
PWMU.CO – Khutbah Jumat dan Teori Psikologi Sigmund Freud. Khutbah Jumat di Masjid Ki Bagus Hadikusumo Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) pada (3/9/2021) diisi oleh Ustadz Rofi’ Munawar Lc.
Mengawali khutbah, Rofi’ mengucapkan syukur alhamdulillah atas kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT berupa nikmat iman dan takwa.
“Semoga kita semakin bertakwa dan semakin bersyukur dengan nikmat yang selalu diberikan oleh Allah SWT kepada kita semuanya,” tuturnya.
Dia mengutip an-Nahl ayat 78 “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dengan keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani agar kamu bersyukur,”
Ayat tersebut, menurut Rofi’, sebagai peringatan kepada manusia, agar sadar betul bahwa kita semuanya sama saat dilahirkan, sehingga tidak ada yang patut disombongkan.
“Tetapi kita semuanya harus mampu mempertanggungjawabkan apa yang sudah diberikan oleh Allah kepada kita,” katanya.
Piranti Indera Pendengaran
Dia mengatakan, pendengaran, merupakan piranti indera yang pertama dalam memperoleh ilmu pengetahuan, sebagaimana dalam firman Allah SWT.
“Mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah yang mempunyai akal sehat” (az-Zumar ayat 18).
Menurut Rofi, sudah seharusnya manusia agar selalu mendengarkan yang baik-baik, juga berperilaku yang baik.
“Piranti yang kedua adalah penglihatan. Penglihatan memiliki dua arti, yakni mata secara denotatif yaitu mata kita dan ada penglihatan secara konotatif yakni mata hati. Maka antara mata fisik dan mata hati harus benar-benar sesuai,” katanya.
“Artinya setiap perbuatan yang kita lakukan dan penilaian dari mata hati kita harus sesuai. Kalau misalnya yang dilihat A, seharusnya penilaian mata hati kita juga harusnya A, begitu juga dengan lainya,” imbuhnya.
Piranti yang ketiga menurutnya adalah hati nurani, yang merupakan muara dari pendengaran dan penglihatan.
“Seperti yang dijelaskan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim Sesungguhnya dalam jasad manusia terdapat segumpal darah, jika ia rusak maka rusaklah semuanya, dan jika ia baik, maka baiklah semuanya, ingatlah bahwa segumpal darah itu adalah hati,” papar Rofi’
Rofi’ mengatakan, hati nurani menjadi penentu keputusan manusia dan hati nurani lah penuntun kebaikan dan kebenaran.
“Sehingga harus ada pada diri kita bagaimana kita memanajemen pertanggungjawaban atas apa yang sudah diberikan Allah kepada kita, baik itu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar semuanya berjalan seiringan, sehingga mampu membentuk akhlak yang terejawantahkan dalam perilaku kita yang baik dan benar,” katanya.
Karena, kata Rofi’, semua amal perbuatan di dunia akan dipertanggungjawabkan di hari akhirat kelak.
“Semoga kita mampu menggunakan pendengaran, penglihatan dan hati nurani kita secara bertanggung jawab,” pungkasnya.
Teori Psikologi Sigmund Freud
Sementara itu, menyambung khutbah Jumat yang disampaikan Rofi’ Munawar, dosen Keperawatan Umla Mohammad Saifudin, memberikan penjelasan via grup WhatsApp kepada anggota Takmir Masjid KBH Umla tentang teori psikologi Sigmund Freud.
Dia menuturkan, dalam konteks psikologi, Sigmund Freud menyampaikan pembentuk sifat, kepribadian, dan perilaku manusia terdiri atas id, ego, dan superego.
“Pertama id, merupakan hal yang mendasari personalitas seseorang. Id dapat direpresentasikan sebagai kebutuhan dasar alamiah manusia misalnya makan dan minum. Id ini bekerja dalam prinsip kesenangan dan mencari kepuasan secara instan terhadap keinginan dan kebutuhan manusia,” katanya.
Kedua ego. Ego berurusan dengan kenyataan atau realita, berusaha memenuhi keinginan id dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
“Ego mengerti bahwa orang lain juga memiliki kebutuhan dan keinginan, sehingga janganlah kita egois dengan tidak mempedulikan keinginan dan kebutuhan orang lain,” kata Saifudin.
Yang ketiga adalah super ego. Dia adalah aspek moral yang diterima secara sosial, yang lebih didasarkan pada nilai moral dan yang lebih bisa menilai tentang benar dan salah.
“Ketiga komponen kepribadian itu harus seiring sejalan untuk membentuk kepribadian yang mantap dan positif sehingga dalam konteks kehidupan, kita mampu untuk benar-benar mengejawantahkan karakter dan akhlak serta perilaku yang baik dalam kehidupan,” katanya.
Rasul Penyempurna Akhlak Manusia
Saifudin mengatakan, untuk itulah Rasul diangkat untuk memperbaiki akhlak dan perilaku manusia.
“Kita mempunyai id yang memang kadang mempunyai prinsip kesenangan dan harus memenuhi keinginan dan kesenangan itu secara instan, tetapi rgo menilai secara kenyataan apakah id kita bisa untuk dilaksanakan apa tidak, dan pertimbangan terakhir adalah superego di mana superego inilah yang paling dekat dengan hati nurani, dan hati nurani inilah yang menuntun kebaikan dan kebenaran, tergantung bagaimana kita,” ucapnya.
“Apakah kita akan lebih dominan untuk mengikuti hati nurani kita ataukah kita lebih mementingkan ego kita berdasarkan id kita tanpa mempertimbangkan hati nurani, sehingga kita bisa dikatakan orang yang egois. Wallahualam bishawwab,” ucapnya.
Untuk kemakmuran Masjid Ki Bagus Hadikusumo Umla, Takmir Masjid membuka donasi melalui Bank Jatim: 0283113030 a.n Masjid Ki Bagus Hadikusumo Umla dan Bank Jatim 0283211789 a.n Lazismu Umla. (*)
Khutbah Jumat dan Teori Psikologi Sigmund Freud: Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni