PWMU.CO – Bangun generasi tangguh dan kreatif pascapandemi kuncinya harus kuat, tabah, dan juga punya daya kemampuan untuk berinovasi atau membentuk sesuatu yang unik dan bermanfaat.
Hal itu disampaikan dr Aisah Dahlan CHT CM NNLP pada seminar parenting yang diadakan Komite Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya, Sabtu (17/4/21).
Kegiatan yang mengangkat tema Membangun Generasi Tangguh dan Kreatif di Masa Normal Baru ini digelar secara virtual ini dan diikuti 500-an guru dan wali murid.
Aisah Dahlan membahas generasi tangguh dan kreatif dari sisi otak manusia. “Bicara otak manusia, ada dua macam otak yaitu otak besar dan otak kecil. Kemudian Allah belah menjadi dua belahan yaitu belahan kanan dan kiri,” ujarnya praktisi neuro parenting skills ini.
Di tempat inilah, lanjutnya, hal-hal yang akan kita masukkan ilmu pengetahuan, nasihat, dan kisah-kisah. Di dalam otak itu tadi di bagian depan otak kita diistilahkan lobus frontalis.
“Sebetulnya di dalam lobus frontalis itu terdapat seratusan lebih milyar sel otak yang disebut neuron. Satu neuron kerjanya seperti satu komputer tercanggih di zamannya.
Lobus Frontalis
Aisah Dahlan menjelaskan di lobus frontalis ini juga terjadi sambungan pengalaman tentang apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh tubuhnya yang akan tersambung jadi satu.
“Sehingga apa yang dilakukan dan diucapkan orang lain juga akan tersambung dimemorinya lobus frontalis ini dan terbawa sampai nanti,” tambahnya.
Selanjutnya, sambungnya, selain lobus frontalis, di otak juga ada lobus paretalis yang letaknya persis di tengah di belahan kanan dan kiri.
“Kemudian yang ada di tengah atas kanan kiri ada lobus temporalis. Yang agak ke belakang ada occupitalis ini yang otak kecil atau celebelum. Di dalam bagian otak ini semua ada neuronnya yang berfungsi sebagai tempat memberikan pelajaran, nasihat dan informasi,” katanya.
Namun, tegasnya, setiap anak ada bawaannya masing-masing. Maksudnya neuronnya ini sudah ada sistem atau data dari Allah yang mana adalah lobus paretalis yang isinya watak dan bakat.
Anak Kreatif dan Tangguh
Aisah Dahlan memaparkan untuk menjadikan anak yang kreatif dan tangguh maka orangtua harus tahu juga watak dan bakat anaknya.
“Karena multiple intelegent ada di dalam otak mereka dan ada sejak dalam rahim seorang ibu dan biasanya watak dan bakat ini genetik,” jelasnya.
Nah, sambungnya, bakat, talenta dan kecerdasan ganda itu adalah suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan.
Kecerdasan Spritual
Aisah Dahlan mengatakan kecerdasan ganda atau bakat ini bersifat laten yang artinya tersembunyi atau terpendam dan ada pada setiap manusia, namun dengan kadar perkembangan yang berbeda.
“Menurut Howard Gardner, setiap manusia mempunyai 8 kecerdasan, diantaranya kecerdasan linguistik, logika matematika, interpersonal, interpersonal, musikalis, kinestetik, dan naturalis,” ujarnya.
Sekarang, lanjutnya, ditemukan satu jenis kecerdasan lagi yaitu kecerdasan spiritual yang tinggi biasanya ditemukan di anak-anak indigo.
Otak Reptil
Aisah Dahlan menjelaskan di otak juga ada namanya otak reptil atau batang otak. Otak ini bisa tegang ketika ilmu yang di otak susah keluarnya. Otak tenang ini akan memunculkan dua respon tubuh yaitu fight (serang) atau fly (kabur).
“Untuk merilekskan batang otak yang tegang bisa dengan cara kita menyampaikan sesuatu dengan lembut. Ajarkan anak untuk senantiasa istighfar karena pada saat kita istighfar, batang otak kita jadi rileks.
Otak Emosi
Aisah Dahlan selain batang otak ada juga limbix system atau disebut otak emosi. Ini Persis ada di tengah otak dan kadang juga sering tegang.
“Di bagian ini ada sedih, takut, terburu-buru, marah, sombong tetapi yang namanya emosi bukan hanya negatif ada juga yang positif seperti semangat, bersyukur, dan damai. Saat otak emosi, maka dengan istighfar otak emosi tersebut bisa naik menjadi emosi positif,” jelasnya.
Sebagai orangtua, lanjutnya, yang harus kita pelajari yaitu senantiasa ikhtiar untuk bersikap lembut, belajar untuk memahami bahwa karakter anak laki-laki itu beda dengan perempuan, belajar kalau watak anak itu berbeda dan pahami bakat anaknya. (*).
Penulis Riska Oktaviana. Editor Ichwan Arif.