• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
Kamis, September 21, 2023
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result
Home Kolom

Capres Jokowi-Prabowo 2024, Akankah Polarisasi Rakyat Berakhir?

Jumat 19 Maret 2021 | 16:23
4 min read
60
SHARES
189
VIEWS
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Capres Jokowi
Tony Rosyid

Capres Jokowi-Prabowo 2024, Akankah Polarisasi Rakyat Berakhir? Oleh Tony Rosyid, pengamat politik dan pemerhati bangsa.

PWMU.CO– Ada pengamat bilang: rakyat terbelah sejak pilpres 2014. Rivalitas politik Jokowi-Prabowo membuat polarisasi dua kubu di masyarakat. Betulkah polarisasi itu lahir tahun 2014? Apakah polarisasi itu akibat realitas politik Jokowi dengan Prabowo di dua kali Pilpres?

Tahun 2014 Jokowi terpilih jadi presiden. Usai pemilu, sempat ramai. Proses persidangan di Mahkamah Konstitusi (MK) diwarnai demo. Sedikit gaduh. Usai diketuk palu, suasana mulai kondusif. Jokowi jadi presiden, suasana berangsur pulih.

Artinya, persaingan politik Jokowi-Prabowo di pilpres 2014 selesai sudah. Masyarakat tak terbelah. Para pendukung kedua belah pihak kembali ke dunia masing-masing. Hiruk pikuk politik berhenti sampai di situ. Kecuali mereka yang mengaku timses dan berjasa di masa kampanye. Kasak kusuk cari peluang.

Hingga di kemudian hari, kasus “penistaan agama”  muncul. Aktor utamanya Ahok. Posisi sebagai gubernur DKI saat itu. Kasus Ahok menggegerkan Indonesia. Jadi isu nasional. Suasana seketika gaduh. Bahkan cenderung tegang. Terutama setelah demo 411 dan 212. Puncak kegaduhan terjadi jelang Pilgub DKI. Sebagian pendemo curiga ada peran Istana di belakang Ahok.

Ahok kalah di pilgub. Kasus penistaan agama diproses di pengadilan, dan Ahok divonis dua tahun penjara. Begitu juga nasib sejumlah aktivis 411 dan 212. Sebagian dari mereka harus juga berurusan dengan hukum. Dari sini, ketegangan makin menjadi-jadi. Kegaduhan nasional semakin tinggi eskalasinya.

Ahok kalah. Lalu dipenjara, dan sejumlah pendemo Ahok jadi tersangka. Inilah pemicu kegaduhan dan ketegangan itu.

Icon Perlawanan

Kegaduhan berlanjut sampai Pilpres 2019. Perkumpulan ulama yang menamakan diri Ijtima’ Ulama memutuskan untuk mendukung Prabowo nyapres lawan Jokowi di 2019. Dalam konteks ini, Prabowo dijadikan Capres. Tak lebih dari itu. Prabowo bukan icon. Perlawanan politik tetap dikendalikan oleh para tokoh di luar lingkaran Prabowo.

Prabowo kalah, lalu gabung di kabinet Jokowi. Sampai di sini, apakah ketegangan dan keterbelahan masyarakat berakhir? Apakah rekonsiliasi antar pendukung terjadi? Ternyata tidak! Sama sekali tidak. Ini membuktikan bahwa Prabowo bukan icon dan bukan juga pengendali perlawanan politik terhadap kekuasaan.

Dengan begitu, maka faktor penyebab keterbelahan bukan disebabkan oleh rivalitas politik antara Jokowi dengan Prabowo. Bukan perseteruan para pendukung dua capres itu. Tidak! Buktinya, ketika mereka bergabung dan melakukan rekonsiliasi, realitas masyarakat di bawah masih tetap terbelah.

Dalam teori sosial, ketegangan itu terjadi karena ada yang merasa diperlakukan tidak adil. Faktor ketidakadilan akan selalu memicu ketegangan, sebelum pada akhirnya, jika tak terkendali, akan meledak jadi konflik sosial.

