• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
Sabtu, Juli 2, 2022
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Pintu Mudik Tersekat, Pintu Langit Terbuka Lebar

Senin 10 Mei 2021 | 16:02
6 min read
114
SHARES
357
VIEWS
ADVERTISEMENT
Pintu Mudik Tersekat, Pintu Langit Terbuka Lebar (Ilustrasi freepik.com)

Pintu Mudik Tersekat, Pintu Langit Terbuka Lebar, oleh HA Zahri SH MHI, Ketua Pengadilan Agama Trenggalek.

PWMU.CO – Mudik, khususnya bagi masyarakat Jawa, tidak sekedar tradisi, namun boleh jadi sudah menjadi budaya. Disebut budaya karena telah memiliki seperangkat norma, nilai, aturan bahkan kepercayaan.

Mudik menjadi ritual tahunan bagi perantau yang mengais rezeki di negeri orang, wabil khusus di perkotaan. Kembali udik (pulang kampung) guna menyambung tali silaturahim (hubungan kerabat) dan silaturahmi (hubungan pertemanan) supaya tidak putus dengan berjalannya waktu. Orang Islam yakin bahwa silaturahim dapat meluaskan rezeki dan memanjangkan umur.

Manfaat lain, mudik juga sebagai media berbagi rezeki bagi pemudik yang punya kelebihan rezeki untuk sanak kerabat. Membantu kebutuhan pokok mereka menghadapi lebaran, setidaknya tidak ada sanak kerabat yang susah di hari yang penuh kebahagiaan. Konon aliran uang yang dibawa pemudik ke kampung halaman sebelum pandemi Covid 19 cukup signifikan sebagai sarana pemerataan pembangunan ekonomi Indonesia.

Di samping berbagi harta, yang tak kalah penting adalah berbagi ilmu dan pengalaman. Para pemudik menjadi sumber motivasi dan inspirasi bagi kawula muda untuk menggapai cita-citanya dengan cara keluar dari zona nyaman menuju tempat-tempat yang menjanjikan.

Mudik Khas Indonesia

Budaya mudik adalah khas Indonesia, terutama orang Jawa. Di Timur Tengah—sebagai tempat lahirnya Islam sejak zaman Nabi Muhammad SAW, para sahahabat, para tabiin dan para fuqaha—hingga hari ini mudik tidak dikenal.

Budaya apalagi tradisi yang merupakan hasil cipta rasa dan karya manusia tak terlepas dari sisi negatifnya. Sisi negatif bagi para pemudik jika dihubungkan dengan program Ramadhan di sepuluh hari terakhir yang seharusnya lebih fokus ke langit menjadi ambyar.

Untuk kegiatan mudik biasanya membutuhkan banyak persiapan, lebih-lebih yang jaraknya jauh. Persiapan mudik antara lain: belanja barang-barang dan oleh-oleh untuk sanak keluarga di kampung halaman.

Juga mencari penjaga rumah yang akan ditinggalkan pulang kampung, bila membawa kendaraan sendiri harus terlebih dahulu mengecek ke bengkel, atau mencari kendaraan sewa, mencari tiket dan tetek bengek lainnnya.

Bila pemudik kurang sungguh-sungguh dalam beribadah dan tidak bisa mengatur waktu dengan baik, persiapan mudik dapat menggangu program Ramadhan pada sepuluh hari yang terakhir, yang merupakan hari-hari yang penuh berkah dan bertabur pahala.

Persiapan mudik mengalahkan kegiatan tadarus al-Quran, qiymul lail dan sebagainya. Tidak jarang karena menempuh perjalan jauh pemudik memilih tidak puasa dengan alasan musafir. Padahal puasa adalah lebih utama.

وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“…Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (al-Baqarah 184)

Residu lainnya, yang akhir-akhir ini menguat adalah pengaruh negatif pemudik terhadap masyarakat di tempat asalnya. Mudik dijadikan sarana memamerkan kekayaan dan kesuksesan lahiriah duniawiah semata. Tidak peduli apakah harta benda itu diperoleh dengan halal atau haram.

Pascamudik sering merepotkan pemangku kepentingan di kota metropolitan karena para pemudik, khususnya yang bekerja di sektor informal ditengarai mengajak serta kaum kerabatnya yang tidak memiliki ilmu pengetahuan dan skill yang mememadai untuk hidup layak di kota besar.

Dikhawatirkan mereka akan menjadi gepeng (gelandangan dan pengemis) yang tentu menambah beban sosial masyarakat dan pemerintah kota.

Saat Pintu Langit Menunggu

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Sahabat Abu Hurairah RA Nabi SAW bersabda:

إذا دخل رمضان فُتحت له أبوابُ السماء ، وغُلِّقتْ أبوابُ جهنم ، وسُلسلت الشياطينُ

“Apabila masuk Ramadan pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu jahanam ditutup dan setan-setan dirantai.”

