• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
Selasa, Juli 5, 2022
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

22 Juni Teringat Piagam Jakarta dan Ki Bagus Hadikusumo

Selasa 22 Juni 2021 | 07:01
5 min read
8.7k
SHARES
27.1k
VIEWS
ADVERTISEMENT
22 Juni
Bung Karno dalam Sidang PPKI.

22 Juni Teringat Piagam Jakarta dan Ki Bagus Hadikusumo oleh Ainur Rafiq Sophiaan, Wakil Ketua LHKP PWM Jatim.

PWMU.CO– Tanggal 22 Juni 1945 merupakan hari bersejarah di awal kelahiran Republik Indonesia. Hari itu tercapai kesepakatan tentang rumusan dasar negara dan teks naskah proklamasi. Kesepakatan itu disebut Piagam Jakarta.

Sebenarnya 22 Juni ini sangat layak dijadikan hari lahir Pancasila daripada 1 Juni. Tapi kekuatan politik telah membelokkan sejarah.  Bung Karno sendiri menyatakan Piagam Jakarta adalah satu kesatuan dan ruh dari Pancasila itu sendiri.

Dalam proses kelahiran Piagam Jakarta, peran Ki Bagus Hadikusumo dan Kasman Singodimedjo sangat besar menengahi perbedaan kelompok Islam dan sekuler.

Pada sidang BPUPKI, Ki Bagus Hadikusumo juga berpidato. Bukan hanya tiga orang, Muhammad Yamin, Soepomo, dan Sukarno.

Dalam pidatonya Ki Bagus Hadikusumo yang juga Ketua Muhammadiyah menyampaikan, ”Jika tuan-tuan bersungguh-sungguh menghendaki negara Indonesia mempunyai rakyat yang kuat bersatu padu berdasar persaudaraan yang erat dan kekeluargaan serta gotong royong, didirikanlah negara kita ini di atas petunjuk-petunjuk al-Quran dan al-hadits seperti yang sudah saya terangkan tadi.”

Ki Bagus menekankan lagi, ”Bangunlah negara kita ini dengan bersendi agama Islam yang mengandung hikmah dan kebenaran”. (Saafroedin Bahar, Nannie Hudawati, Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI): 1998).

Alasan Ki Bagus, Islam merupakan agama bagi mayoritas bangsa Indonesia, bahkan hukum Islam sudah hidup dan berlaku di Indonesia sebelum Belanda datang. Sehingga banyak sekali hukum Islam yang kemudian menjadi adat istiadat bangsa Indonesia.

Karena itu, menurut Ki Bagus, untuk menyesuaikan dasar negara Indonesia dengan jiwa rakyatnya, maka para perumus dasar negara harus mengetahui betul-betul adanya jiwa ke-Islaman rakyat. ”Selamilah jiwa rakyat sedalam-dalamnya untuk menjadi dasarnya tata negara kita. Supaya negara kita dapat menjadi negara yang kuat dan sentosa.”

Hasil Konsensus

BPUPKI kemudian membentuk Panitia Sembilan untuk merumuskan dasar negara. Pada 22 Juni 1945 disepakatilah rumusan dasar negara itu yang disebut Piagam Jakarta (The Jakarta Charter).

Dasar negara yang tertuang dalam Piagam Jakarta disebutkan

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Yang mencirikhaskan Piagam Jakarta terletak pada kalimat Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. 

Kalimat inilah yang kemudian menjadi polemik dan ditolak oleh kalangan Kristen. Mereka menyebut hal itu adalah bentuk diskriminasi terhadap  mereka yang minoritas. Padahal dalam laporannya di sidang BPUPKI Sukarno mengatakan, hal itu merupakan hasil kompromis antara dua pihak (nasionalis-sekuler dan nasionalis-religius) yang didasarkan atas memberi dan mengambil.

Melanggar Konsensus

Tanggal 22 Juni itu Piagam Jakarta disepakati sebagai dasar negara Indonesia. Seluruh anggota Panitia Sembilan menandatangani piagam itu. Namun pada tanggal 18 Agustus 1945, sebelum digelar sidang PPKI terjadi perubahan mendasar pada bagian pertama Piagam Jakarta.

Tujuh kata yang ada telah hilang dan berubah menjadi Ketuhanan Yang Mahaesa. Apa yang terjadi?