Jadi, ketegangan, keterbelahan dan kegaduhan selama ini, penyebab utamanya bukan karena rivalitas politik Jokowi vs Prabowo. Tapi lebih karena ada kelompok yang merasa diperlakukan tidak adil.

Maka aneh kalau ada yang berpikir bahwa untuk mengurai keterbelahan rakyat perlu memasangkan Jokowi-Prabowo jadi Capres-Cawapres 2024. Tidak hanya aneh, tapi ini ngawur. Ngawurnya tingkat dewa. Usul ini muncul karena adanya kesalahan dalam memahami faktor penyebab keterbelahan yang terjadi di masyarakat.

Publik heran, kenapa ada yang mengusulkan capres Jokowi tiga periode. Alasan digandengkan dengan Prabowo untuk meredam kegaduhan. Itu ngawur datanya. Cara berpikir yang menyesatkan.

Presiden Tiga Periode

Tahun 2019, Jokowi sendiri tegas menolak tiga periode. Kepikiran aja gak. Juga Menko Polhukam Mahfud MD menegaskan bahwa gak ada itu tiga periode. Isu ini dianggap menjerumuskan presiden.

Fakta sejarah mengungkap, semakin lama pemimpin berkuasa, maka umumnya akan semakin otoriter. Siapa pun itu. Soekarno dan Soeharto, di awal pemerintahannya, cenderung demokratis. Tapi, semakin lama berkuasa, bahkan jadi presiden seumur hidup, ternyata makin otoriter.

Gak boleh jabatan itu terlalu lama. Ini akan memicu terjadinya otoritarianisme. Selain proses regenerasi yang akan terganggu.

Justru sebaliknya, demokrasi akan terjaga jika presiden cukup dua periode. Setelah 2024, hadirnya presiden baru, fresh, memiliki pola dan warna yang berbeda dalam mengelola pemerintahan, maka justru ada peluang untuk mengakhiri polarisasi dan keterbelahan di masyarakat.

Dengan begitu, kegaduhan bisa segera dihentikan. Jangan memperpanjang polarisasi, keterbelahan dan kegaduhan ini dengan gagasan dan ide tiga periode.

Jakarta, 19 Maret 2021

Editor Sugeng Purwanto

Tags: JokowiPilpresPrabowo SubiantoTony Rosyid
SendShare24Tweet15Share
ADVERTISEMENT
Previous Post

Kenal PWMU.CO dari Link Menulis Berita Cukup SMS

Next Post

30 Kisah Inspiratif ‘Jangan Tinggalkan Aku Sendiri’

Related Posts

Bandwagon Effect dalam Pemilu

Rabu 6 September 2023 | 09:13
43

Bandwagon parade sirkus di Amerika Serikat. (wikipedia) Bandwagon Effect dalam Pemilu oleh Zaidan Aufi Romadhoni,...

Grace Natalie Bikin Blunder Prabowo karena Omong seperti Ini

Minggu 27 Agustus 2023 | 22:57
961

Grace Natalie PWMU.CO - Grace Natalie, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) membuat...

Baju Adat Jokowi dan Anies Baswedan

Jumat 18 Agustus 2023 | 23:50
1.3k

Presiden Joko Widodo (kiri) dan Anies Baswedan dengan pakaian adat Jawa. (Foto Jokowi oleh Laily...

Jokowi Singgung International Trust, Prof Zainuddin Maliki: Jangan Sia-siakan

Kamis 17 Agustus 2023 | 15:59
279

Presiden Jokowi Sidang Tahunan MPR di Jakarta, Senin (16/8/2023). (Foto antaranews.com) PWMU.CO - Jokowi singgung...

Curhat Presiden dan Kemerdekaan yang Tak Sekadar Lepas dari Belanda dan Jepang

Kamis 17 Agustus 2023 | 09:29
564

Presiden Jokowi didampingi Wapres Ma’ruf Amin dan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, Ketua DPR RI...

