
PWMU.CO– Surat al Anbiya menjadi topik Kajian Ahad Pagi PCM Sambikerep Surabaya, Ahad (10/10/2021). Pengajian tafsir online ini diisi oleh Ustadz Dr Menachem Ali, pakar kristologi dan dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga.
Menachem Ali menjelaskan, surat al Anbiya menceritakan banyak nabi yang sudah direkam dalam kitab sebelumnya. Itu dijelaskan dalam ayat 105.
وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِى ٱلزَّبُورِ مِنۢ بَعْدِ ٱلذِّكْرِ أَنَّ ٱلْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِىَ ٱلصَّٰلِحُونَ
Sungguh telah Kami tulis dalam Zabur dari sesudah peringatan (lauh mahfuzh), bahwa bumi ini diwarisi hamba-hamba-Ku yang saleh
”Apakah benar ayat ini juga disebut dalam kitab Zabur yang menyebut bumi diwarisi hanya oleh orang-orang saleh? Ayat itu ada dalam kitab Mizmor Ledavid dalam bahasa Ibrani berbunyi sadiqim yeresuha erets wayaskuna alaeha yaskunu elaeha,” jelas Menachem Ali dalam kajian tafsir ini. Bisa dicek di Mazmur 37: 29.
Menachem Ali menerangkan, kata sadiqim sama artinya dengan bahasa Arab yaitu orang saleh atau orang benar. Kata erets dalam bahasa Ibrani itu sama dengan ardh dalam bahasa Arab, juga sama arti dengan kata earth dalam bahasa Inggris yang artinya bumi.
”Kesamaan bahasa ini merupakan bukti ada kesamaan dalam kitab-kitab sebelum diturunkan al-Quran,” kata dia.
Kemudian dia mengupas ayat 76 surat al Anbiya.
وَنُوحًا إِذْ نَادَىٰ مِن قَبْلُ فَٱسْتَجَبْنَا لَهُۥ فَنَجَّيْنَٰهُ وَأَهْلَهُۥ مِنَ ٱلْكَرْبِ ٱلْعَظِيمِ
Dan Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.
Menurut dia, kisah Nabi Nuh ini juga diceritakan dalam kitab Hindu Bhavishya Purana. ”Kalau ditanyakan kepada orang Hindu Bali atau India adakah kisah baniir besar yang diceritakan kitab mereka, mereka pasti menjawab ada. Yaitu kisah Manu. Manu ini sama dengan Nuh atau Noah dalam bahasa Inggris,” katanya.
”Allah tidak menghilangkan bukti yang disebut dalam kitab-kitab terdahulu yang ada kesamaannya,” tambahnya.
Lantas dia mengulas surat al Anbiya ayat 76 itu. ”Nenek moyang kita dahulu adalah orang-orang yang diselamatkan Allah. Mereka ada bersama Nabi Nuh dalam kapal besar. Seandainya Allah tidak menyelamatkan Nabi Nuh maka kita tidak pernah ada. Begitu juga Nabi Ibrahim, Ismail, Musa, Isa. Inilah makna dari ayat-ayat surat al Anbiya,” tuturnya.
Kisah penyelamatan, ujar Ali, juga terjadi pada kehidupan Nabi Ibrahim ketika ditangkap Raja Namrud lalu dibakar. Dalam ayat 69 disebutkan قُلْنَا يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ
”Kami berfirman: Hai api dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”
Senada dengan ayat ini, kisah penyelamatan juga terjadi saat Nabi Ismail hendak disembelih oleh Nabi Ibrahim seperti diceritakan dalam surat ash-Shafat (37) ayat 102.
Menachem Ali juga menyebutkan ada kesamaan kisah Hajar menemukan sumur Zamzam dalam kitab Ibrani yang disebut be’er lahia atau sumur hidup. Bahasa Arab bi’ir artinya juga sumur. ”Ditulis di situ setiap tahun ada orang-orang berhaji yaitu orang-orang keturunan Ismail menuju be’er lahia atau sumur hidup yang disebut be’er Zamzam,” ujarnya.
”Jadi orang Yahudi itu tahu sosok Ismail, Hajar, dan kisah sumur Zamzam,” tandasnya. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post