Berdasarkan informasi yang diterima Mohammad Hatta, ia mendapat berita dari opsir Kaigun (Angkatan Laut Jepang) yang menyampaikan bahwa wakil-wakil Protestan dan Katolik di wilayah Indonesia yang dikuasai Angkatan Laut Jepang keberatan terhadap kalimat tujuh kata dalam Piagam Jakarta.

Mereka (wakil-wakil Kristen dan Katolik) mengakui bahwa bagian kalimat itu tidak mengikat mereka, hanya mengenai rakyat yang beragama Islam. Tapi jika kalimat yang diskriminatif itu tetap ada dalam Piagam Jakarta, dikatakan bahwa mereka lebih suka berada di luar Republik Indonesia (Mohammad Hatta, Sekitar Peroklamasi: 1969).

Karena hal itu sangat serius, maka sebelum sidang dimulai, Hatta mengajak Ki Bagus Hadikusumo, KH Wahid Hasyim, Kasman Singodimedjo, dan Teuku Muhammad Hasan untuk mengadakan rapat pendahuluan membahas hal itu.

Semula lobi itu gagal. Karena Ki Bagus menolak keras usul perubahan itu. Melihat kemacetan itu Kasman yang sesama orang Muhammadiyah menemui Ki Bagus dan meminta agar bersedia berunding.

Kasman menjelaskan, situasi gawat. Perlu segera disahkan Undang-Undang Dasar untuk berdirinya negara Republik Indonesia merdeka.

Dijelaskan, setelah enam bulan nanti Majelis Permusyawaratan Rakyat akan bersidang membentuk Undang-Undang Dasar yang baru, sebagaimana yang dikatakan Sukarno dalam sidang BPUPKI.

Pada akhirnya Ki Bagus melunak. Bersedia menerima penghapusan kalimat sila pertama dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

Hatta dan Teuku Muhammad Hasan juga bersedia memenuhi usul Ki Bagus, yaitu Ketuhanan ditambah dengan Yang Mahaesa. Waktu itu Ki Bagus menyatakan bahwa arti Ketuhanan Yang Mahaesa adalah tauhid. (Suhatno, Ki Bagus Hadikusumo, Hasil Karya dan Pengabdiannya: 1982/1983)

Ternyata janji politik tinggal janji. Sepuluh tahun kemudian baru terbentuk Konstituante untuk menyusun UUD baru. Ketika Kasman dan tokoh Islam lainnya menagih janji Bung Karno agar mengembalikan tujuh kata yang dihapus menjadi sia-sia.

Di akhir masa hidupnya Kasman mengatakan, sangat menyesal memengaruhi Ki Bagus agar bersedia menerima perubahan sila pertama itu yang ternyata hasilnya sangat merugikan umat Islam. (*)

Editor Sugeng Purwanto

Tags: Ainur Rafiq SophiaanBPUPKIKi Bagus HadikusumoPiagam Jakarta
SendShare3467Tweet2167Share

Related Posts

Masjid Imam Balqi Kampung Inggris Usung Khotbah Tiga Bahasa

Sabtu 26 Maret 2022 | 09:33
793

Gambar grafis Masjid Imam Balqi Kampung Inggris Pare. PWMU.CO- Masjid Imam Balqi menjadi ikon baru...

Uprak SDMM, Ada Pendalang ala Stand up Comedy

Kamis 17 Maret 2022 | 13:27
146

Siswa SDMM foto bersama setelah ujian praktik bahasa Indonesia (Ema/PWMU.CO) Uprak SDMM, Ada Pendalang ala...

PAN Jatim Dilantik, Ini Target Kursi Pemilu

Minggu 12 Desember 2021 | 06:33
470

Pelantikan PAN Jatim, Sabtu malam. PWMU.CO- PAN (Partai Amanat Nasional) Jawa Timur siap bertarung di...

Reuni 212 Tidak Cukup Bernostalgia

Kamis 2 Desember 2021 | 10:53
871

Ainur Rafiq Sophiaan, tengah, saat hadiri di Aksi 212 Jakarta. (doumentasi) Reuni 212 Tidak Cukup...

KH Mas Mansur di Tengah Lahirnya Resolusi Jihad 22 Oktober 1945

Jumat 22 Oktober 2021 | 00:01
2.4k

KH Mas Mansur di Tengah Lahirnya Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 KH Mas Mansur di...

Ketika Saad Ibrahim Mencium Gambar Nadjib Hamid

Minggu 29 Agustus 2021 | 06:19
1.3k

Ketika Saad Ibrahim Mencium Gambar Nadjib Hamid (Miftahul Ilmi/PWMU.CO) PWMU.CO – Ketika Saad Ibrahim Mencium...