Konten hadits ini—dan yang sejenis—menggugah dan mendorong umat Islam di seantero persada bumi untuk menghadirkan tradisi melipatgandakan amal kebaikan melalui pelaksanaan ibadah wajib maupun sunah di bulan Ramadan.

Antara lain: shalat maktubah lima waktu, tarawih, ceramah, membaca al-Quran, takjil bersama marak di mana-mana. Sementara tempat-tempat maksiat dan kemaksiatan tereliminasi sedemikian rupa dengan energi dan semangat Ramadhan.

Kebijakan pemerintah melarang mudik lebaran di tahun 1442 in telah dilakukan juga tahun sebelumnya. Alasan pelarangan tentu dalam rangka memutus rantai penularan Covid-19 yang belum mereda.

“Menjaga kesehatan (nyawa) warga negara didahulukan daripada kepentingan ekonomi,” demikian dalih yang sering diucapkan pihak yang bertanggung jawab urusan mudik. Ironinya mudik dilarang kok WNA dari China secara bertahap leluasa masuk ke Indonesia?

Tapi setiap Muslim layak mengambil hikmah dari setiap kejadian, termasuk larangan mudik. Dengan tidak mudik bagi yang biasa mudik, bisa lebih konsentrasi memenuhi panggilan langit, membuka pintu-pintu langit melalui doa, dzikir, tadarus al-Quran, iktikaf di masjid dengan khusyuk.

Biarlah pintu mudik tersekat asal pintu langit terbuka lebar. Kita fokuskan mengetuk pintu langit agar berkah dan ampunan-Nya dicurahkan kepada kita dalam kehidupan individu maupun kolektif.

Jika kita legowo dengan tidak mudik dan lebih mempersiapkan diri menjalani sisa Ramadhan di sepuluh hari terakhir, isyaallah suasana batin kita akan tetap senang tanpamu Dik! Ungkapan plesetan bagi para suami yang bekerja jauh dari tempat tinggal istri tercintanya.

Mudik fisik juga bisa digantikan dengan mudik online melalui berbagai amplikasi. Lazimnya saat mudik ada kumpul-kumpul keluarga besar denga acara serimonial bisa diganti dengan Zoom Cloud Meetings, live streming YouTube, dan lain-lain.

Anugerah bagi Shaimin

Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal. Tidak hanya hubungan sesama manusia (hablum minannaas), namun juga masuk wilayah hubungan dengan Sang Pencipta (hablun minallah).

Hubungan sesama manusia dengan menjalani protokol kesehatan dan vaksinasi. Protokol kesehatan juga mengintervensi urusan ibadah. Haji dan umrah dijadwal ulang, shaf shalat yang mestinya rapat harus jaga jarak, shalat Idul Fitri di masjid dan tanah lapang untuk zona tertentu dilarang, cukup dikerjakan di rumah masing-masing, dan banyak lagi yang lainnya.

Dalam hal ibadah mahdhah yang cara, tata cara, dan upacaranya telah baku saja kita ubah guna mengikuti protokol kesehatan, apalagi kalau hanya masalah ijtihadiah. Tradisi mudik bukan masyru’, tidak diperintahkan oleh syari’ (sang pembuat peraturan), namun hanya sebuah tradisi yang memiliki landasan filosofis dan sosiologis dalam ajaran Islam.

Bahwa di bulan Ramdan seorang Muslim melaksanakan ibadah puasa, tadarus al-Quran, qiyamul lail, sedekah dan sebagainya dengan harapan mendapat ampunan segala dosanya, khusunya dosanya kepaada Allah sehingga hubungan dengan Allah menjadi harmonis. Berikutnya harus pula diselesaikan kesalahan dengan sesama manusia, teruma kepada orang tua dan sanak kerabat dengan cara saling meaafkan dengan tatap muka.

Dengan landasan filosofis tersebut di atas maka wajar apabila silaturrahim di bulan Syawal secara sosiologis mendapat tempat yang istimewa. Menjadi ritual akbar tahunan yang dirayakan oleh semua masyarakat Indonesia, baik Muslim maupun non-Muslim. Karena telah menjadi ritual akbar tahunan (Lebaran), maka wajar memiliki magnit yang kuat menarik setiap perantau mudik ke kampung hlaman.

Bagi yang belum sadar diri akan ngotot mudik sehingga tak terhindar benturan dengan aparat keamanan di tempat-tempat penyekatan. Kalaupun saat Idul Fitri mereka tidak mudik, ada kemungkinan setelah larangan mudik berakhir banyak pegawai yang berkerja di sektor formal (PNS/PPPK/pegawai BUMN) akan mengambil cuti tahunan untuk konpensasi mudik.

