• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
Kamis, Juli 7, 2022
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Tuhan Ada atau Tidak, Anakku? Cara Indoktrinasi PKI

Jumat 24 September 2021 | 15:08
5 min read
880
SHARES
2.8k
VIEWS
ADVERTISEMENT
Idul Fitri tanpa Hari Raya dan Sejatining Nur, kolom ditulis oleh Nur Cholis Huda, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Ustadz Nur Cholis Huda penulis Tuhan Ada atau Tidak, Anakku? Cara Indoktrinasi Komunis. (Dokumentasi PWMU.CO)

Tuhan Ada atau Tidak, Anakku? Cara Indoktrinasi PKI, ditulis oleh Ustadz Nur Cholis Huda, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.

PWMU.CO – Ini cerita kenangan masa kecil. Sekelompok anak-anak dikumpukkan. Lalu ditanya: “Apakah Tuhan itu ada?” 

Anak-anak serentak menjawab: “Ada!”

Kemudian mereka diminta memejamkan mata. Mereka disuruh minta pensil kepada Tuhan. 

“Tuhan kami minta pensil!” seru mereka. 

Beberapa menit kemudian mereka disuruh membuka mata. 

“Adakah Tuhan memberi kalian pensil?” tanya Bu Guru. 

“Tidak!” jawab mereka serentak.

Lalu mereka disuruh memejamkan mata kembali. 

“Ucapkan: Bu Guru kami minta pensil” 

Anak-anak meneriakkan permintaan mereka. 

Lalu guru membagikan pensil. 

“Bukalah mata kalian. Apakah kalian dapat pensil dari bu Guru?”

Anak-anak serentak menjawab: “Dapaaat!”  

Tadi anak-anak minta pensil kepada Tuhan, tapi tidak diberi. Itu karena Tuhan tidak ada. Kalian lalu minta kepada Bu Guru. Dan kalian dapat pensil. Itu karena Bu Guru ada. Bisa memberi. Tuhan tidak ada. Maka tidak bisa memberi.

“Orang komunis berhasil menemukan cara sederhana mengajarkan ateisme kepada anak-anak. Bahwa Tuhan itu tidak ada.”

Indoktrinasi Gaya PKI

Inilah kelihaian komunis. Cerita ini popular menjelang tahun 60-an ketika “perang” ideologi terjadi. Orang komunis berhasil menemukan cara sederhana mengajarkan ateisme kepada anak-anak. Bahwa Tuhan itu tidak ada. Buktinya tidak bisa memberi pensil. 

Jawaban guru ngaji saya ketika kecil sangat dogmatis. 

“Itu ucapan orang kafir. Mereka calon penghuni neraka!” katanya. 

Untungnya kami semua sangat percaya dan sangat meyakini dengan penjelasan guru ngaji itu. Bahwa mereka yang tidak percaya adanya Tuhan akan masuk neraka. Doktrin yang menancap jauh ke dalam lubuk hati.

Sungguh tidak mudah menjelaskan secara sederhana kepada anak hal yang konkret menjadi yang abstrak. Pengertian tuhan itu absrak. Yang konkret itu tanda-tanda adanya Tuhan. 

Ada yang menerangakan bahwa semua yang ada di alam semesta ini pasti ada yang membuat. Tidak ada dengan sendirinya. Maka yang membuat alam semesta ini adalah Tuhan. Jadi Tuhan itu ada. 

“Perhatikan meja dan kursi itu,” kata seorang guru agama.

“Apakah kursi dan meja itu ada yang membuat? Ataukah ada dengan sendirnya?”

“Ada yang membuat,” teriak anak-anak.

“Kalian pernah melihat orang yang membuat kursi itu?” 

“Tidaaak,” jawab anak-anak.

“Tetapi kalian yakin ada orang yang membuat meskipun kalian tidak melihat orangnya?

“Yakiiiin,” kata mereka.

“Demikian juga dengan Tuhan. Meskipun kita tidak pernah melihat Tuhan tetapi kita yakin Tuhan itu ada. Buktinya ada bintang, bulan, matahari, lautan, gunung,dan lainnya. Semua itu ada yang membuat yaitu Tuhan.”

Apakah anak-anak bisa menerima logika adanya Tuhan lewat bukti adanya alam semesta ini? Entahlah. Namun uraian guru agama tentang meja dan kursi di atas lebih baik daripada doktrin tentang orang kafir masuk neraka seperti yang disampaikan guru ngaji.

Cerita ini teringat kembali ketika kita memasuki bulan September. Ini bulan kelabu bagi bangsa Indonesia. Partai Komunis Indoesia (PKI) melakukan pemberontakan dua kali. Keduanya pada bulan September. Yaitu pemberontakan Madiun 1948 dan pemberontakan G30S/ PKI 1965.  