Apalah Arti Sebuah Ijazah

Sabtu 22 Oktober 2022 | 09:24
605

Salinan ijazah SMPP 40 Surakarta milik Jokowi. Apalah Arti Sebuah Ijazah oleh Sugeng Purwanto, Ketua...

Resafel Kabinet dan Politik Mebel ala Jokowi

Kamis 16 Juni 2022 | 10:15
4.2k

Dhimam Abror Resafel Kabinet dan Politik Mebel ala Jokowi Resafel Kabinet dan Politik Mebel ala...

Ekstremisme Mahasiswa

Kamis 16 September 2021 | 10:53
127

Daniel Mohammad Rosyid Ekstremisme Mahasiswa oleh Daniel Mohammad Rosyid, Guru Besar ITS dan Ketua Pendidikan...

Pakaian Badui Jokowi

Selasa 17 Agustus 2021 | 06:28
285

Pakaian Badui Jokowi saat pidato kenegaraan di sidang MPR/DPR, 16 Agustus 2021. Pakaian Badui Jokowi...

BEM UI dan The King of Lip Service

Senin 28 Juni 2021 | 22:23
1.2k

Ketua BEM UI Leon Alvinda Putra PWMU.CO- BEM UI menjadi perbincangan. Sebab Badan Eksekutif Mahasiswa...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Siswa Smamsatu Persembahkan 4 Emas Porprov VIII Jatim 2023

    19379 shares
    Share 7752 Tweet 4845
  • Mahasiswa UMG Latih Pembukuan Sederhana UMKM Bawean

    2679 shares
    Share 1072 Tweet 670
  • Musyran Suci Manyar serasa Musyda

    1686 shares
    Share 674 Tweet 422
  • Juara Porprov, Atlet Muay Thai Smamsatu Mewakili Jatim di PON 2024

    1652 shares
    Share 661 Tweet 413
  • Kokam Surabaya Berangkatkan 100 Personil untuk Apel Kebangsaan di Solo

    1563 shares
    Share 625 Tweet 391
  • Spemutu Peringkat III PMR Madya di Jumbara PMI

    1587 shares
    Share 635 Tweet 397
  • Saat Siswa SD Sakri Berimajinasi sebagai Pengusaha Restoran

    1150 shares
    Share 460 Tweet 288
  • Istimewa, Musyran Muhammadiyah Suci di Hotel, Ketua PDM Ikut Memilih

    1028 shares
    Share 411 Tweet 257
  • Bikin Modul Ajar Itu Mudah, Begini Tipsnya

    748 shares
    Share 299 Tweet 187
  • Musran VII Muhammadiyah PPI Akan Pilih 18 Calon Ketua

    512 shares
    Share 205 Tweet 128

Berita Terkini

  • Mengenal Profil Singkat 16 Calon Formatur PRNA SendangagungKamis 21 September 2023 | 18:47
  • UMG
    UMG Alokasikan Beasiswa Rp 2,5 MKamis 21 September 2023 | 18:45
  • Nasyiah Gerakan Perempuan Muda yang Telah Berusia 92 TahunKamis 21 September 2023 | 18:20
  • Mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah Tak Akan DimuhammadiyahkanKamis 21 September 2023 | 17:32
  • Buku Luwesitas IMM Dapat Apresiasi Penulis Sejarah Kamis 21 September 2023 | 16:57
  • Jadi Mahasiswa Umsida Tidak Boleh CengengKamis 21 September 2023 | 16:38
  • Smala dan UPT Puskesmas Dukun Kolaborasi Aksi BergiziKamis 21 September 2023 | 16:12
  • Belajar Budaya, Madtsamuda Gandeng Sekolah Indonesia Kuala LumpurKamis 21 September 2023 | 15:46
  • Terinspirasi Hobi sang Ayah, Siswa Smamio Juara I ArtikelKamis 21 September 2023 | 15:42
  • Pemimpin Itu Pemberi Solusi bukan MasalahKamis 21 September 2023 | 15:39
ADVERTISEMENT

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In