Konsep Burung Terbang
Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Ir Tamhid Masyhudi, meminta Diba bercerita pengalaman studinya di Mesir. Dia berharap, kisah Diba dapat menjadi motivasi bagi anak-anak kru PWM untuk berani pergi ke luar negeri melanjutkan studi.
“Seperti seekor burung yang terbang jauh dan bisa tetap hidup,” kata Tamhid.
Diba pun bercerita. Sejak SMP ia sudah jauh dari rumah. Studi ke Pondok Pesantren Moderan Darussalam Gontor, Ponorogo. Setelah lulus, masih harus mengabdi di almamaternya tersebut.
Setahun berikutnya, ia mencoba mendaftar ke Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Hanya saja belum diterima. Ma’had Umar bin Khattab Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) pun jadi tumpuannya untuk studi lanjutan.
Namun belum lama, Allah memberikannya kegembiraan. Ia diterima di kampus impiannya. Dengan ridha orang tua, Diba berangkat. Lima tahun dia menyelesaika studinya di Al-Azhar.
Tak Usah Pulang
Menanggapi kisah itu, Ketua PWM Jatim Dr M Saad Ibrahim MA berkomentar.
“Gelar Lc belum cukup, karena sudah banyak. Wakafkan saja anaknya agar bisa lanjut sampai doktor,” ucapk Saad yang ditujukan pada Hidayatulloh.
Saad mengatakan, menurut pengalaman, lulusan S-1 luar negeri yang melanjutkan studi di Indonesia terkesan turun. Saad meminta agar yang sudah studi di luar negeri tidak usah pulang. “Kalau bisa jadi penduduk di sana saja,” tambahnya.
Saad lalu mengisahkan dua cucunyayang lahir di Australia. Saat 17 tahun, ujarnya, ada kesempatan cucunya jadi warga negara Australia. Ia akan mendorong anaknya untuk menetap di negara ini.
Mengomentari soal burung terbang, Saad mengatakan, untuk zaman sekarang konsep itu tidak selalu benar. “Di rumah saja pun, orang bisa hidup,” ujarnya.
Dia mencontohkan siswa Muhammadiyah di Sedayu Lawas, Brondong, Paciran yang dengan hanya menjual kalimat-kalimat ucapan selamat kepada orang lain dengan usia yang bervariasi. “Tidak rupiah tapi hitungan dolar,” tambahnya.
Untuk peserta family gathering ini, Saad meminta agar mereka, sebagai orangtua, selalu memotivasi anak-anaknya untuk menempuh pendidikan tertinggi.
“Kalau sudah melanjutkan studi di luar negeri, tak usah pulang,” tegasnya mengakhiri kuliah Subuh. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post