Di Umgo, Komisaris BUMN Ini Beri Penjelasan Generasi Lemah

Di Umgo, Komisaris BUMN Angkasa Pura Hotel Najih Prasetyo beri motivasi pada sekitar 300 mahasiswa Umgo, Senin (13/12/21).
Komisaris BUMN Angkasa Pura Hotel Najih Prasetyo saat beri motivasi Mahasiswa Umgo (Zainuddin/PWMU.CO)

PWMU.CO – Di Umgo, Komisaris BUMN Angkasa Pura Hotel Najih Prasetyo memberi motivasi pada sekitar 300 mahasiswa Umgo, Senin (13/12/21).

Najih Prasetyo, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) 2018-2021, menghadiri undangan Pimpinan Cabang IMM Kabupaten Gorontalo. Komisaris BUMN Angkasa Pura Hotel tersebut hadir dalam pelaksanaan Darul Arqam Madya (DAM), yang dirangkai diskusi publik bertema “Membangun Semangat Pemuda dalam Menghadapi Tantangan Zaman serta Mencegah Paham Radikalisme”.

Amad Buang Muh Misilu, ketua Korkom IMM Umgo, yang menjadi moderator menyampaikan terima kasih, atas kesediaan Kanda Najih Prasetyo menghadiri kegiatan di Auditorium Universitas Muhammadiyah Gorontalo (Umgo) David Bobihoe tersebut.

Orang Desa di Lamongan

Dia melanjutkan, awalnya diskusi direncanakan pukul 10.00 Wita di sela acara pembukaan DAM. Namun, pesawat dari Makassar-Gorontalo yang ditumpangi Najih, tidak bisa mendarat di Gorontalo karena cuaca buruk dan harus mendarat darurat di Manado. “Alhamdulillah, sore hari ini bisa berdialog dan berbagi ilmu dengan peserta DAM, kader IMM, dan mahasiswa berasrama Umgo,” ujar Amad Buang Muh Misilu.

Bagi Najih Prasetyo, kedatangannya ke Gorontalo merupakan kali kedua. “Pertama saya ke Gorontalo sebelum menjadi Ketua Umum DPP IMM. Saat itu saya diberi mandat sebagai Master of Training (MoT) DAM Indonesia Timur tahun 2018. Kader Gorontalo banyak yang saya kenal, baik sebagai instruktur, panitia, dan sebagai peserta,” paparnya.

Najih, putra daerah asli Lamongan itu menyampaikan materinya di hadapan ratusan mahasiswa, bahwa dirinya jangan dibayangkan seperti sekarang tanpa melalui proses panjang. “Saya juga orang desa di Kabupaten Lamongan, jauh dari kota. Jalan untuk sampai ke desa juga masih rusak parah,” kenangnya.

Dia juga masih mengingat, betapa lugunya dia saat baru masuk kampus. “Ketika pertama kali masuk kuliah di UIN Sunan Ampel Surabaya dan naik lift, saya pada saat itu lama berdiri karena tidak tahu cara menggunakan lift. Lalu ada yang bilang, jika nanti ada security yang yang ngajari,” tuturnya.

Generasi Lemah

Dalam kesempatan tersebut, dia juga menjelaskan isi kandungan surah an-Nisa ayat 9, yang terjemahannya yaitu “… Hendaklah kamu takut meninggalkan generasi yang lemah”. “Ada tiga makna yang mau saya jelaskan, pertama, generasi yang lemah dari Ilmu pengetahuan. Sebagai kader IMM dan mahasiswa harus belajar terus-menerus. Karena IMM adalah gerakan intelektual, kader tidak boleh lemah dari sisi intelektual, serta harus prioritaskan kuliah sampai ke jenjang S2 dan S3,” ungkapnya.

Kedua, lanjutnya, lemah dari sisi empati dan kepedulian terhadap sesama. “IMM adalah gerakan humanitas, di mana kader harus peduli terhadap permasalahan dan kondisi kekinian. Kita harus peka terhadap permasalahan yang terjadi di sekitar kita dan harus bisa menyelesaikan masalah,” jelasnya.

Ketiga, kata dia, adalah lemah dari sisi ekonomi. Maka kader harus bisa mandiri dan menjadi pengusaha, jangan semua berpikir menjadi PNS. “Alhamdulillah, saya sejak mahasiswa sudah punya usaha sablon, dari dijalankan sendiri sampai bisa memberdayakan karyawan,” tutup Najih.

Di kesempatan yang sama, Wakil Rektor III Umgo Dr Apris Ara Tilome berterima kasih pada demisioner Ketua Umum DPP IMM tersebut. “Sebagai tuan rumah diskusi publik, saya ucapkan terima kasih atas kehadiran Najih Prasetyo yang kini menjadi Komisaris Angkasa Pura Hotel, telah berbagi ilmu dan pengalaman dengan mahasiswa kami,” tutupnya.

Hadir dalam kegiatan tersebut Ketua DPD IMM Gorontalo Abdurahmat G Ebu, Ketua Pimpinan Cabang IMM Kabupaten Ismail Azis, Wakil Rektor III Dr Apris Ara Tilome, Ketua Pengelola Asrama Umgo Drs H Ad Mahmudy Irdja MM, instruktur DAM, peserta DAM, dan 300 mahasiswa berasrama.(*)

Penulis Zainuddin. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version