• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
Selasa, Juli 5, 2022
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Analisa tentang Sombong yang Menyesatkan Masa Depan

Rabu 23 Juni 2021 | 18:45
6 min read
1.3k
SHARES
4k
VIEWS
ADVERTISEMENT
Analisa tentang Sombong yang Menyesatkan Masa Depan (Tangkapan layar Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO)

PWMU.CO – Analisa tentang Sombong yang Menyesatkan Masa Depan. Analisa Widyaningrum MPsi Psikolog menyampakan itu saat memberi motivasi pendidikan di Wisuda XXI SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb), Selasa (22/6/21).

Konsep growth mindset baru ia pelajari saat di akhir bangku SMA, tepatnya dari pengalaman gagal lulus tes masuk kampus impiannya: UGM. Analisa mengatakan, growth mindset berarti tidak menilai kegagalan sebagai akhir dari segalanya, tapi mau mencoba lagi.

Pemikiran ini kebalikan dari pemikiran fixed mindset atau “sombong” yang pernah menyesatkannya ketika belajar di SMP. Analisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mengajak para peserta belajar dari pengalaman belajarnya selama ini.

Partner belajar Wardah Inspiring Teacher di Auckland 2019 itu berpendapat, pendidikan adalah eskalator untuk mencapai masa depan yang bisa mengubah kehidupan kita.

Indonesia 2045 Negara Kaya

Analisa—panggilan akrab founder Sehati Menginspirasi itu—mengungkap kesepakatan dalam sebuah konferensi internasional di awal pandemi. Saat itu dia hadir bersama Kemenpora, pelajar Indonesia, dan anak-anak muda di negara itu.

“Semua sepakat, setiap bangsa punya masa depan, dan Indonesia… Tau nggak sih dek, 2045 kita akan diramalkan menjadi negara kaya?” kata dia.

Negara yang sangat kaya, menurut pembicara di Istanbul Youth Summit di Turki tahun 2020 itu, tidak mungkin jika tidak ditunjang dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni.

Melihat efek pandemi yang luar biasa di bidang ekonomi, Analisa bertanya, “Apa bisa Indonesia jadi negara kaya di tahun 2045?”

Dia menjelaskan, 25 tahun ke depan, Indonesia mendapat “bonus” demografi. “Sekarang generasi yang paling banyak populasinya adalah milenial. Kita lagi dapat bonus dimana usia yang paling banyak di Indonesia itu jauh lebih banyak usia produktif yang menghasilkan pendapatan,” jelasnya.

Tapi, pada tahun 2045, akan terjadi penurunan: aging population. “Kita akan lebih banyak usia yang nonproduktif, jadi untuk mengejar kekayaan Indonesia di masa 2045, nggak akan tercapai atau sulit tercapai kalau nggak 25 tahun ini kita perjuangkan!” tuturnya.

Estafet Mimpi untuk Generasi Pemegang 2045

Analisa bertanya, “Di mana peran adik-adik yang sekarang baru lulus dari SD ini?”

“Sepuluh tahun lagi, anda akan memasuki usia di mana anda sudah meraih masa depan. Dan 10 tahun lagi merupakan momen 2045, misi Indonesia 2045 ada di tangan anda,” ungkapnya.

Pertanyaan lain muncul, “Bagaimana estafet mimpi-mimpi dari generasi sebelumnya ini bisa tercapai?”

Dia menyatakan punya keyakinan kuat terkait alasannya sebagai psikolog memilih aktif di media sosial, seperti Youtube. “Karena saya tau banget nih, anak-anak yang lahir di generasi Z dan Alfa kalau dibawa ke ruang psikolog biasanya sudah takut duluan,” ujarnya.

Tapi, lanjutnya, kalau diminta membuka Youtube, mereka langsung mau dan merasa dekat dengan psikolognya.

Jadikan Diri sebagai Nakhoda

Pada saat pandemi ini, Analisa menyatakan para wisudawan menghadapi tantangan berbeda. “Memang pandemi ini tidak mudah, kita semua lelah. Sekolah dari rumah, banyak yang merasa bosan,” ujarnya berempati.