Mudik Idul Adha

Guna mengantisipasi lonjakan pemudik, pemerintah sebaiknya membagi mudik menjadi dua kuota: mudik Idul Fitri dan mudik Idul Adha. Mudik Idul Adha sebenarnya memiliki landasan filosofis yang lebih kuat daripada mudik Idul Fitri dengan argumentasi:

Pertama, hari raya Idul Adha tidak didahului dengan puasa wajib, hanya puasa sunat (puasa Arafah) sehingga apabila kita melakukan persiapan mudik dan halal bi halal tidak mengganggu ibadah wajib.

Kedua, hari raya Idul Adha ditambah hari Tasyrik sebanyak empat hari, berbeda dengan Idul Fitri yang waktunya hanya sehari sehingga untuk bersilaturrahmi lebih leluasa tidak terganggu dengan puasa Syawal.

Keiga, iang THR, bonus, dan sebagainya bisa dibelikan hewan kurban untuk dibagikan kepada fakir miskin sehingga lebih bermanfaat, tidak hanya untuk kepentingan pribadi seperti belanja Idul Fitri.

Untuk merealisasikan ide mudik Idul Adha tersebut tokoh masyarakat, tokoh agama bersama pemerintah mendorong budaya mudik Idul Adha. Dalam hal ini bisa diambil model mudik suku Madura.

Suku Madura memiliki tradisi mudik pada Idul Adha. Masyarakat Madura menyebut Idul Adha dengan Riaja (Hari Raya Besar), sedang sedang Idul Fitri dengan sebutan Telasan, artinya habis-habisan.

Pada saat Riaja orang Madura yang ada di luar pulau Madura turun ke Madura (pulang kampung) untuk merayakan Riaja dengan silatrurrahmi ke sanak saudara. Suasana mudik Idul Adha di Madura lebih ramai dan semarak daripada mudik Idul Fitri.

Jika perlu pemerintah bersama legislatif dapat membuat peraturan perundang-undangan yang mendorong pelaksanaan mudik, halal bi halal dan THR dilaksanakan saat Idul Adha sehingga Idul Adha gaungnya lebih menggema daripada Idul Fitri seperti di negara-negara Timur Tengah.

Pendek kata, apapun urusan orang Islam apalagi yang telah menjalani tarbiyah Ramadhan, endingnya pasti baik. Jika mendapat rezeki bersyukur dan bila ditimpa cobaan bersabar.

Mudik okay tidak mudik juga okay. Kedua-duanya akan membawa berkah dan kebaikan baginya di dunia dan akhirat. Amin. Walllah a’lam bi shawab. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Tags: A ZahriBudaya Mudik Orang MaduraIdul AdhaIktikafIktikaf RamadhanLailatul qadarLarangan MudikMudikMudik dalam Filsafat JawaMudik DilarangMudik Lebaran
SendShare46Tweet29Share

Related Posts

Idul Adha 2022 Beda: Muhammadiyah 9 Juli, Pemerintah 10 Juli, Begini Menyikapinya

Rabu 29 Juni 2022 | 20:34
30k

Tangkapan layar sindang isbat Kemenag Idul Adha 2022 Beda: Muhammadiyah 9 Juli, Pemerintah 10 Juli....

Bolehkah Kurban Diniatkan Juga sebagai Aqiqah

Senin 20 Juni 2022 | 14:55
6.3k

Bolehkah Kurban Diniatkan Juga sebagai Akikah (ilustrasi freepik.com) Bolehkah Kurban Diniatkan Juga sebagai Akikah, Oleh Ustadzah...

Tips Pilih Hewan Kurban di Tengah Wabah PMK

Rabu 15 Juni 2022 | 20:19
17.5k

Tips Pilih Hewan Kurban PWMU.CO- Tips pilih hewan kurban di tengah wabah Penyakit Mulut dan...

Program Ramadhan Al-Mizan Ditutup dengan Pesan Dakwah

Minggu 1 Mei 2022 | 16:43
72

Direktur Pondok Al Mizan Ustadz Mujianto PWMU.CO- Program Ramadhan Panti Asuhan dan Pondok Pesantren Al-Mizan...

Menikmati Mudik Gratis ke Negeri tanpa Corona

Minggu 1 Mei 2022 | 10:46
177

Ernam dan keluarga berfoto di depan bus mudik ke Sumenep. Menikmati Mudik Gratis ke Negeri...

Dari Sunah Menuju Sunah

Jumat 29 April 2022 | 14:02
129

Nurbani Yusuf Dari Sunah Menuju Sunah oleh Nurbani Yusuf, Komunitas Padhang Makhsyar PWMU.CO- Ada yang...

