Hati-Hati Ada Kokam yang Ideologinya Bukan Muhammadiyah

Hati-hati ada Kokam yang ideologinya bukan Muhammadiyah. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah Sunanto SH MHI.
Cak Nanto: Hati-hati ada Kokam yang ideologinya bukan Muhammadiyah (Tangkapan layar Pandu Anom/PWMU.CO)

PWMU.CO – Hati-hati ada Kokam yang ideologinya bukan Muhammadiyah. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah Sunanto SH MHI.

Dia menyampaikannya saat memberikan sambutan pada Silaturrahmi Pemuda Muhammadiyah se-Indonesia yang digelar secara virtual oleh PP Pemuda Muhammadiyah, Senin (10/5/2021).

Menurut Cak Nanto, sapaan akrabnya, kader Muhammadiyah itu harus berkemajuan. Jadi mempunyai jiwa sosial dan sebagainya. Dan yang terpenting adalah saling menghormati ketika berbeda pendapat dan pandangan.

“Perbedaan pendapat itu sunnatullah, akan tetapi mencaci maki itu bukan sunnatullah. Mencaci maki itu perbuatan yang menurut saya sudah keluar dari kerangka ajaran agama dan keluar pula dari kerangka organisasi,” ujarnya.

Maka, lanjutnya, dalam strategi dakwah kita harus selalu berpedoman kepada ayat al-Quran surat an-Nahl ayat 125.

ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ.

“Jadi mari kita selalu berusaha untuk mengajak kepada jalan yang benar dan baik. Selesaikan dengan kebijaksanaan kalau ada perbedaan pendapat,” ajaknya.

Bukan Gerakan Kultus

Pemuda Muhammadiyah, sambungnya, dalam berorganisasi harus selalu kolektif kolegial. Untuk membangun sebuah organisasi tidak dibangun oleh gerakan kultus. Mengorangkan dan atau mendewakan satu orang yang dianggap paling benar atau orang paling suci

“Itu bukan tipe Pemuda Muhammadiyah dan bukan tipe Muhammadiyah. Misalnya posisi dan kedudukan saya sebagai Ketua Umum PP Pemuda Muahammadiyah, ini hanya sebagai leader organisasi. Secara individu ya sama saja. Yaitu sama-sama manusia yang sama di hadapan Allah swt,” paparnya.

Bahkan, ungkapnya, Allah mengajarkan manusia itu tidak ada bedanya kecuali iman dan takwanya. Maka sekarang mari kita selalu mencari cara kaloborasi dan menemukan model dakwah yang damai dan selalu kita usung Gerakan Muhammadiyah sebagai dakwah bil haq dan dakwah kemanusiaan.

“Jadi hal yang sifatnya naratif yang memang menggiring kita tidak tajdid dan tidak pembaharuan saya kira perlu dihindari. Jadi saya sering katakan kepada teman-teman urusan hidayah dan beriman itu bukan urusan kita. Itu semuanya urusan Tuhan,” jelasnya.

“Urusan kita hanya kholifah di bumi dan target kita adalah khoirunnas anfa uhum linnas. Menjadi orang yang selalu bermanfaat bagi kehidupan orang lain,” tambahnya.

Jangan Merusak Organisasi

Problem terbesarnya, menurutnya, bagaimana bisa melakukan bangunan dakwah yang besar kalau kita selalu bercerai berai dan selalu mempermasalahkan perbedaan-perbedaan. Ini yang sebenarnya bisa didiskusikan karena cara pandang dan cara srategi dakwah saja.

“Misalnya kita berbeda pandangan dengan PP Muhammadiyah strateginya ya memang harus beda. Tetapi perlu diketahui kalau sudah keputusan Pimpinan Pusat namun teman-teman tidak mendukung ya lebih baik diam. Bukan malah menambah situasi yang bisa merusak organisasi ini,” tegasnya.

“Karena ruang dan target organisasinya beda-beda. Untuk itu saya selalu katakan di wilayah modelnya apa, di daerah modelnya apa, di cabang dan ranting modelnya apa ini harus di sesuaikan. Maka kita akan menjadi oragnisasi yang diperhitungkan,” imbuhnya.

Cak Nanto mengingatkan kepada Pemuda Muhammadiyah untuk berhati-hati karena banyak kader yang agak split gerakan modelnya. Mengaku Kokam tetapi ideologinya bukan Muhammadiyah. Mengaku Kokam tetapi model gerakan dakwahnya bukan Pemuda Muhammadiyah dan bukan Kokam.

“Itu saya kira harus hati-hati karena ada banyak fakta dan bukti. Kita juga nantinya akan capek untuk menyelamatkan organisasi kita ini. Jadi bagaimana kita akan terus mengembangkan dakwah dan kemajuan organisasi kalau kader-kader kita malah banyak menghambat dengan persoalan-persoalan yang dianggap mengalami langkah-langkah kemunduran,” paparnya.

Dakwah di Birokrasi, Daim dan Ulama Penting

Dia berharap kader-kader Pemuda Muhammadiyah tetap semangat dan tetap menyampaikan isu Islam yang rahmatan lil alamin. Dan mari kita bergerak kepada gerakan-gerakan kemanusian.

“Kita harus ditumbuhi oleh nilai-nilai keagamaan yang kuat agar kita tidak terjebak hanya kepada kepentingan dunia semata tapi tidak pernah dilapisi oleh kepentingan akhirat,” pesannya.

Dia menambahkan dakwah di birokrasi sangat penting. Dakwah dai dan ulama juga sangat penting. Dan semuanya sangat penting.

“Kami lagi mendesain bagaimana ini menjadi satu kekuatan, karena kami PP Pemuda Muhammadiyah melakukan pembaharuan dan penataan terus-menerus,” terangnya.

“Penataan ini berguna untuk mendistribusikan semua potensi kader dalam rangka menyemai dan menyebarkan nilai-nilai Muhammadiyah, nilai-nilai Islam kepada semua relung kehidupan manusia,” tuturnya. (*)

Penulis Pandu Anom Nayaka . Editor Sugiran.

Exit mobile version