PWMU.CO – Lima wajah baru dunia setelah diturunkannya al-Quran disampaikan Dr H Sholihin Fanani MPSDM dalam acara Kajian Senja di SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya, Selasa (4/5 21).
Dalam kajian Itikaf Guru dan Karyawan itu, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur bertema Meraih Kebahagiaan Dunia Akhirat dengan Ibadah Ramadhan.
Shilihin menjelaskanm yang pertama adalah masalah terkait dengan penyembahan.
“Seperti yang kita ketahui bersama jika dahulu kala manusia menyembah apa yang dia temui. Dulu sebelum al-Quran diturunkan, manusia menyembah apa yang ia temui,” ujarnya.
Misalnya ketemu patung, ya patung itu yang disembah. Sampai yang paling parah bertemu roti disembah juga.
Penyebahan Telah Berubah
Sholihin mengatakan setelah diturunkannya al-Quran, pemandangan terkait penyembahan telah berubah, dengan konsep tiada Tuhan selain Allah SWT.
“Ketika al-Quran turun, wajah baru mulai ada. Laa ilaaha illallah, Tiada Tuhan selain Allah. Tidak boleh menyembah, bergantung selain kepada Allah SWT,” jelasnya.
Ciri-ciri seseorang bertakwa yang akidahnya sudah benar, sambungnya, yaitu berani berkorban untuk orang lain atau orang banyak di atas kepentingannya.
“Orang yang akidahnya sudah baik selalu dipenuhi dengan keyakinan bahwa segala sesuatu yang dilakukan untuk orang lain tidak akan pernah sia-sia sehingga mereka selalu berani berkorban untuk orang lain di atas kepentingannya sendiri,” tambahnya.
Menghargai Nyawa
Sholihin mengungkapkan wajah dunia kedua yaitu menghargai nyawa. Sebelum al-Quran diturunkan nyawa seseorang mudah sekali melayang seperti tidak ada harganya. Manusia saling permusuhan sehingga banyak perang terjadi, pembunuhan terjadi di mana-mana.
“Diturunkannya al-Quran memberikan wajah baru kepada dunia tentang menghargai nyawa, terutama nyawa seorang wanita,” katanya.
Al-Quran, lanjutnya, mempersatukan manusia untuk saling bersaudara, saling menyayangi, saling tolong-menolong, memaafkan, dan menghargai satu-sama lain. Sebenarnya akhlak tertinggi seorang manusia itu terletak pada perasaannya, bagaimana ia mampu menghargai perasaan orang lain.
“Menghargai perasaan orang lain yang dimaksud adalah bagaimana sesama manusia bisa menjaga lisannya sehingga tidak menyinggung perasaan manusia lain.”
Memperbaiki Akal
Sholihin menjelaskan hal ketiga yaitu memperbaiki akal. Al-Quran memberikan wajah baru terkait akal manusia yakni bagaimana manusia memiliki akal yang positif namun tidak juga berangan-angan. Al ilmu nuurun bahwa ilmu adalah cahaya.
“Ilmu itu sebuah cahaya, Al ilmu nuurun. Manusia yang tidak berilmu berarti tidak bercahaya, mukanya muram misalnya. Ada sebuah Hadits yang menyampaikan jika sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia,” katanya.
Jadi, tekannya, orang yang sukses selalu berpikir mencari cara, orang yang gagal selalu menyalahkan orang lain.
Keturunan Manusia
Sholihin memaparkan, wajah dunia keempat setelah al-Quran diturunkan adalah mengatur keturunan manusia. Dahulu sebelum al-Quran turun tidak ada hal yang mengatur terkait hubungan perkawinan antara laki-laki dan perempuan.
“Diturunkannya al-Quran ini, mengatur perihal keturunan manusia. Jadi hubungan laki-laki dan manusia diatur sedemikian sehingga hal ini akan mengatur keturunan dari manusia. Dahulu gak ada aturan perkawinan, bebas mau sama siapa saja,” ujarnya.
Mengatur Harta Benda
Sholihin mengatakan wajah baru dunia dengan diurunkannya al-Quran yang kelima yaitu Al-quran mengatur perihal harta benda.
“Al-quran mengatur terkait distribusi harta benda, misalnya melalui zakat. Bagaimana mengatur dan mendistribusikan harta benda yang benar,” tegasnya.
Lima hal tersebut, sambungnya, menjadikan dunia tenteram, setelah al-Quran pertama kali diturunkan. Hal ini akan terus berlangsung hingga hari kiamat. Allah pun menjamin jika tidak akan ada manusia yang mampu mengubahnya. (*)
Penulis Eka Haris Prastiwi. Editor Ichwan Arif.
Discussion about this post