Milad Ke-15 Matan, Pertarungan Tiga Misi Dakwah

Sabtu 28 Agustus 2021 | 08:10
23.6k

Majalah Matan edisi September 2021. Milad K-15 Matan, Pertarungan Tiga Misi Dakwah oleh Ainur Rafiq...

Pancasila, Piagam Jakarta, dan Piagam Madinah

Rabu 18 Agustus 2021 | 09:11
306

Prima Mari Kristanto penulis Pancasila, Piagam Jakarta, dan Piagam Madinah Pancasila, Piagam Jakarta, dan Piagam...

18 Agustus 1945, Kebaikan yang Dikhianati

Rabu 18 Agustus 2021 | 06:09
10.4k

M Rizal Fadillah 18 Agustus 1945, Kebaikan yang Dikhianati oleh M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik...

Harmoko Wafat, Ini Kenangan Safari Ramadhan Bersamanya

Senin 5 Juli 2021 | 12:32
715

Menpen Harmoko dikerubungi wartawan tiap jumpa pers. Harmoko Wafat, Ini Kenangan Safari Ramadhan Bersamanya oleh...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Masuknya Virus Salafi ke Jantung Muhammadiyah

    6248 shares
    Share 2499 Tweet 1562
  • Dipuji Haedar Nashir, Begini Respon Rektor UM Bima

    3828 shares
    Share 1531 Tweet 957
  • Luar Biasa! Begini Besarnya Potensi Lahan Dakwah Digital

    3658 shares
    Share 1463 Tweet 915
  • Semua Orang Itu Penting, Ini Branding Empat Sekolah GKB

    3550 shares
    Share 1420 Tweet 888
  • Ikut Pelatihan Menulis, Dapat Rezeki Nomplok

    3044 shares
    Share 1218 Tweet 761
  • Jamaah Masjid Sujud Diingatkan Karakter Internet yang ‘Khalidina fiha Abadan’

    2709 shares
    Share 1084 Tweet 677
  • Pentas Dalang Cilik Spemdalas Bawa Pesan Peduli Lingkungan

    3263 shares
    Share 1305 Tweet 816
  • Jangan Keliru! Ada Dua Macam Air Zamzam di Masjid Al-Haram

    1783 shares
    Share 713 Tweet 446
  • Tim Kompak di Balik Sukses Graduation XIX Spemdalas

    2229 shares
    Share 892 Tweet 557
  • Cakepnya Wisudawan Spemdalas berkat Dresscode Ini

    2394 shares
    Share 958 Tweet 599

Berita Terkini

  • Lazismu Bojonegoro
    Lazismu Bojonegoro Gelar Workshop Manajemen Kurban saat Wabah PMKSelasa 5 Juli 2022 | 20:33
  • Kasus ACT
    Kasus ACT, Begini Komentar Abdul Mu’tiSelasa 5 Juli 2022 | 19:49
  • Gedung panti
    Gedung Panti Ini Butuh Dana Rp 2 MSelasa 5 Juli 2022 | 16:07
  • Peranan Media Sosial dalam Marketing PariwisataSelasa 5 Juli 2022 | 15:50
  • Bersiap Tarwiyah sebelum Wukuf, KBIH Baitul Atiq BerkoordinasiSelasa 5 Juli 2022 | 14:32
  • Menggoda setan
    Masuknya Virus Salafi ke Jantung MuhammadiyahSelasa 5 Juli 2022 | 14:00
  • Amankan Aset
    Amankan Aset, Majelis Wakaf Kenalkan Program SIMAMSelasa 5 Juli 2022 | 13:55
  • Jangan Keliru! Ada Dua Macam Air Zamzam di Masjid Al-HaramSelasa 5 Juli 2022 | 13:52
  • Quote untuk Guru: Teruslah Menggergaji, tapi Jangan Lupa MengasahnyaSelasa 5 Juli 2022 | 13:28
  • Pemuda Tangkas, tindak lanjut Baitul Arqam Dasar (BAD) PDPM Tulungagung. Liputan Ubaidillah Alif Alwan, kontributor PWMU.CO Tulungagung.
    Pemuda Tangkas, Tindak Lanjut BAD Pemuda Muhammadiyah TulungagungSelasa 5 Juli 2022 | 13:13

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In