Bahkan dalam penelitian tahun 2020, lanjutnya, banyak orangtua mengalami parental burnout. Dia menyadari semua sedang mengalami stres berkepanjangan, sampai akhirnya lelah atau mengalami pandemic fatigue. Ini akibat ketidakpastian kapan pandemi berakhir.

Meski demikian, dia meyakinkan, “Kita bisa survive (bertahan)!”

Psikolog klinis lulusan UGM itu mengarahkan wisudawan agar menempatkan diri sebagai nakhoda. “Seperti Anda adalah seorang nakhoda. Adik nahkoda di atas kapal masing-masing,” tuturnya.

Nakhoda itu tidak tahu navigasi yang mengarahkan dia untuk berlayar. “Itu bukan dia yang mengendalikan, tapi Allah!” tegasnya.

Pada saat mau berlayar menyeberangi pulau, lanjutnya, tiba-tiba angin datang dari barat. Padahal dia mau lewat sana. Mercusuar memberikan sinyal. Meski dia memohon agar angin itu tidak lewat jalur yang dilewatinya, angin itu tetap akan datang. Demikian Analisa menerangkannya.

Tapi, imbuhnya, nakhoda akan tetap sampai dengan catatan dia tau tujuannya ke mana. Sebab, dia punya navigasi kuat yang dia pahami, yakini, dan bisa menyesuaikan setir kapalnya.

Analisa kemudian menekankan kepada wisudawan, bukan berarti ketika mereka tidak bisa membuat sekolah daring ini selesai, mereka bisa menyalahkan pandemi. “Itu namanya nakhoda menyalahkan angin!” ujarnya.

“We can’t control the wind (kita tidak bisa mengendalikan angin), kita hanya bisa menyesuaikan setir kita,” tuturnya.

Maka, Analisa menyarankan agar wisudawan membuat tujuan dan menjadi nakhoda yang punya navigasi.

“Sombong” yang Menyesatkan Masa Depan

Analisa pun menceritakan kilas balik perjalanan belajarnya selama ini, dengan latar belakang ayahnya sebagai karyawan BUMN dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Usai lulus SD, Analisa kecil punya mimpi ingin lulus sekolah setinggi mungkin. Dia menceritakannya dengan mata berkaca-kaca.

Menjadi lulusan sekolah dasar yang mampu menembus SMP favorit di kota kelahirannya, Jogja, dan termasuk peringkat atas, membuatnya ‘sombong’. “Waktu SMP saya jadi malas belajar, karena merasa sudah pintar,” ceritanya.

Dia juga terlalu asik—dalam hal positif selain belajar—berorganisasi, jadi penyiar radio, dan atlet basket. “Sampai waktu ujian nasional, saya malah ikut kompetisi basket, di mana saya nggak belajar waktu itu,” ujarnya.

Akibatnya, Analisa lulus SMP dengan peringkat 256 dari sekitar 400 siswa. Padahal ia awalnya masuk dengan peringkat 10. “(Sekolah) di SMP yang saya pengin sudah tercapai, agak sombong dan asik dengan kegiatan lain, (jadi) masuk ke SMA yang jauh dari keinginan saya,” kisahnya.

Justru saat itu, sebagai nahkoda, Analisa mengaku sadar navigasinya agak tersesat. Dia pun mengingatkan, “Masuk SMP bukan akhir segalanya, melainkan awal menentukan masa depan!”

Mau Jadi Apa? Banyak Baca dan Eksplorasi!

Di SMA, Analisa mulai mencari tau akan kuliah di mana. Saat itu dia mengatakan pilihannya masih berubah-ubah. Jadi menurutnya wajar jika wisudawan yang masih lulus SD itu belum menentukan tujuan yang pasti dan realistis.

“Tenang aja, berdasarkan teori yang saya pelajari pada saat kuliah, adik-adik kalau masih 12 tahun ke bawah, kalau ditanya mau jadi apa agak tidak realistis,” terangnya.

Misal, seperti anaknya yang menginjak usia tujuh tahun. Saat ditanya mau jadi apa, anaknya menjawab ingin jadi Elon Musk.

