• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
Sabtu, Juli 2, 2022
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Din Syamsuddin: Restorasi Peradaban Dunia dengan Civilizational Caliphate

Minggu 9 Mei 2021 | 18:45
7 min read
3.1k
SHARES
9.6k
VIEWS
ADVERTISEMENT
Bersama pemandu acara Bara Sharim (kiri) Din Syamsuddin: Restorasi Peradaban Dunia dengan Civilizational Caliphate (Tangkapan layar Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO)

PWMU.CO – Din Syamsuddin: Restorasi Peradaban Dunia dengan Civilizational Caliphate. Dia menyampaikannya pada Tabligh Akbar Gema Kampus Ramadhan 1442 Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabtu (8/5/21) malam.

Acara yang digelar virtual ini mengangkat tema Muhammadiyah untuk Perdamaian Semesta. Menurut Prof Din, membahas tema ini memang perlu. “Sebagai konfirmasi dan afirmasi bahwa Muhammadiyah yang bertumpu pada al-Islam, sejatinya The Religion of Peace (agama perdamaian),” ungkapnya.

Prof Din Syamsuddin menyatakan, Islam berasal dari kata ‘salam‘, mengandung arti perdamaian.

Misi Risalah Tauhid

Dia lalu menerangkan, Allah mengutus para Rasul dengan misi membawa risalah tauhid. Dia mengutip al-Anbiyaa ayat 25:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

“Tiadalah kami mengutus seorang Rasul pun, kecuali Kami wahyukan kepadanya dan kepada mereka bahwa sesungguhnya Aku ini satu, maka sembahlah (beribadahlah) kepada Aku.”

Din Syamsuddin mengatakan, risalah tauhid mengandung pengertian pengesaan Allah (aktif), tidak sekadar keesaan Allah (pasif). “Manusia mengesakan Allah menjadi dasar dan tujuan peradaban (kehidupan) manusia,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah 2005-2015 itu.

Dengan kesan aktif ini, lanjutnya, mengesakan berarti manusia menunjukkan perilaku-perilaku individu dan kolektif untuk membangun peradaban.

Bangun Khilafah Peradaban

Menurut Din, inilah isyarat Allah kepada manusia sebelum penciptaannya. Dia pun mengutip potongan surat al-Baqarah ayat 30:  “Sesungguhnya Aku akan menciptakan di muka bumi itu khalifah,” 

Secara harfiah, khalifah berarti ‘yang datang belakangan’ atau ‘pengganti’. Yaitu yang menggantikan pencipta untuk melakukan perbaikan di muka bumi. “Misi kekhilafan ini bersifat mordial, universal. Khilafah yang harus dibangun adalah khilafah peradaban (civilizational caliphate),” ungkapnya.

Dia memperingatkan, “Jangan direduksi jadi khilafah ekonomi atau politik, karena itu membawa penyempitan terhadap konsep al-Islam dan khilafah yang luas.”

Konsep ini serupa dengan yang ada di agama samawi lain. Dalam Yahudi, menyebut ‘Kingdom of Heaven’ atau Kerajaan Langit. Sedangkan, dalam Nasrani mengenal ‘Kingdom of God’ atau Kerajaan Tuhan di bumi.

Islam, sebagai rentetan agama samawi yang berpangkal pada Ibrahim AS—Bapak Monoteisme—yang sangat bertumbuh pada tauhid. “Dalam Islam, ajaran tauhid itu diselamatkan, diluruskan, dan dikembangkan secara sejati,” ujarnya.

Maka konsep penciptaan manusia yang membangun khilafah peradaban—sebagai manifestasi konsep tauhid—menurutnya adalah hasil kerja sama antarumat manusia lintas kelompok agama.

Tauhid Pondasi Metafisik

Din mengatakan, tauhid—sebagai landasan kehidupan manusia—itu semacam metaphysical foundation (pondasi metafisik). Tauhid ini juga yang membawa dua prinsip utama dalam ilmu keislaman.

Pertama, ada korespondensi antara Tuhan (khaliq) dengan non-Tuhan (makhluk). Karena makhluk—baik manusia maupun alam semesta—merupakan ciptaan Tuhan, maka dalam dirinya ada dimensi unsur Ilahi. Din mencontohkan, alam misalnya, dalam dirinya ada ruh, maka sebagai subjek.

Kedua, ada analogi mikrokosmos (manusia) dan makrokosmos (alam).

Maka, Din menekankan, dasar ilmu-ilmu keislaman itulah yang perlu menjadi kerangka epistemologi untuk membangun peradaban. “Kalau manusia menerapkannya, maka akan terwujud peradaban utama kemanusiaan: bersifat Teosentris atau yang berpusat pada Tuhan,” tuturnya.

