PWMU.CO – Muhammadiyah-Aisyiyah bersinergi tangani yatim-piatu korban Covid-19 melalui Majelis Pelayanan Sosial (MPS) PP Muhammadiyah dan Majelis Kesejahteraan Sosial (MKS) PP Aisyiyah.
MPS dan MKS bersinergi tangani anak yatim, piatu, dan yatim-piatu yang orangtuanya meninggal dunia akibat terpapar Covid-19.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua MPS Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Ir Sularno MSi saat menyampaikan laporan Program Asistensi Resos Anak Yatim-Piatu Dampak Covid-19 pada Rapat Koordinasi Nasional MPS PP Muhammadiyah dan MKS PP Aisyiyah, Ahad (10/10/2021).
Sularno menyampaikan, data anak dampak Covid-19 telah disiapkan oleh tim yang dikomandani oleh Dr Jasra Putra dan Dr Sri Roviana. Ini merupakan cikal bakal dari yang sudah dilakukan oleh MPS Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dikomandani Ridwan Furqoni MSi.
“Hasil sudah dikreasi oleh tim dalam waktu singkat yang didahului oleh MPS PWM DIY. Sampai hari ini terdata 759 anak laki-laki dan 704 anak perempuan. Ini sudah merupakan hasil yang realistis. Tetapi tetap akan terus berkembang dan tetap perlu ada batas waktu. Sehingga nanti pada batas waktu pendataan akan kita cek bersama-sama lagi,” ujarnya.
Data Kemiskinan Laku Dijual
Saat rapat koordinasi dengan MKS beberapa waktu lalu, lanjutnya, dia menyatakan, walaupun data itu nantinya akan diberikan kepada siapapun termasuk Kemensos maka harus berhati-hati dalam memberikan data anak-anak kita.
“Pengalaman menunjukkan terkait dengan data ini ternyata data kemiskinan di Indonesia itu laku dijual. Kita harus hati-hati menyampaikan data itu. Mungkin undang-undang juga harus segera diubah. Karena fakir-miskin dan anak yatim-piatu dipelihara oleh negara. Jadi dipelihara supaya miskin terus barangkali,” ungkapnya.
“Mungkin undang-undang juga harus segera diubah. Karena fakir-miskin dan anak yatim-piatu dipelihara oleh negara. Jadi dipelihara supaya miskin terus barangkali.”
Sularno
“Ini yang harus diamandemen menjadi fakir-miskin dan anak yatim-piatu disantuni oleh negara. Dipelihara dan disantuni itu berbeda maknanya kalau ahli bahasa. Disantuni itu tidak sekadar diberikan ikannya tetapi diberikan pancingnya supaya fakir-miskin dan anak yatim-piatu itu bisa mandiri. Dan supaya bisa mengembangkan dirinya sendiri,” tambahnya.
Menurutnya hasil pendataan hingga hari ini harus benar-benar dipegang data itu. Muhammadiyah sudah bergerak sebelum orang lain bergerak. Saat ini Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) memberikan beasiswa untuk anak yatim-piatu yang orangtuanya meninggal dunia karena Covid-19.
“Saya berada di Fakultas Pertanian UMJ dan mendapatkan jatah 5 anak yang bisa kuliah gratis. Dan total 142 anak yang bisa kuliah gratis di UMJ. Tetapi sampai hari ini tidak lebih dari 5 orang yang mendaftar di UMJ,” paparnya.
“Namun setelah rapat dengan MKS saya bisa menyimpulkan bukan berarti tidak ada yang tidak niat kuliah. Tetapi anak yatim-piatu yang orangtuanya meninggal karena Covid-19, ternyata usianya belum usia kuliah. Jadi kekhawatiran saya sudah terjawab. Ternyata anak-anaknya masih kecil-kecil mulai pra-sekolah hingga SMA,” imbuhnya.
Sularno berharap pendataan ini bisa langsung segera ditindaklanjuti. Jadi tidak hanya sekedar data. Insyaallah jika MPS dan MKS menyatu maka akan menjadi kuat. Dan setelah kuat kita akan menang.
“Tidak ada kemenangan tanpa kekuatan dan tidak ada kekuatan tanpa kebersamaan. Mudah-mudahan kita akan bisa menolong dan mengentaskan anak-anak kita itu,” harapnya. (*)
Penulis Sugiran Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post