Setelah pemberontakan Madiun maka PKI yang menelikung dari belakang itu mengalami kemerosotan. Dia memberontak ketika kita sedang repot mengahdapi Belanda yang ingin menjajah kembali. 

Namun dengan kecerdasan dan kelihaian DN Aidit, PKI sang pemberontak itu dalam waktu singkat bisa konsolidasi lagi. Dan berkembang lagi. Bahkan menduduki urutan empat besar dalam Pemilu tahun 1955, setelah PNI, Masyumi, dan NU.

Boleh jadi komunis telah berubah prinsip. Tiongkok telah menerima gaya hidup kapitalis. Namun keinginan berkuasa dari kelompok komunis Indonesia tidak akan berubah. Akan tetap hidup. ika ada tokoh dengan kualitas seperti DN Aidit, maka boleh jadi dia bisa menemukan jalan secara bertahap untuk berkuasa.

Nur Cholis Huda

Perbaiki Pengajaran Tauhid

Kembali soal Tuhan. Kita harus terus memperbaiki metode pengajaran soal tauhid. Bukan hanya untuk anak-anak, kita sendiri juga harus memperbaiki keimanan kita. 

Sekarang bukan hanya soal Tuhan ada tetapi juga sikap kita mengabaikan tentang kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Kita selalu mengatakan Tuhan ada. Tetapi dalam praktek Tuhan seperti tidak ada. Kita tidak pedulikan. Adanya Tuhan seperti tidak ada. Hanya ada dalam lisan kita.

Leberalisme, hedonisme, sekularisme, dan pragmatisme telah mengikis tauhid kita. Dalam hidup ini yang penting berguna dan bermanfaat. Yang penting bikin nyaman dan menyenangkan. Di mana Tuhan? Tuhan hanya ada ketika kita dalam kesulitan. Mungkin amukan Covid-19 yang ganas bisa menyadarkan kita akan kelemahan sebagai manusia dan mahakuasanya Tuhan.

Namun ternyata belum tentu. Banyak yang tetap angkuh. Banyak yang merasa akan mampu mengatasi bencana ini tanpa melibatkan Tuhan. Hanya berpedoman pada pengalaman dan perkiraan. Jika gagal maka dicari kambing hitam. 

Kita sering malu mengakui kesalahan kita. Sok gengsi. Tidak ada evaluasi dengan rendah hati. Kita dikenal sebagai masyaraakt yang relijius. Benarkah? Atau rasa beragama kita hanya pada bentuk seremonial dan doa bersama? 

Kembali pada September bulan kelabu. Boleh jadi komunis telah berubah prinsip. Tiongkok telah menerima gaya hidup kapitalis. Namun keinginan berkuasa dari kelompok komunis Indonesia tidak akan berubah. Akan tetap hidup. 

Jika ada tokoh dengan kualitas seperti DN Aidit, maka boleh jadi dia bisa menemukan jalan secara bertahap untuk berkuasa.  Saat itu, setelah PKI dihancurkan Angkatan Siliwangi maka seperti tidak berdaya. Tapi tidak dibubarkan. Terbukti bisa bangkit. Dengan penysusupan ke semua segi kehidupan. Termasuk ke Angkatan Darat. 

Jika komunis bisa berkuasa kembali pasti dasar negara Pancasila akan mereka ganti. Pasti banyak sekali rakyat Indonesia yang dibunuh. Di banyak negara pembunuhan itu menjadi cara komunis berkuasa. Di Uni Sovyet pada waktu Stalin dan Tiongkok pada waktu Mao Zedung ratusan ribu orang harus terbunuh. 

Hanya ada satu kunci bagi kita. Waspada! Jangan takut dianggap komunisphobia. (*)

Tuhan Ada atau Tidak, Anakku?: Editor Mohammad Nurfatoni

Artikel Tuhan Ada atau Tidak, Anakku? Cara Indoktrinasi PKI; ini pernah dimuat majalahmatan.com, September 2021

DN Aidit, Bekas Santri yang Jadi Gembong PKI

Tags: KomunisKomunismeNur Cholis HudaPKI
SendShare352Tweet220Share

Related Posts

Binalah Cinta dengan Agama Bukan dengan Uang, Khutbah Nikah

Jumat 27 Mei 2022 | 16:57
2.5k

Dari kiri Anton Hadiwinoto, Ramandito Kurnia Pratama Hadiwinito, Ustadz Nur Cholis Huda, Agus Andrianto (saksi...

Hari Raya dan Idul Fitri Ini Bedanya

Rabu 11 Mei 2022 | 21:03
273

Nur Cholis Huda mengisi halal bihalal Smamda Sidoarjo. (Ernam/PWMU.CO) PWMU.CO- Hari raya bisa dinikmati semua...

Bahagia dalam Segelas Jus

Rabu 13 April 2022 | 13:44
25.1k

Ilustrasi istimewa Bahagia dalam Segelas Jus, oleh Ustadz Nur Cholis Huda, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah...

