PWMU.CO – Ayah-Bunda, Jangan canggung ucapkan lima kalimat ajaib ini. Hal itu disampaikan oleh Intan Larasati MPsi Psikolog, dalam kegiatan parenting dan penyampaian hasil penelusuran bakat minat (PBM) siswa kelas I SD Muhammadiyah 1-2 Taman Sidoarjo (SD Mumtaz), Sabtu (9/10/11).
Intan Larasati menjelaskan, hasil asesmen psikologi anak bisa digunakan orangtua untuk mendukung anak-anaknya dalam mengembangkan potensinya secara maksimal.
Menurutnya, ada banyak data yang didapatkan dari PBM ini. Di antaranya klasifikasi intelegensi, aspek psikologi, kepribadian, aspek emosional, gaya belajar, bakat, dan minat. Juga saran-saran khusus yang bisa dijadikan rekomendasi penentuan langkah, metode, maupun pendekatan yang sesuai dengan diri masing-masing anak.
Intan menegaskan, ada beberapa kesalahan yang sering dilakukan orangtua, yang suka menyamakan gaya belajar mereka dengan gaya belajar anaknya. Misalnya jika ibunya tipe visual yang suka membaca dan tekun, tidak bisa menerapkan pola belajar yang sama dengan anaknya kinestetik yang belajar sambil melakukan kegiatan fisik.
Ketidaksamaan gaya belajar dan ketidakpahaman penerapannya ini, kata dia, kadang membuat orangtua mengucapkan atau melakukan tindakan yang membuat anak terluka. Hal ini tentunya tidak baik bagi perkembangan anak.
Lalu bagaimana jika sudah terlanjur dilakukan bertahun-tahun pada anak? Intan mengatakan, tak perlu cemas dan larut dalam penyesalan. Para orangtua bisa mengobati luka hati anak, atau menumbuhkan kembali potensi anak dengan konsisten mengucapkan lima kalimat ajaib. Yakni maaf, terima kasih, tolong, I’m proud of you, dan I love you.
“Cukup canggung memang jika kita sebelumnya tak terbiasa mengucapkannya pada anak-anak kita. Tapi tak pernah ada kata terlambat untuk melakukannya,” ujarnya.
Cara Menambal Luka Hati
Psikolog Lembaga Psikologi Adhitama Surabaya ini, juga mempraktikkan cara menambal luka hati anak. Pertama, peluk anak dengan lembut, dan tatap anak dengan posisi mata sejajar.
“Ucapkan dengan penuh kasih sayang jika ayah dan ibu meminta maaf telah memarahi atau membentak anak. Kemudian kembali peluk dan jelaskan mengapa ayah dan ibu tadi marah,” tipsnya. Lalu, lanjut dia, katakan kalau ayah dan ibu bangga dan sayang pada anak.
Kedua, saat hendak tidur orangtua disarankan untuk membacakan dongeng pada anak. Menurut Intan, ini sangat bagus untuk membangun bonding antara anak dan orangtua. Di sela-sela membacakan dongeng, orang tua bisa memeluk lembut anaknya, dan mengucapkan lima kalimat ajaib.
“Pengasuhan yang benar adalah kata kuncinya. Jika orangtua tak memahami diri anaknya dengan baik, akan salah dalam pola pengasuhannya,” tegas Intan.
PMB Bukan Raport
Kepala SD Mumtaz, Rahadian Arif Rahman SS MAp, dalam sambutannya mengatakan, orangtua mana yang tak ingin anaknya cerdas, berprestasi ,dan pertumbuhannya sesuai usia?
“Namun sudah benarkah pola asuh kita? Nah, lewat PBM atau asesmen psikologi, SD Mumtaz ingin berkolaborasi dengan wali siswa, memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak,” ujarnya.
Dia melanjutkna, “Akan jadi apa nantinya seorang anak, bukanlah tanggung jawab sekolah semata, namun perlu kerja sama yang baik antara semua pihak, termasuk antara sekolah dengan wali siswa,” ujarnya.
Rahadian mengatakan, hasil PBM ini bukanlah raport, tapi bisa dijadikan data awal atau rekomendasi penentuan metode belajar dan cara pengasuhan yang tepat sesuai potensi setiap anak, guna menghasilkan generasi terbaik. (*)
Penulis Heni Dwi Utami Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post