Din menerangkan maksudnya, “Satu sistem dunia, satu sistem peradaban, yang menjadikan Tuhan sebagai pusat kesadaran.”

Antroposentrisme dan Sekukarisme Gantikan Teosentrisme

Prof Din Syamsuddin mengungkap, teosentrisme telah hilang dari peradaban dunia akhir-akhir ini.  “Peradaban dunia yang berkembang sejak abad ke-20, berkembang atas kendali sistem yang justru sebaliknya, bukan atas dasar teosentrisme,” jelasnya.

Selama ini, tambahnya, peradaban manusia berpusat pada manusia itu sendiri: Antroposentrisme dan pada nilai humanisme-sekularisme.

Sekularisme bertentangan dengan agama, karena berkeyakinan hidup manusia hanya ‘kini dan di sini’, tidak ada ‘nanti’ dan ‘di sana’. “Tidak ada dimensi eskatologis seperti dalam filsafat, bahwa akan ada kehidupan setelah mati,” terang dia.

Dengan berpegang keyakinan ini, menurut Din, kehidupan manusia jadi terjebak pada kebebasan. Karena tidak ada pertanggungjawaban ukhrawi, maka manusia bisa bebas sebebas-bebasnya untuk merancang kehidupan dan peradaban. Juga, bebas melakoni kehidupan semaunya. “Inilah liberalisme!” tegasnya.

Liberalisme Pangkal Kerusakan Akumulatif

Liberalisme ini menjadi pangkal arus dunia akhir-akhir ini. Seperti muncul liberalisasi ekonomi, politik, budaya; kemudian ujungnya berakhir kerusakan. Allah telah mensinyalirnya dalam al-Quran sebagaimana pada ayat yang dia kutip: “

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya, telah nyata kerusakan di bumi dan di laut akibat perbuatan manusia, maka kemudian Allah datangkan sebagian saja dari apa-apa yang mereka lakukan agar mereka kembali.

Menurut Din, dunia sekarang menampilkan kerusakan yang akumulatif. Dengan bekal daftar istilah menyedihkan yang para pengamat kemukakan, Din mengungkapnya beberapa.

Peradaban manusia saat ini, menurut yang dia dengar, merupakan the world of disorder (dunia berantakan). “Yang lain mengatakan, the world of uncertainty (dunia ketidakpastian), manusia tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi. Selalu ada the element of surprise (unsur kejutan),” terangnya.

Ada juga, tambahnya, yang mengatakan peradaban manusia sedang mengalami the great shift atau pergeseran besar-besaran. Selain itu, dunia sedang mengalami the big disruption (gangguan besar).

Bahkan, katanya, mantan kepala negara dan pemerintahan yang bergabung di The International Council menyimpulkan, peradaban manusia dewasa ini mengalami kerusakan global akumulatif. “Pandemi Covid-19 hanya bagian kecil atau salah satu penampakan dari kerusakan-kerusakan akumulatif itu,” ujarnya.

Sumbernya yaitu sistem dunia yang rusak, antroposentristik. “Terlalu menekankan pada manusia yang maha kuasa, maha bisa, kemudian menciptakan semaunya terkait peradabannya sendiri,” jelas Din.

Menurutnya, inilah yang jauh dari cita-cita membangun khilafah peradaban—bukan khilafah politik—dimana tidak mereduksi makna khilafah yang luas. “Membangun khilafah peradaban meniscayakan kerja-kerja positif dan konstruktif, itulah al-Ishlah!” terang dia.

Kemudian, lanjut Din, mengejawantah ke amal shalih dan membawa kemaslahatan. Al-Ishlah ini yang menjadi misi umat manusia sekarang untuk wujudkan peradaban manusia baru, perdamaian dunia, dan perdamaian semesta.

Din Usulkan Al-Ishlah

Din lantas usul ke Muhammadiyah dan umat Islam umumnya, satu sistematika ajaran Islam—berbeda dengan ungkapan ulama kebanyakan—dalam islam, iman, dan ikhsan. Atau, akidah, ibadah dan akhlak. “Itu tidak salah, tapi perlu dijabarkan lebih lanjut!” tuturnya.

Sistematika ajaran yang lebih fungsional, lanjutnya, yaitu tauhid. Kemudian dikembangkan atas dasar tauhid itu suatu peradaban: al-khilafah. Untuk itu, menurutnya, perlu kerja-kerja yang bernuansa al-Ishlah.