Dia menambahkan, saat lulus SD—berusia13 tahun—dan ditanya mau jadi apa, jawabannya masih berubah-ubah dan muncul ketidakpercayaan dalam diri. “Ah nggak ah, nggak mungkin, aku kan nggak pinter,” ujarnya mencontohkan. 

Nanti, imbuhnya, ketika berusia 19 tahun baru mulai realistis. Meski menjadi tidak percaya diri lagi. Untuk itu, Analisa menyarankan agar wisudawan banyak membaca dan mengeksplorasi, sehingga tau mau menjadi apa nantinya.

Fixed Vs Growth Mindset dan Milestone

Meski di SMP sempat sombong, di SMA dia kembali berupaya tidak sombong. Sombong yang dia maksud berarti fixed mindset. “Bukan sombong secara terang-terangan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Analisa menjelaskan bentuk sikap sombong, “Punya pemikiran bahwa merasa sudah bisa, jadi setiap ada challenge (tantangan) kita hindari, jadi kita nggak mau belajar lebih.”

Lalu ketika gagal tes masuk UGM, Analisa menerapkan growth mindset. Dia mengikuti bimbingan belajar di dua tempat usai pulang sekolah. “Alhamdulillah keterima di (Universitas) Gajah Mada, di Fakultas Psikologi yang jadi keinginan saya,” ucapnya.

Dia kira mimpinya sudah menjadi kenyataan, tapi ternyata itu baru permulaan lagi. Katanya, ada mimpi lagi yang dia buat: milestone baru.

Analisa menyarankan kepada para wisudawan untuk menentukan milestone yang diinginkan dalam hidup. “Mau jadi apa sih? Walau pada perjalanannya mengalami kegagalan, tapi akhirnya tau navigasinya mau ke mana,” jelas dia. (*)

Analisa tentang Sombong yang Menyesatkan Masa Depan: Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni

Tags: Analisa WidyaningrumSayyidah NuriyahSD MugebWisuda XXI SD Mugeb
SendShare510Tweet319Share

Related Posts

Mimsapa Kediri Belajar ke Perpustakaan Al Hikmah SD Mugeb

Selasa 5 Juli 2022 | 07:03
103

Anggota rombongan Mimsapa saat belajar Inlislite. (Fanani/PWMU.CO) Mimsapa Kediri Belajar ke Perpustakaan Al Hikmah SD...

Jamaah Masjid Sujud Diingatkan Karakter Internet yang ‘Khalidina fiha Abadan’

Senin 4 Juli 2022 | 16:32
8.5k

Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni bertausiah di Masjid Al-Fattah Kepatihan Tulungagung (Syahroni Nur Wachid/PWMU.CO) Jamaah...

Hati-Hati Termakan Bualan di Media Sosial

Senin 4 Juli 2022 | 14:10
356

Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni bertausiah di Masjid Al-Fattah Kepatihan Tulungagung (Syahroni Nur Wachid/PWMU.CO) Hati-Hati...

Luar Biasa! Begini Besarnya Potensi Lahan Dakwah Digital

Senin 4 Juli 2022 | 08:25
11.4k

Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni bertausiah di Masjid Al-Fattah Kepatihan Tulungagung (Syahroni Nur Wachid/PWMU.CO) Luar...

Siswa Libur, Guru SD Mugeb IHT Pemanfaatan Akun Belajar.id

Sabtu 2 Juli 2022 | 10:06
111

Lailatul Mabadi Chaira SSi membantu Romlah SPd membagikan tautan situsnya (Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO) Siswa Libur, Guru...

Siswa SD Mugeb Manfaatkan Liburan untuk Persiapan Kejurprov

Jumat 1 Juli 2022 | 15:53
56

Abiyu Rausan Fikri Kholiq (kiri) fokus berlatih catur (Istimewa/PWMU.CO) Siswa SD Mugeb Manfaatkan Liburan untuk Persiapan...

Siswa SD Mugeb Pamerkan Hasil Karya Proyek, Panen Apresiasi

Kamis 30 Juni 2022 | 15:29
348

Andi Prasraya Abyaz Ahza Kuniady mempresentasikan hasil karyanya. (Kaiisnawati/PWMU.CO) Siswa SD Mugeb Pamerkan Hasil Karya...

