
PWMU.CO – Pendidikan Prioritas, Sumber Daya Insani Berkualitas. Prof M Din Syamsuddin MA PhD menyampaikannya pada Silaturrahim Ramadhan1442, bertema Mengantarkan Generasi Islam Sukses Dunia-Akhirat, Ahad (9/5/21) pagi.
Forum Komunikasi Kepala Sekolah Muhammadiyah (Foskam) SD-MI Jatim yang menggelar acara virtual itu. Lebih dari 170 wali siswa kelas VI SD/MI Muhammadiyah se-Jawa Timur hadir melalui Zoom Clouds Meeting. Sementara itu, sebagian lainnya memilih bergabung lewat siaran langsung kanal Youtube SD Mugeb.
Menurut Din, salah satu cobaan orangtua adalah ketika anak berada di masyarakat. “Masyarakat kita penuh dengan godaan dan ujian bagi anak-anak generasi muda,” ungkapnya.
Din lantas mengimbau, rumah dan sekolah harus bekerja sama untuk mengatasi pengaruh buruk dari kehidupan di luar sana.
Pendidikan Prioritas, Sumber Daya Insani Berkualitas
Menanggapi kesimpulan Ketua Foskam SD-MI Jatim M Syaikhul Islam MHI tentang pentingnya pendidikan, Din menekankan pendidikan harus menjadi prioritas.
Karena, menurutnya, pendidikan bisa berdampak pada bidang lainnya. Jika pendidikannya kurang, maka manusia tidak punya pengetahuan dan keterampilan untuk bisa hidup layak secara ekonomi. Sebaliknya, jika ekonomi lemah, pendidikan juga lemah. “Kayak ayam dan telur,” komentarnya.
“Kenapa umat Islam kalah (ekonomi)?” tanya Din retoris.
Dia mengungkap, sebab pada umat Islam tidak tersedia sumber daya insani yang berkualitas. Sedangkan, menurutnya, umat lain berjaya dalam bidang penciptaan sumber daya manusia yang berkualitas.
Pengikut Yahudi yang sangat mempengaruhi dunia itu, lanjutnya, hanya sebanyak 23 juta. Kalah banyak dengan pengikut Muhammadiyah yang mencapai 35 juta. “Tapi, mereka (Yahudi) minoritas kreatif,” ungkap Din Syamsuddin.
Menurut dia, fenomena ini sesuai surat penggalan surat al-Baqarah ayat 249 berikut:
كَمْ مِّنْ فِئَةٍ قَلِيْلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيْرَةً ۢبِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
“Betapa banyak kelompok minoritas mengalahkan kelompok mayoritas atas izin Allah”
Din menjelaskan, hal ini terjadi karena kelompok minoritas itu menguasai syarat-syarat kemenangan.
“Kata kuncinya sumber daya manusia (SDM)—atau istilah Islamnya sumber daya insani (SDI)—yang berkualitas, sehingga mutlak perlu pendidikan, pendidikan, dan pendidikan!” ujarnya.
Bekal Abad 21: Cerdas, Arif, dan Dewasa
Memasuki sesi diskusi, Din mendapat respon dari salah satu peserta, “Sebagai orangtua, kami sering mendapat informasi kecakapan abad ke- 21. Di antaranya menyangkut karakter, literasi, dan numerasi. Serta communication, collaboration, critical thinking, and creativity (4C).”
Pertanyaannya, “Apakah ini cukup untuk kita bekalkan ke anak-anak Islam kita supaya sukses menyongsong masa depan dunia-akhiratnya?”
Menurut Prof Din, bekal kecakapan itu sebatas teori dari pendapat pakar tentang cara menyiapkan anak-anak hadapi tantangan abad ke- 21. Apalagi, tambahnya, sekarang dikenal dengan era digital.
“Suka tidak suka, kita hadapi era industri 4.0. Teknologi dan ilmu pengetahuan itu berdimensi ganda: ada sisi positif, ada sisi negatif,” jelasnya.
Din menekankan pengaruh kecerdasan dan kedewasaan agar anak selamat atau tidak terpengaruh oleh sisi negatif teknologi. “Tapi jangan anti teknologi. Tidak bisa… dengan revolusi teknologi dan internet,” peringatnya.
Tapi, lanjutnya, kalau anak tidak punya bekal arif menggunakan teknologi, anak akan menjadi korban sisi buruk teknologi.
Din berpendapat, boleh-boleh saja menerapkan bekal kecakapan-kecakapan sesuai anjuran pakar tadi, hanya saja menurutnya, pembentukan akhlak tetap yang utama. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post