Jika perlu ditambah, dimensi-dimensi al-Ishlah itu menebar amal kebaikan di bumi dengan dimensi berkemajuan karena menghargai waktu, dimensi membawa kemaslahatan karena bekerja untuk kemanusiaan, dan menampilkan watak wasathiyah atau jalan tengah. Sehingga, tidak terjebak dalam ekstrimitas dalam wujud apapun.

Din menekankan, Islam sebagai agama perdamaian sekaligus agama peradaban bertujuan agar umat manusia secara keseluruhan—umat Islam dan mengajak umat lain lintas agama, ras, suku, karya, dan profesi—dalam satu kerja sama peradaban untuk membangun peradaban.

“Beginilah fungsi yang sebenarnya dari ummatan wasatha (umat tengahan) yang direkatkan pada umat Islam untuk memberi bukti kepada seluruh umat manusia!” tegasnya.

Ingat, Muhammad SAW akan menjadi saksi bagi kamu semua, apakah berhasil memberikan kesaksian kepada manusia dan mempersaksikan bahwa umat Islam itu adalah ummatan wasatha, dimana menampilkan wawasan, pemikiran, dan perbuatan jalan tengah.

Wujud Restorasi Peradaban Dunia

Dengan semangat, Din menyatakan agar umat manusia khususnya kaum beriman, bisa melakukan perbaikan dengan mengajukan solusi restorasi dunia. Solusi rekonstruksi dari peradaban dunia yang rusak berdasar ajaran Islam yang dikerjakan dalam paradigma peradaban baru: membawa kedamaian di kehidupan manusia.

“Inilah misi umat Islam yang setiap shalat diperintahkan menebar as-salam kepada umat manusia, yang secara simbolik dilambangkan dengan menoleh ke kanan dan kiri,” terang dia.

Din juga menekankan agar fokus pada tanggung jawab, karena hanya dengan tanggung jawab perdamaian semesta di peradaban baru itu terwujud. “Peradaban manusia rusak karena terlalu menekankan pada hak, sementara kurang bertanggung jawab,” ungkapnya.

Padahal, lanjutnya, seyogyanya berimbang antara hak dan tanggung jawab (kewajiban). “Untuk itu, restorasi peradaban dunia harus dimulai. Dunia Islam tidak hanya berpikir bagaimana menanggulangi Covid-19, tapi lebih ke depan, bagaimana mengisi peradaban baru di post-Covid 19!” imbaunya. (*)

Din Syamsuddin: Restorasi Peradaban Dunia dengan Civilization Khalifah: Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni

Tags: Bapak MonoteismeDin SyamsuddinKHILAFAHKhilafah PeradabanKingdom of GodKingdom of HeavenNabi IbrahimRestorasi PeradabanSayyidah NuriyahUniversitas Muhammadiyah Surakarta
SendShare1234Tweet772Share

Related Posts

Siswa SD Mugeb Manfaatkan Liburan untuk Persiapan Kejurprov

Jumat 1 Juli 2022 | 15:53
30

Abiyu Rausan Fikri Kholiq (kiri) fokus berlatih catur (Istimewa/PWMU.CO) Siswa SD Mugeb Manfaatkan Liburan untuk Persiapan...

Sekolah dari Jerman, Siswa SD Mugeb Ini Akhirnya Diwisuda

Rabu 29 Juni 2022 | 09:52
15.3k

Muhammad Nararya Purwanto bersama Kepala SD Mugeb M Nor Qomari SSi di Wisuda XXII (Istimewa/PWMU.CO)...

Siswa SD Mugeb Unjuk Bakat Dancesport di Porprov Jatim

Selasa 28 Juni 2022 | 18:08
2k

Diandra menunjukkan medalinya di Kejurprov tahun 2021 cabor senam. Siswa SD Mugeb Unjuk Bakat Dancesport...

Dongeng Spesial Belajar dari Semut yang Sombong

Minggu 26 Juni 2022 | 19:48
188

Kak Ari menguji konsentrasi peserta sebelum memulai dongengnya (Indra Setiawan/PWMU.CO) Dongeng Spesial Belajar dari Semut...

Serasa Keliling Indonesia, Menikmati Beragam Tarian SD Mugeb

Sabtu 25 Juni 2022 | 21:16
1.1k

Penampilan puisi Kembalikan Indonesia Padaku (Istimewa/PWMU.CO) Serasa Keliling Indonesia, Menikmati Beragam Tarian SD Mugeb; Liputan...

Kimono, Origami, dan Aneka Keseruan Pesta Bahasa di Zona Jepang

Selasa 21 Juni 2022 | 20:11
194

Almira Fahrani mengenalkan ucapan bahasa Jepang dengan kartu bergambar (Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO) Kimono, Origami, dan Aneka...