Buku Sang Penggoda Diluncurkan, Ini Ayat yang Menginspirasinya

Minggu 3 April 2022 | 12:11
400

Dari kiri: Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni, Ketua PWA Jatim Dra Hj Siti Dalilah Candrawati MAg,...

Langgar Wetan Pasar, Ada Jejak KH Ahmad Dahlan di Sini

Rabu 30 Maret 2022 | 05:29
549

Langgar Wetan Pasar Ponorogo. Langgar Wetan Pasar, Ada Jejak KH Ahmad Dahlan di Sini oleh...

Enam Ciri Islam Berkemajuan

Jumat 25 Maret 2022 | 12:44
109

Nur Cholis Huda saat menyampaikan pengajian pra-Ramadhan PDM Gresik (Mahfudz Efendi/PWMU.CO) Enam Ciri Islam Berkemajuan,...

Ayahku, Haji Poethoet Soegito

Senin 14 Maret 2022 | 16:49
924

Ustadz Putut Sugito, kiri, bersama KH Syukri Zarkasyi. PWMU.CO- Ayahku Haji Poethoet Soegito dipanggil di...

Dilema Wanita Pekerja

Rabu 19 Januari 2022 | 19:54
36.7k

Nur Cholis Huda: Dilema Wanita Pekerja (Sketsa ulang foto oleh Atho' Lhoironi/PWMU.CO) Dilema Wanita Pekerja,...

Menikmati Hidup Mudah dengan Rumus 6M

Senin 10 Januari 2022 | 15:43
422

Nur Cholis Huda (kanan) (Ma'rifah Ramadhona/PWMU.CO) Menikmati Hidup Mudah dengan Rumus 6M, laporan Ma'rifah Ramadhona, kontributor...

Agitprop Amatiran Bernama Buzzer

Kamis 25 November 2021 | 05:29
421

M Rizal Fadillah Agitprop Amatiran Bernama Buzzer oleh M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan....

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Inilah Lokasi Shalat Idul Adha Sabtu 9 Juli 2022 di Kota Surabaya

    13918 shares
    Share 5567 Tweet 3480
  • Kasus ACT, Begini Komentar Abdul Mu’ti

    5943 shares
    Share 2377 Tweet 1486
  • Hukum Puasa Arafah Ikut Arab Saudi, Shalat Idul Adha Ikut Indonesia

    4395 shares
    Share 1758 Tweet 1099
  • Masuknya Virus Salafi ke Jantung Muhammadiyah

    10356 shares
    Share 4142 Tweet 2589
  • Prof Abdul Mu’ti: Muhammadiyah Kurang Sombong dengan Prestasinya

    3436 shares
    Share 1374 Tweet 859
  • Begini Calon Jamaah Haji Mencuci Pakaian di Mekah

    2616 shares
    Share 1046 Tweet 654
  • Jangan Keliru! Ada Dua Macam Air Zamzam di Masjid Al-Haram

    2805 shares
    Share 1122 Tweet 701
  • Alphard untuk Ustadz dan Umat

    719 shares
    Share 288 Tweet 180
  • Bermuka Dua: Muhammadiyah Sekaligus Salafi, Mungkinkan? 

    633 shares
    Share 253 Tweet 158
  • Muhammadiyah dan Salafi: Serupa tapi Tak Sama, Ini Bedanya

    12414 shares
    Share 5674 Tweet 2808

Berita Terkini

  • Lokasi Shalat Idul Adha di Kabupaten Situbondo Sabtu 9 Juli 2022Kamis 7 Juli 2022 | 18:24
  • Jangan Sampai Sekolah Ini Dikendalikan IsuKamis 7 Juli 2022 | 18:05
  • Muhammadiyah Gresik Gelar Shalat Idul Adha Sabtu 9 Juli 2022 di Berbagai Kecamatan IniKamis 7 Juli 2022 | 17:28
  • SDMM Ajak SD Mutu Bawean Menyimpan Arsip Berbasis AwanKamis 7 Juli 2022 | 15:29
  • Sekolah Muhammadiyah GKB Gelar Educational Sharing Session IKMKamis 7 Juli 2022 | 14:46
  • Raker SD Muwri Bahas Implementasi Kurikulum MerdekaKamis 7 Juli 2022 | 14:11
  • Idul Adha Sabtu 9 Juli 2022 di Banyuwangi, Ini Lokasi dan KhatibnyaKamis 7 Juli 2022 | 13:29
  • MTs Muda
    MTs Muda Raker sambil Refreshing di SaranganKamis 7 Juli 2022 | 12:47
  • Berangkat ke Arafah Diundi, Jamaah Baitul Atiq Tarwiyah di MinaKamis 7 Juli 2022 | 12:43
  • Bermuka Dua: Muhammadiyah Sekaligus Salafi, Mungkinkan? Kamis 7 Juli 2022 | 12:04

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In