Guru Bangsa Tak Sebatas Tokoh-Tokoh Nasional

PWMU.CO – Guru Bangsa Tak Hanya Tokoh-Tokoh Nasional. Setiap guru yang mengajar di madrasah atau sekolah juga bagian dari guru bangsa. Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik Dr Taufiqullah MPd mengatakannya, Sabtu (20/11/21).

Ini terungkap dalam sambutan sekaligus pengajian iftitahnya pada Rapat Koordinasi (Rakor) Majelis Dikdasmen PDM Gresik di Gedung Dakwah Muhammadiyah. Seluruh Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah serta kepala MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA/SMK se-kabupaten Gresik hadir di sana.

Lama tak bertatap muka akibat pandemi Covid-19, dosen Universitas Muhammadiyah Gresik itu sangat antusias menyampaikan sambutannya. Taufiq menuturkan, bagi Muhammadiyah, guru merupakan nyawa organisasi.

Dia menegaskan, guru bangsa tidak henti mendidik dan mencerdaskan anak bangsa sekaligus mengawal perjalanan negeri ini. “Selain sebagai pengajar, mereka juga menjabat secara struktural di berbagai tingkat persyarikatan,” terangnya.

Para guru banyak yang aktif di Muhammadiyah mulai tingkat ranting, cabang, wilayah, bahkan pusat. “Di organisasi otonom (ortom), majelis, maupun di lembaga persyarikatan yang berusia 109 tahun ini,” lanjut Taufiq.

Sinergisitas Lazismu

Dalam kesempatan itu, Taufiq menyampaikan pentingnya sinergisitas antara Majelis Dikdasmen dengan Lazismu. “Kolaborasi antara majelis dan lembaga Muhammadiyah ini sangat dibutuhkan perannya. Tidak hanya oleh warga Muhammadiyah, tapi seluruh bangsa Indonesia,” ungkap guru SMA Muhammadiyah 1 Gresik (Smamsatu) itu.

Dia menilai sinergi itu sudah nyata dalam persyarikatan, baik melalui ortom, majelis, maupun lembaga. Salah satunya terbukti dengan penyerahan simbolik bantuan dana Orangtua asuh bagi anak yatim terdampak covid-19 dalam rangkaian Rakor tersebut.

Taufiq juga mengingatkan pentingnya integrasi antar-Lazimu dari tingkat cabang hingga pusat. “Tidak akan ada artinya jumlah banyak tapi tidak terintegrasi!” tegasnya.

Jika ada satu tingkatan saja yang tidak terintegrasi, maka administrasi pendataannya jadi tidak tertib. “Muhammadiyah itu terkenal dengan ketertibannya. Kalau ada cerita di persyarikatan ini tidak tertib, tentu sebagai anggota organisasi merasa malu!” ujar Taufiq.

Mengingat usia Muhammadiyah sudah tua, seharusnya lebih berpengalaman dalam mengelola data administrasi. “Masak kita kalah dengan organisasi lain?” tanya Taufiq.

Taufiq menilai, mestinya jumlah perolehan Lazismu lebih besar jumlahnya. Tapi karena kurang tertib dan tidak terintegrasi, maka jumlah perolehannya kurang valid.

Untuk itu, Taufiq menekankan perlunya kesadaran di tiap struktural persyarikatan. “Agar mau mengintegrasikan dana Lazis-nya sehingga diperoleh data yang valid dan akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan dengan semestinya!” tutur Taufiq.

Di akhir sambutannya, Taufiq menyatakan PDM Gresik berpotensi menjadi PDM unggulan. Terbukti, pimpinan pusat telah membidik PDM Gresik. “Persoalannya tinggal merapikan saja. Apa saja menjadi kebutuhan penilaian, terutama persoalan adminstrasi pendataan tadi,” ujarnya. (*)

Penulis Anshori Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version