Didin Kini Rajin Belajar ke Sekolah Inklusi Smadiga alias SMA Muhammadiyah 3 Bungah, Gresik. Sebelumnya dia lebi suka jadi tukan parkir di pasar.
PWMU.CO – Jarum jam menunjukkan pukul 06.30 waktu Indonesia barat. Dengan baju putih, celana panjang berwarna abu-abu, dan masker berwarna jeruk, Didin sudah berada di sekolah, Senin (13/9/2021).
Padahal sebelumnya, pemilik nama lengkap Zahruddin Anwar Fuadi itu, lebih senang berada di Pasar Legi Desa Bungah, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik.
Di pasar itu dia menjalani ‘profesinya’ sebagai tukang parkir. Jika tidak di situ, kegiatan lain Didin adalah angon (menggembala) sapi atau berada di Pasar Hewan di Desa Panceng, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, yang buka tiap hari Selasa.
Didin rajin ke sekolah sejak pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas diperbolehkan pemerintah pada tanggal 31 Agustus 2021. Dengan berjalan kaki atau bersepeda ontel ia pergi ke sekolah dari rumahnya yang berjakan sekitar 100 meter.
Selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) siswa kelas X SMA Muhammadiyah 3 Bungah, Gresik (Smamdiga), itu tidak pernah mengikuti pelajaran secara daring. Maklum, dia memiliki keterbatasan, termasuk dalam berkomunikasi. Didin adalah siswa berkebutuhan khusus. Maka, kadang dia didatangi oleh guru atau Didin yang datang ke sekolah untuk mendapat pelajaran secara khusus secara pribadi.
Tapi kini kondisi Didin berbeda. Dia sudah nyaman masuk kelas di Smadiga yang berada di Perguruan Muhammadiyah Bungah itu. “Didin sudah mau masuk kelas tanpa rasa malu. Didin juga sudah mau menuliskan nama panggilannya dengan lengkap. Kegiatan seperti ini masih harus kita lakukan sampai satu bulan ini,” ungkap Ida Irawati, wali kelasnya. Menurutnya saat ini Didin mengalami perkembangan yang jauh lebih baik.
Dipantau Perkembangannya
Kepala UPT Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik Innik Hikmatin SPd MPd ternyata memantau perkembangan Didin. “Didin termasuk salah satu yang bisa dikatakan cepat perkembangannya,” ujarnya pada PWMU.CO, Jum’at (27/8/21).
Bu Innik, sapaan akrabnya, mengungkapkan dia mengenal Didin karena sejak di SMP Muhammadiyah 5 Bungah, Didin sudah masuk di datanya.
Soal pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus seperti Didin, Bu Innik mengatakan, kurikulum yang diterapkan di masing-masing sekolah bisa disesuaikan dengan kemampuan anak.
“Model pembelajaran yang diterapkan juga harus sesuai dengan kemampuan anak. Jadi jika memang perkembangannya bisa sampai menulis nama mereka, menjawab pertanyaan guru, dan bisa berkomunikasi baik dengan teman, itu sudah kemampuan yang luar biasa,” terang dia.
Bakat Olahraga
Ida Irawati menerangkan, Smadiga kini sedang mengembangkan pendidikan inklusi dengan mengasah bakat anak. Seperti yang sekarang dipraktikan untuk Didin yang memiliki kemampuan olahraga berlari. “Oleh karena itu Smadiga pun memfasilitasi Didin untuk mengembangkan kemampuan berlarinya itu,” ujarnya.
Kini setelah dua pekan rejin berskolah, kedisplinan Didin juga sudah mengalami peningkatan. “Kami sangat bersyukur dengan perkembangan Didin sekarang. Setiap apa yang diminta, akan kami perhatikan. Kami yakin, semakin Didin merasa nyaman. Didin pasti akan lebih berkembang,” kata Ida Irawati.
Dia berharap, pendidikan inklusif yang saat ini diterapkan di Smadiga dapat menjawab kesenjangan yang terjadi di masyarakat berkaitan dengan pemenuhan hak semua warga negara dalam bidang pendidikan.
Selain Didin, Smadiga juga sedang mendapat amanah dua anak hebat yang membutuhkan perhatian khusus. Yaitu Nur Maulana Irsad (kelas X) dan Nur Azizah (kelas XI). (*)
Penulis Mufrikha Editor Mohammad Nurfatoni