Shalat Khusuf di Giri: Gerhana Bukti Kebesaran Allah

Ustadz Muhammad In’am saat menyampaikan khutbah shalat khusuf (gerhana bulan) d Masjid at-Taqwa Giri, Keboms, Gresik. (Mahfudz Efendi/PWMU.CO)

PWMU.CO – Shalat Khusuf di Giri: Gerhana Bukti Kebesaran Allah. Penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, termasuk peristiwa gerhana sebagai bukti tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.

Hal itu disampaikan H Muhammad In’am MPdI saat menjadi khatib shalat khusuf (gerhana bulan) di Masjid at-Taqwa Giri, Perguruan Muhammadiyah Kebomas Gresik (26/5/2021), malam.

Muhammad In’am menukil al-Quran Surat Ali Imran 190: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.”

“Tertibnya garis edar bulan, matahari dan benda langit sedemikian rupa sehingga tidak terjadinya tabrakan merupakan tanda kekuasaan-Nya yang menjadi bahan pemikiran bagi ulil albab atau orang yang berfikir,” terangnya.

Dia menjelaskan, termasuk menjadi bahan pemikiran bagi ulil albab adalah ikan-ikan di laut yang tidak terpengaruh “asinnya air laut.

“Hingga orang yang ulil albab ini akan mengucapkan ‘Rabbana ma khalaqta hadza bathila (wahai Pemelihara kami, Engkau tidak menciptakan semua ini sia-sia)’,” terangnya.


In’am menegaskan, penggalan dari Surat Ali Imran ayat 191 itu menjadikan kita dalam kondisi apapun wajib untuk selalu bersyukur. Bersyukur tidak melulu tentang apa yang sudah Allah berikan kepada kita. Namun, bersyukur atas segala ciptaan-Nya di alam semesta ini.

Gerhana di Zaman Rasulullah, Masa Lalu, dan Kini

Muhammad In’am menguraikan, peristiwa gerhana adalah peristiwa alami sunnahtullah terjadi karena ketentuan Allah.

Di zaman Rasulullah Muhammad SAW peristiwa gerhana dikaitkan dengan kematian seseorang. “Ketika Ibrahim anak Nabi dari istrinya yang bernama Maria Al-Qibtiyah meninggal, terjadilah gerhana matahari yang disaksikan oleh seluruh masyarakat Arab kala itu,” ungkapnya

Maka, lanjutnya, tak sedikit dari mereka mengaitkan gerhana (matahari) sebagai pertanda kematian.

Fenomena gerhana matahari dan bulan juga dimaknai oleh hal-hal yang tidak rasional oleh masyarakat kala itu. Bahkan, terang Muhammad In’am, tradisi tetabuhan atau kotekan itu dilakukan masyarakat terdahulu sebagai bentuk sarana mengejar Batara Kala. Dalam cerita Jawa kuno, gerhana bulan terjadi karena ada Batara Kala yang hendak menelannya.

Amalan saat Gerhana

In’am menanyakan, apa sesungguhnya amalan yang kita lakukan saat terjadi gerhana?

Dia menukil hadits riwayat Bukhari yang menjelaskan amalan saat terjadi gerhana: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.

Sesuai maklumat Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang dikeluarkan Wakil Ketua Dr Oman Fathurohman dan Sekretaris Mohammad Mas’udi MAg di Yogyakarta, 19 Mei 2021 pimpinan dan warga Muhammadiyah diimbau untuk melaksanakan shalat gerhana bulan (shalat khusuf) serta melakukan pengamatan gerhana bulan.

Gerhana bulan total malam ini terjadi dan dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia pada Rabu, 14 Syawal 1442 H yang bertepatan dengan 26 Mei 2021 M dimulai pukul 15:47:39 WIB dan berakhir pukul 20:49:41 WIB. (*)

Penuis Mahfudd Efendi Editor Mohamamd Nurfatoni

Exit mobile version