PWMU.CO – Siswa SMAM 3 Gresik Roudhotul Jannah mengikuti English Conversation atau percakapan bahasa Inggris yang digelar oleh Global Quarantine Conversation Club (GQCC), lwata Zoom Cloud Meeting, Ahad (5/9/2021)
Dalam kesempatan tersebut, Jannah, sapaan akrabnya, didapuk sebagai salah satu pembicara dari lima pembicara dari seluruh dunia.
Koordinator International Collaboration SMA Muhammadiyah (SMAM) 3 Gresik Badriatur Rohma menerangkan, Global Quarantine Conversation Club merupakan klub percakapan global yang beranggotakan mahasiswa dan pelajar setingkat SMA dari 40 negara di dunia. Di antaranya Armenia, Bangladesh, India, Vietnam, Taiwan, dan Korea Selatan.
“Tujuan dari kegiatan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dengan saling berkomunikasi langsung dengan luar negeri,” ujar Miss Bee, sapaan akrabnya, Kamis (9/9/2021).
Dia menjelaskan, percakapan kali ini adalah episode ketiga dari webinar series untuk remaja yang diadakan satu bulan sekali. “Webinar ini merupakan afiliasi dari Global Quarantine Conversation Club for Teens, IELTA dan The Ramagya School Dadri (India),” jelasnya.
Kegiatan kali ini membahas tentang pengalaman, cerita, dan ide lima pembicara tentang tema Mental Health and Well Being in Pandemic. “Kami memang sudah bergabung hampir satu tahun, dan saya surprise ketika Jannah ditunjuk sebagai salah satu pembicara,” ujarnya.
Kami keluarga besar Smadiga, julukan lain SMAM 3 Gresik, sangat bangga dengan Jannah. “Karena itu kami kompak mendukung dan datang Ahad malam (saat acara berlangsung) di sekolah untuk memberi dukungan penuh ke Jannah,” ujar Miss Bee.
Bahas Efek Pandemi
Kepada PWMU.CO, Jannah mengaku terkejut. Dia tidak menyangka bisa terpilih menjadi salah pembicara di acara di webinar ini. “Karena ada banyak negara dan saya masih harus banyak belajar,” ujarnya.
“Saya berharap, Smadiga English Club yang saat ini masih berjalan setiap pekan dengan luar negeri, bisa membangun karakter remaja agar lebih percaya diri seperti saya. Masih ingat ketika pertama kali mengikuti GQCC, saya grogi,” ungkapnya.
Namun, sambungnya, pada pekan ketiga bertemu dengan teman-temannya dari luar negeri, diamulai berani berbicara. “Akhirnya saya sangat terbiasa seperti sekarang ini,” ungkap Jannah.
Dalam acara ini, Jannah membahas tentang efek pandemi. Dia menjelaskan, Covid-19 sudah berlangsung sekitar dua tahun. Berawal dari Wuhan, China, yang kemudian menyebar ke seluruh negeri. Selama hampur dua tahun, Jannah dan keluarga lebih memilih untuk tetap di rumah. Hal ini, menurutnya, sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental kita semua.
“Mental health is what we really need during this pandemic. Staying at home alone obviously makes us bored. As I experienced, before the policy to stay at home, my family and I usually went to tourist attractions once a month to increase the closeness between families and our mental health,” ungkapnya.
Dia mengatakan, kesehatan mental sangat kita butuhkan di masa pandemi ini. Berada di rumah membuat kita bosan. “Seperti yang saya alami, sebelum kebijakan stay at home, saya dan keluarga biasanya pergi ke tempat wisata sebulan sekali untuk meningkatkan kedekatan antara keluarga dan kesehatan mental kami,” terangnya.
“But since there is the Covid-19 virus, my family chose to stay at home to prevent contracting the Covid-19 virus. Of course this made our mental health decline a bit, because we need a vacation. A study says that a vacation once a month will make our brain healthy and maintain our mental health,” kata Jannah.
Dia mengatakan, karena ada Covid-19, dia sekeluarga memilih di rumah saja untuk mencegah tertular penyakit itu. “Tentu hal ini membuat kesehatan mental kita sedikit menurun, karena kita butuh liburan. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa liburan sebulan sekali akan membuat otak kita sehat dan menjaga kesehatan mental kita,” ungkapnya. (*)
Penulis Mufrikha Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post