Stan SD Mugeb Terbaik dalam Gelar Karya Mandiri Program Sekolah Penggerak

Kamis 30 Juni 2022 | 10:30
270

Penyerahan penghargaan stan terbaik oleh Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik Nur Maslichah...

Member PBS Praktik Berbahasa Inggris dalam Happy Shopping

Rabu 29 Juni 2022 | 22:58
158

Suasana Happy Shopping di Logmart GKB 1. Member PBS Praktik Berbahasa Inggris di Happy Shopping (Fara/PWMU.CO...

Sekolah dari Jerman, Siswa SD Mugeb Ini Akhirnya Diwisuda

Rabu 29 Juni 2022 | 09:52
15.5k

Muhammad Nararya Purwanto bersama Kepala SD Mugeb M Nor Qomari SSi di Wisuda XXII (Istimewa/PWMU.CO)...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Masuknya Virus Salafi ke Jantung Muhammadiyah

    6222 shares
    Share 2489 Tweet 1556
  • Dipuji Haedar Nashir, Begini Respon Rektor UM Bima

    3828 shares
    Share 1531 Tweet 957
  • Luar Biasa! Begini Besarnya Potensi Lahan Dakwah Digital

    3658 shares
    Share 1463 Tweet 915
  • Semua Orang Itu Penting, Ini Branding Empat Sekolah GKB

    3550 shares
    Share 1420 Tweet 888
  • Ikut Pelatihan Menulis, Dapat Rezeki Nomplok

    3044 shares
    Share 1218 Tweet 761
  • Jamaah Masjid Sujud Diingatkan Karakter Internet yang ‘Khalidina fiha Abadan’

    2709 shares
    Share 1084 Tweet 677
  • Pentas Dalang Cilik Spemdalas Bawa Pesan Peduli Lingkungan

    3263 shares
    Share 1305 Tweet 816
  • Jangan Keliru! Ada Dua Macam Air Zamzam di Masjid Al-Haram

    1770 shares
    Share 708 Tweet 443
  • Tim Kompak di Balik Sukses Graduation XIX Spemdalas

    2229 shares
    Share 892 Tweet 557
  • Cakepnya Wisudawan Spemdalas berkat Dresscode Ini

    2394 shares
    Share 958 Tweet 599

Berita Terkini

  • Lazismu Bojonegoro
    Lazismu Bojonegoro Gelar Workshop Manajemen Kurban saat Wabah PMKSelasa 5 Juli 2022 | 20:33
  • Kasus ACT
    Kasus ACT, Begini Komentar Abdul Mu’tiSelasa 5 Juli 2022 | 19:49
  • Gedung panti
    Gedung Panti Ini Butuh Dana Rp 2 MSelasa 5 Juli 2022 | 16:07
  • Peranan Media Sosial dalam Marketing PariwisataSelasa 5 Juli 2022 | 15:50
  • Bersiap Tarwiyah sebelum Wukuf, KBIH Baitul Atiq BerkoordinasiSelasa 5 Juli 2022 | 14:32
  • Menggoda setan
    Masuknya Virus Salafi ke Jantung MuhammadiyahSelasa 5 Juli 2022 | 14:00
  • Amankan Aset
    Amankan Aset, Majelis Wakaf Kenalkan Program SIMAMSelasa 5 Juli 2022 | 13:55
  • Jangan Keliru! Ada Dua Macam Air Zamzam di Masjid Al-HaramSelasa 5 Juli 2022 | 13:52
  • Quote untuk Guru: Teruslah Menggergaji, tapi Jangan Lupa MengasahnyaSelasa 5 Juli 2022 | 13:28
  • Pemuda Tangkas, tindak lanjut Baitul Arqam Dasar (BAD) PDPM Tulungagung. Liputan Ubaidillah Alif Alwan, kontributor PWMU.CO Tulungagung.
    Pemuda Tangkas, Tindak Lanjut BAD Pemuda Muhammadiyah TulungagungSelasa 5 Juli 2022 | 13:13

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In