• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
Kamis, Juli 7, 2022
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Imlek, Gong Xi Fa Cai

Senin 31 Januari 2022 | 22:08
4 min read
97
SHARES
303
VIEWS
ADVERTISEMENT
Imlek
Daniel Mohammad Rosyid

Imlek, Gong Xi Fa Cai oleh Daniel Mohammad Rosyid, pendiri Rosyid College of Arts, Guru Besar ITS.

PWMU.CO– Besok saudara-saudara kita Tionghoa merayakan Imlek. Ini semacam perayaan tahun baru di negeri Tiongkok. Lalu diucapkan Gong Xi Fa Cai yang secara harfiah berarti semoga tahun baru ini membawa kemakmuran dan kekayaan.

Tahun ini adalah tahun Harimau. Sejak beberapa hari lalu, hotel-hotel dan mal-mal menghias diri dengan pernak-pernik Imlek. Kalender China dihitung berdasarkan peredaran bulan seperti kalender Hijriyah.

Saya ingat 40 tahun silam lebih saat keluarga kami di Semarang diundang keluarga Gow Ching Hwa, mitra kerja ayah, untuk merayakan Imlek. Biasanya kami dikirimi kue keranjang.

Malam itu kami diajak makan malam Chinese Food di kawasan pecinan tidak jauh dari Semarang Kota Lama. Beberapa hari sebelumnya terjadi tawuran antar pelajar SMA Karangturi dan STM Pembangunan. Terlontar pertanyaan dari putri mitra kerja ayah saya itu: ”Kemarin Daniel ikut memeriahkan tawuran itu ya?” Saya hanya tersenyum kecut.

Sewaktu kecil di kawasan Taman Maluku, Sidodadi, Semarang, saya punya dua teman akrab etnis Tionghoa. Han Gwan dan Sugeng Budhiwan. Keduanya masih hidup dan masih berkomunikasi dengan saya hingga hari ini.

Ada juga kawan-kawan etnis Arab dari keluarga Pak Adnan, yaitu Amat, Ardan, Atik dan Uyun. Semua kawan Arab itu kini sudah wafat. Waktu kecil dulu itu, kami tidak pernah membeda-bedakan asal usul, warna kulit dan bentuk mata atau hidung.

Kami hampir tiap hari bermain bersama apa saja. Di sekitar rumah kami ada dua lapangan: sepakbola dan voli. Sebagai anak-anak, saya tidak pernah melewatkan hari tanpa bermain, termasuk main pingpong di salah satu tetangga kami di kawasan Sidodadi itu. 

40 tahun berlalu. Kini kawasan pemukiman di mana kami tinggal itu secara demografi berubah. Jika dulu didominasi pribumi, sekarang tidak lagi. Mayoritas warga di sana adalah Tionghoa. Tidak saja kampung halaman saya itu berubah. Dunia juga berubah. For better or worse. Lapangan Sport Supaya Sehat (S3) itu kini dikelilingi tembok tinggi. Dulu saya ikut klub S3 itu antara lain dilatih oleh Sartono.

Sebagai warga negara Indonesia dengan nenek moyang beragam, saya mencoba memahami apa yang telah dan sedang terjadi. Ibu saya keturunan Jawa yang mengabdi pada kraton. Sedang buyut ayah saya dari lingkungan pedagang campuran paling tidak dari tiga etnis pendatang : Arab, India dan China serta Jawa tentu saja.

Blasteran ini tampak sekali pada penampilan fisik saudara-saudara perempuan ayah saya. Buyut Tionghoa yang dikenal di daerah sekitar Merapi itu disebut Mbah Nyonyah. Ia adalah salah satu istri dari pengawal Pangeran Diponegoro.

Kakek saya dan adiknya pernah mencoba keberuntungan dengan berjualan sate ke Tumasik sebelum kemerdekaan. Kakek saya memutuskan kembali ke Jawa sedang adiknya terus ke Malaka, beranak pinak hingga hari ini.

Orang tidak pernah memilih dari suku mana dia berasal. Bahkan asal-usulnya bukan pula keputusan ayah-ibunya. Menyalahkan seseorang gegara sukunya sama sekali tidak beralasan. Rasisme atau tribalisme adalah pandangan hidup yang bodoh dan karenanya juga berbahaya.