Keluarga Besar Ekonomi Syariah Umla Berbuka Bersama

Senin 25 April 2022 | 13:41
67

Saat kajian menjelang berbuka (Alfain/PWMU.CO) Keluarga Besar Ekonomi Syariah Umla Adakan Buka Bersama, liputan Alfain...

Strategi Khusus Mendapatkan Lailatul Qadar

Senin 25 April 2022 | 12:02
5.2k

Strategi Khusus Mendapatkan Lailatul Qadar (ilustrasi freepik.com) Strategi Khusus Mendapatkan Lailatul Qadar, Oleh Ustadzah Ain Nurwindasari....

Bagaimana Cara Wanita Haid Meraih Lailatul Qadar?

Jumat 22 April 2022 | 19:32
5.3k

Bagaimana Cara Wanita Haid Meraih Lailatul Qadar? (ilustrasi freepik.com) Bagaimana Cara Wanita Haid Meraih Lailatul Qadar? Oleh Ustadzah...

Bolehkah Iktikaf Dilakukan di Mushala?

Jumat 22 April 2022 | 11:11
5.7k

Bolehkah Iktikaf Dilakukan di Mushala? (Ilustrasi freepik.com) Iktikaf Bolehkah Dilakukan di Mushala? oleh Ustadzah Ain Nurwindasari....

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Muktamar Ke-48 Muhammadiyah-Aisyiyah Digelar Luring, Penggembira Bisa Datang

    13451 shares
    Share 5380 Tweet 3363
  • Pakai E-Voting, Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah

    6216 shares
    Share 2486 Tweet 1554
  • Idul Adha Arab Saudi dan Muhammadiyah Sama, Kebetulan yang Penuh Berkah

    4843 shares
    Share 1937 Tweet 1211
  • Santi Puspitasari, Guru Fisika Smamio Itu Berpulang saat Melahirkan, Insyaallah Syahid

    8292 shares
    Share 3317 Tweet 2073
  • Sekolah dari Jerman, Siswa SD Mugeb Ini Akhirnya Diwisuda

    4905 shares
    Share 1962 Tweet 1226
  • Cakepnya Wisudawan Spemdalas berkat Dresscode Ini

    1494 shares
    Share 598 Tweet 374
  • Awarding Class Meeting Spemdalas Meriah oleh Pensi

    1771 shares
    Share 708 Tweet 443
  • Begini Video Kilas Balik Wisudawan Spemdalas yang Bikin Haru

    2061 shares
    Share 824 Tweet 515
  • Tim Kompak di Balik Sukses Graduation XIX Spemdalas

    1333 shares
    Share 533 Tweet 333
  • Pentas Dalang Cilik Spemdalas Bawa Pesan Peduli Lingkungan

    1208 shares
    Share 483 Tweet 302

Berita Terkini

  • Milad ke-36 dirayakan STIT Muhammadiyah Bojonegoro dengan menggelar beragam lomba. Liputan Ahmad Fathoni, kontributor PWMU.CO Bojonegoro.
    Milad Ke-36, STIT Muhammadiyah Bojonegoro Gelar Lomba Puisi dan PidatoJumat 1 Juli 2022 | 21:37
  • PORRSMA
    PORRSMA Jatim Digelar di Blitar, Lomba untuk Direksi Bikin TawaJumat 1 Juli 2022 | 21:19
  • Belajar dengan native speaker
    Belajar dengan Native Speaker, Begini Komentar Guru SpemdalasJumat 1 Juli 2022 | 20:43
  • Dikunjungi MI dari Surabaya, Sekolah Kreatif Menganti Jelaskan Pentingnya BrandingJumat 1 Juli 2022 | 20:26
  • Diksusi Humas
    Diskusi Humas PTMA, Topik Ini Paling MenarikJumat 1 Juli 2022 | 19:21
  • Ini Empat Pesan Khatib Jumat Masjid Al-HaramJumat 1 Juli 2022 | 18:28
  • Raih Medali Keempat, Siswa SD Muhammadiyah 1 Bawa Ngawi di Posisi 4  Panahan PorprovJumat 1 Juli 2022 | 17:35
  • Siswa SD Mugeb Manfaatkan Liburan untuk Persiapan KejurprovJumat 1 Juli 2022 | 15:53
  • Pemilihan Duta Anti Narkoba
    Pemilihan Duta Anti Narkoba, Smamda Borong Semua KategoriJumat 1 Juli 2022 | 15:35
  • Kontroversi Gambar Makhluk Bernyawa. Kajian oleh Dr Zainuddin MZ Lc MA, Direktur Turats Nabawi Pusat Studi Hadits, Sidoarjo.
    Puasa Arafah Berdasarkan Hari atau Tanggal?Jumat 1 Juli 2022 | 14:55

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In