Bersyukur Wisudawan Diajari Tahfidh, Bunda Ini Siapkan Buket Spesial

Selasa 21 Juni 2022 | 18:58
191

Khoridlotul Bahiyah menyerahkan buket spesial kepada Aisya Shofi Karima kelas VI Jupiter (Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO) Bersyukur...

Serunya Language Party bersama Pusat Bahasa Spemdalas

Selasa 21 Juni 2022 | 06:09
4.4k

Fani Sensei (sapaan sang guru dalam bahasa Jepang) mengajak siswa bikin origami (Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO) Serunya...

Jadi ‘Bunglon’, Wujud Cinta sang Wali Kelas SD Mugeb

Senin 20 Juni 2022 | 16:38
168

Wali kelas VI Venus A Mujahidul Authon menyiapkan diri melepas para siswanya (Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO) Jadi...

Prestasiku di SD Mugeb Diabadikan di Buku Kenangan

Senin 20 Juni 2022 | 15:18
285

Buku Our Success Stories at SD Mugeb abadikan jejak kesuksesan wisudawan (Istimewa/PWMU.CO) Prestasiku di SD...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Muktamar Ke-48 Muhammadiyah-Aisyiyah Digelar Luring, Penggembira Bisa Datang

    13451 shares
    Share 5380 Tweet 3363
  • Pakai E-Voting, Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah

    6197 shares
    Share 2479 Tweet 1549
  • Idul Adha Arab Saudi dan Muhammadiyah Sama, Kebetulan yang Penuh Berkah

    4841 shares
    Share 1936 Tweet 1210
  • Santi Puspitasari, Guru Fisika Smamio Itu Berpulang saat Melahirkan, Insyaallah Syahid

    8292 shares
    Share 3317 Tweet 2073
  • Sekolah dari Jerman, Siswa SD Mugeb Ini Akhirnya Diwisuda

    4905 shares
    Share 1962 Tweet 1226
  • Cakepnya Wisudawan Spemdalas berkat Dresscode Ini

    1494 shares
    Share 598 Tweet 374
  • Awarding Class Meeting Spemdalas Meriah oleh Pensi

    1771 shares
    Share 708 Tweet 443
  • Begini Video Kilas Balik Wisudawan Spemdalas yang Bikin Haru

    2061 shares
    Share 824 Tweet 515
  • Tim Kompak di Balik Sukses Graduation XIX Spemdalas

    1333 shares
    Share 533 Tweet 333
  • Pentas Dalang Cilik Spemdalas Bawa Pesan Peduli Lingkungan

    1208 shares
    Share 483 Tweet 302

Berita Terkini

  • Milad ke-36 dirayakan STIT Muhammadiyah Bojonegoro dengan menggelar beragam lomba. Liputan Ahmad Fathoni, kontributor PWMU.CO Bojonegoro.
    Milad Ke-36, STIT Muhammadiyah Bojonegoro Gelar Lomba Puisi dan PidatoJumat 1 Juli 2022 | 21:37
  • PORRSMA
    PORRSMA Jatim Digelar di Blitar, Lomba untuk Direksi Bikin TawaJumat 1 Juli 2022 | 21:19
  • Belajar dengan native speaker
    Belajar dengan Native Speaker, Begini Komentar Guru SpemdalasJumat 1 Juli 2022 | 20:43
  • Dikunjungi MI dari Surabaya, Sekolah Kreatif Menganti Jelaskan Pentingnya BrandingJumat 1 Juli 2022 | 20:26
  • Diksusi Humas
    Diskusi Humas PTMA, Topik Ini Paling MenarikJumat 1 Juli 2022 | 19:21
  • Ini Empat Pesan Khatib Jumat Masjid Al-HaramJumat 1 Juli 2022 | 18:28
  • Raih Medali Keempat, Siswa SD Muhammadiyah 1 Bawa Ngawi di Posisi 4  Panahan PorprovJumat 1 Juli 2022 | 17:35
  • Siswa SD Mugeb Manfaatkan Liburan untuk Persiapan KejurprovJumat 1 Juli 2022 | 15:53
  • Pemilihan Duta Anti Narkoba
    Pemilihan Duta Anti Narkoba, Smamda Borong Semua KategoriJumat 1 Juli 2022 | 15:35
  • Kontroversi Gambar Makhluk Bernyawa. Kajian oleh Dr Zainuddin MZ Lc MA, Direktur Turats Nabawi Pusat Studi Hadits, Sidoarjo.
    Puasa Arafah Berdasarkan Hari atau Tanggal?Jumat 1 Juli 2022 | 14:55

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In