Wajhain, Manusia Dua Wajah yang Menipu Diri Sendiri, kajian oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian ini berangkat dari hadits riwayat Bukhari dan Muslim.
عَنْ أبى هريرة رضي الله عنه أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول إِنَّ شَرَّ النَّاسِ ذُو الوَجْهَيْنِ، الَّذِي يَأْتِي هَؤُلاَءِ بِوَجْهٍ، وَهَؤُلاَءِ بِوَجْهٍ. رواه البخاري، ومسلم.
Dari Abu Hurairah, bahwa ia mendengar Rasulullah bersabda: “Sungguh manusia yang paling buruk adalah bermuka dua (oportunis), ia mendatangi suatu kaum dengan muka tertentu dan ia mendatangi lainnya dengan muka yang lain. (HR. Bukhari dan Muslim)
Wajhain
Wajhain bermakna dua wajah. Fenomena ini menjadi peringatan Rasulullah kepada umatnya, karena ia akan menjadi manusia yang terburuk di Hari Kiamat. Sikap ini adalah sikap oportunis atau ada kemunafikan dalam dirinya. Orang demikian hanya mencari selamat bagi dirinya sendiri saja.
Sikap oportunis menunjukkan ia tidak memiliki prinsip dalam kebenaran, karena pertimbangannya adalah kepentingan dirinya atau egoismenya agar dinilai baik oleh orang lain.
Perilaku ini sering pula disebut sebagai sikap penjilat atau ngatok (bahasa Jawa) pada yang dianggapnya lebih menguntungkan dirinya. Sikap demikianlah yang sangat berbahaya bagi tegaknya kebenaran, karena acapkali ia menjadi penghalang terhadap agenda kegiatan dakwah kebenaran.
Menipu Diri Sendiri
Hadits di atas mencirikan orang-orang munafik khususnya dalam rangka mencari selamatnya sendiri, mereka tidak mau mengambil resiko dalam kehidupannya di dunia, soal benar dan salah berdasar ketentuan agama baginya tidak penting.
Bahkan berlaku zalim dengan cara tidak memberikan hak orang lain sesuai haknya menurut ajaran agama. Juga tidak berprinsip, karena ukuran kebenaran itu adalah dirinya dan apa yang ia pikirkan. Sikap demikian banyak disinyalir dalam al Quran, di antaranya:
يَكَادُ ٱلۡبَرۡقُ يَخۡطَفُ أَبۡصَٰرَهُمۡۖ كُلَّمَآ أَضَآءَ لَهُم مَّشَوۡاْ فِيهِ وَإِذَآ أَظۡلَمَ عَلَيۡهِمۡ قَامُواْۚ وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمۡعِهِمۡ وَأَبۡصَٰرِهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ
Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. (al-Baqarah 20)
Ayat di atas memberikan sindiran kepada mereka orang-orang munafik, jika menguntungkan ia selalu menjadi penjilat, jika sudah tidak memberikan keuntungan bagi dirinya maka ia menghindarinya. Sehingga ukuran bagi mereka adalah untung rugi dunia dan tidak terpikirkan olehnya bagiannya di akhirat.
Dalam ayat yang lain Allah menjelaskan, mereka itu menipu diri sendiri dengan seolah bermodus menipu orang lain, kadang justru memanfaatkan orang lain untuk sebesar-besarnya kepentingan dirinya sendiri. Dengan demikian sesungguhnya mereka bukanlah orang-orang yang berpihak pada nilai kebenaran, dan justru mereka malah menjadi musuh dalam selimut, menggunting dalam lipatan. Sungguh keberadaan mereka sangat membahayakan.
إِنَّهُۥ يَرَىٰكُمۡ هُوَ وَقَبِيلُهُۥ مِنۡ حَيۡثُ لَا تَرَوۡنَهُمۡۗ
Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka … (al-A’raf: 27)
Ayat di atas berkenaan dengan musuh kaum beriman yaitu setan yang selalu menggoda ke arah memutar balikkan dari ketaatan kepada kesesatan.
Dan tentu setan yang dimaksud bukan hanya dari golongan jin tetapi banyak pula yang berupa setan manusia, dan merekalah musuh dalam selimut dalam sebuah organiasasi atau kelompok. Karena mereka tahu persis keadaan kita, di satu sisi seolah mereka mendukung, tetapi di sisi lainnya sesungguhnya mereka berharap sebaliknya.
Baca sambungan di halaman 2: Ancaman Allah bagi Kaum Munafik
Discussion about this post