seorang mukmin sampai seseorang itu justri bosan untuk berdoa karena berputus asa, padahal putus asa dari rahmat Allah adalah prilaku orang-orang kafir.
يَٰبَنِيَّ ٱذۡهَبُواْ فَتَحَسَّسُواْ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَاْيۡئَسُواْ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ لَا يَاْيۡئَسُ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (Yusuf 87)
Delapan Permohonan setelah Bermajelis
Pertama: “Ya Allah, curahkanlah kepada kami rasa takut kepada-Mu yang menghalangi kami dari bermaksiat kepada-Mu.”
Ini permohonan agar hati ini selalu memiliki rasa takwa kepada Allah sehingga terhindar dari bermaksiat kepada Allah. Seringkali kita telah mengetahui bahwa perbuatan itu bagian dari bermaksiat kepada Allah. Akan tetapi tetap saja kita melanggarnya, maka doa ini mengajarkan agar kita senantiasa berhati-hati dan waspada dalam beraktivitas.
Kedua: “Dan dari ketaatan kepadaMu yang mengantarkan kami kepada surga-Mu.”
Setiap hamba pasti berharap dimasukkan ke dalam surga. Dan jalan menuju surga itu adalah dengan ketaatan menjalankan perintah Allah dan rasul-Nya. Kita bermohon agar diberikan kekuatan untuk istikamah dalam rangka menjalankan ketaatan itu, yang dengan ketaatan itu dapat mengantarkan untuk dimasukkan ke dalam syurga-Nya. Tentu ketaatan demikian adalah ketaatan yang benar sesuai dengan syariat-Nya.
Ketiga: “Curahkanlah keyakinan yang meringankan musibah di dunia”.
Yakin terhadap besarnya kasih sayang Allah, dan semua yang terjadi adalah berdasar qudrah dan iradah Allah. Sehingga selalu bertawakkal kepada Allah dengan penuh tawakkal, dengan perasaan demikian akan meringankan beban hidup karena telah memiliki sandaran vertical kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Keempat: “Berilah kenikmatan kami dengan pendengaran kami, penglihatan kami, serta kekuatan kami selama kami hidup. Dan jadikan itu sebagai warisan dari kami.”
Dua kenikmatan yang sangat luar biasa yaitu pendengaran dan penglihatan, setiap saat dapat dirasakan betapa nikmatnya dapat mendengar dan melihat, tentu harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan tidak disalahgunakan untuk hal-hal yang justru bermaksiyat kepada-Nya. Juga kekuatan seluruh anggota badannya untuk terus istikomah dalam ketaatan kepada-Nya.
Minta Tolong dari Kezaliman
Kelima: “Jadikan pembalasan atas orang yang menzalimi kami. Tolonglah kami melawan orang-orang yang memusuhi kami.”
Bahwa kezaliman akan dibalas dengan setimpal sesuai kadar kedhalimannya. Dan Allah tidak Zalim kepada hamba-hamba-Nya. Doa ini sekaligus permohonan untuk mendapatkan pertolongan dari orang-orang yang memusuhi kebenaran. Pertolongan Allah pasti akan melumatkan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya.
Keenam: “Janganlah Engkau jadikan musibah kami pada agama kami.”
Sebagai permohonan dalam rangka menjalankan ibadah masih banyak kekurangannya dan kesalahan baik tersengaja atau tidak, agar semua itu tidak menjadi penyebab menjadi musibah. Sebagaimana doa yang diajarkan yaitu:
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرٗا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (al-Baqarah: 286)
Dunia Bukan Impian
Ketujuh: “Jangan Engkau jadikan dunia sebagai impian kami terbesar, serta pengetahuan kami yang tertinggi.”
Kecintaan kepada dunia menyebabkan manusia lupa akan fungsi kehidupannya yang benar. Untuk itu jangan sampai tujuan kehidupan dunia menjadi tujuan utama dengan mengerahkan segala-galanya sehingga akhiratnya tidak seberapa. Fokus utamanya hanyalah kepentingan dunia yang nisbi, sementara akhirta yang hakiki malah diabaikannya.
Kedelapan: “Jangan engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami.”
Menyayangi yang benar adalah menyayangi dalam kerangka keselamatan kehidupannya di dunia sampai akhirat. Menyayangi yang benar adalah tetap mengacu pada ketentuan Allah dan Rasul-Nya.
Maka kasih saying itu mendorongnya untuk semakin mentaati Allah dan rasul-Nya dan mengantarkannya kepada kehambaan secara benar kepada Allah Subhanahu wa Tala. Wallahu a’lam (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Artikel Delapan Permohonan setelah Bermajelis adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 26 Tahun XXV, 19 Maret 2021/5 Sya’ban 1442.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.
Discussion about this post