Nggak Usah Bangga Akeh-akehan Core Values!

Nggak Usah Bangga Akeh-akehan Core Values! Arbaiyah Yusuf (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Nggak Usah Bangga Akeh-akehan Core Values! Core values jadi pengikat, hati-hati memilihnya! Demikian Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim Dr Arbaiyah Yusuf MA mengarahkan dalam pertemuannya dengan Tim Riset Smamio di Rumah Peradaban, Ponorogo, Kamis (23/9/21).

Pada pertemuan itu, Tim Riset Smamio membawa bekal bahan buku panduan Sekolah Riset yang sudah tersusun 50 persen. Dalam sambutannya, Kepala SMA Muhammadiyah 10 GKB (Smamio) Gresik Hari Widianto MPd menyampaikan permohonan kepada Arbaiyah, pendamping Sekolah Riset Smamio.

“Mohon bantuan Bu Ar memberikan review terkait apa yang sudah diupayakan untuk dibuat. Kalau hari ini belum sempurna,  di Surabaya bisa menyempurnakan kembali buku riset,” ujarnya.

Sebab, lanjutnya, perubahan terjadi setiap saat. “Detik per detik akan terjadi perubahan,” tambah Hari Widianto.

Sebelum menjawab permohonan itu, Arbaiyah mengapresiasi Smamio yang telah meraih juara umum ME Award 2021. “Selamat datang rombongan penting Smamio Gresik! Begitu Smamio jadi juara umum, orang langsung bertanya-tanya, kok bisa ya?” ungkap perempuan kelahiran Ponorogo itu.

Curah Gagasan Seluruh Warga

Siang itu, Arbaiyah membagikan beragam konsep penting kepada Tim Riset Smamio. Mereka terdiri dari Wakil Kepala Bidang Pengembangan Pendidikan Ulyatun Nikmah SPd dan Koordinator Bidang Literasi dan Riset Nanik Rahmawati Fuadah MSi. Selain itu, turut serta Koordinator Networking Aulia Ulfi MSi.

Salah satu pemaparannya, membahas perumusan core values pada lembaga sekolah. “Core values adalah nilai-nilai utama yang diterapkan (pada lembaga) dan itu akan menjadi pengikat (seluruh anggotanya),” terang Arbaiyah.

Ketika merumuskan core values, Arbaiyah mengarahkan agar semua anggota lembaga bertemu. Termasuk, semua guru dan karyawan, perwakilan komite wali murid, dan perwakilan siswa. “Nggak bisa ditentukan kepala sekolah saja, tapi warga sekolah, semua pimpinan,” ungkapnya.

Setelah bertemu, seluruh warga lembaga itu bisa menerapkan teknik curah gagasan. “Masing-masing menulis satu nilai yang ada di sekolah, wajib satu!” tutur dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya itu.

Jika sudah, selanjutnya perlu ada pemahaman dan klasifikasi terhadap nilai-nilai yang telah ditulis. “Integritas termasuk kejujuran? Yang mirip-mirip jadikan satu, diberi nama,” terangnya.

Arbaiyah mencontohkan, nilai peduli dan welas asih bisa dijadikan satu. Begitu juga dengan kerja sama dan gotong-royong. Dia menegaskan, “Misal ada 10, rampingkan lagi! Karena (core values) jadi pengikat, berat kalau banyak.”

Hati-Hati Pilih Value

Arbaiyah lantas menyatakan, harus hati-hati dalam memilih core values karena bisa menjadi pengikat. Dia mencontohkan, core values di Gontor adalah religius dan disiplin.

Jadi kalau santri terlambat tiga hari, sesuai aturannya, maka akan mendapat skors setahun. “Nggak peduli kamu anaknya siapa, nggak peduli!” ungkapnya.

Selain itu, karena core values utama akan menghasilkan atau memunculkan nilai-nilai lainnya. “Itu akan ada value hasil cipratannya, core values bersinar. Jadi jangan dimunculkan semua!”

Misal, karakter peduli. Kalau seseorang peduli, nanti akan muncul karakter-karakter lain seperti welas asih, bekerja sama, dan berkorban untuk sesama. Maka, Arbaiyah mengatakan, “Nggak usah bangga akeh-akehan core values!”

Lulusan McGill University Montreal Canada itu juga menekankan core values diterapkan dalam jangka panjang. Sebab, membangun karakter membutuhkan waktu. Misal, kata dia, mengembalikan sesuatu pada tempatnya. “Itu karakter. Butuh waktu lama sampai anak menjadikannya kebiasaan,” tegasnya. (*)

Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version