Islam, juga Kristen, adalah agama yang membantu banyak suku di nusantara untuk keluar dari jebakan tribalisme itu. Sebagai agama yang dipeluk mayoritas suku-suku di negeri ini, Islam adalah faktor yang memudahkan penerimaan gagasan tentang sebuah bangsa baru yang disebut bangsa Indonesia.

Akhir-akhir ini banyak narasi yang menyudutkan Islam seolah pemeluknya anti-Pancasila, anti NKRI, radikal, bahkan teroris. Bahkan seorang petinggi TNI AD mengimbau agar tidak terlalu mendalam dalam belajar agama. Seolah agama adalah sumber radikalisme.

Bahkan pernah ada narasi oleh pejabat publik bahwa agama adalah musuh terbesar Pancasila. Melihat sejarah, narasi ini biasa disemburkan oleh kaum sekuler radikal yang ingin menjauhkan agama dari kehidupan bernegara. Adalah kaum sekuler kiri radikal yang suka menyemburkan istilah kadal gurun (kadrun) bagi muslim yang tampak taat beribadah.

Hemat saya, narasi islamofobia dan rasis yang marak akhir-akhir ini membahayakan persatuan kita sebagai bangsa yang bhinneka tunggal ika. Ekspresi setiap agama dijamin oleh konstitusi selama tidak mengganggu ketertiban umum, seperti ekspresi non-agama lainnya.

Keragaman adalah kekayaan dan sumber kreativitas. Membuat daftar pesantren yang terpapar radikalisme dan ISIS misalnya, sama sekali tidak membantu mengurangi ketegangan antar kelompok akhir-akhir ini yang telah dipicu oleh narasi pejabat yang gegabah, dengungan para buzzers bayaran serta algoritma medsos yang cenderung mengeraskan perbedaan. Ini hanya menyenangkan pihak yang menginginkan perpecahan bangsa ini.

Kita harap narasi-narasi islamofobia yang sembrono ini segera dihentikan. Di tahun Harimau ini, ingatlah pepatah mulutmu adalah harimaumu.

Gong Xi Fa Cai!

Gunung Anyar, 31/01/2022

Editor Sugeng Purwanto

Tags: buzzerDaniel Mohammad RosyidGong Xi Fa CaiTeroris
SendShare39Tweet24Share

Related Posts

Perankingan Universitas, Budak Westernisasi  

Sabtu 11 Juni 2022 | 09:01
7.9k

Danile Mohammad Rosyid Perankingan Universitas, Budak Westernisasi oleh Daniel Mohammad Rosyid, Guru Besar ITS dan...

Politik Identitas Jadi Kambing Hitam

Senin 6 Juni 2022 | 09:06
16.3k

Daniel Mohammad Rosyid Politik Identitas Jadi Kambing Hitam oleh Daniel Mohammad Rosyid, Guru Besar ITS...

Metaverse Jadi Dunia Zombie

Selasa 17 Mei 2022 | 17:01
148

Daniel Mohammad Rosyid Metaverse Jadi Dunia Zombie oleh Daniel Mohammad Rosyid, guru besar ITS dan...

Oligarki Merampas Masa Depan Mahasiswa

Sabtu 14 Mei 2022 | 13:25
290

Daniel Mohammad Rosyid Oligarki Merampas Masa Depan Mahasiswa oleh Daniel Mohammad Rosyid,  guru besar ITS...

Sang Profesor

Senin 9 Mei 2022 | 08:59
321

Daniel Mohammad Rosyid Sang Profesor  oleh Daniel Mohammad Rosyid, guru besar ITS, Ketua Pendidikan Tinggi...

Idul Fitri: Resolusi Proklamatik

Senin 2 Mei 2022 | 19:18
94

Daniel Mohammad Rosyid Idul Fitri: Resolusi Proklamatik oleh Daniel Mohammad Rosyid, guru besar ITS dan...

Ruang Publik Itu Bang-Bang Wetan

Kamis 28 April 2022 | 13:57
85

Daniel Mohammad Rosyid Ruang Publik Itu Bang-Bang Wetan oleh Daniel Mohammad Rosyid, guru besar ITS...

Cha Guan Sekul

Senin 25 April 2022 | 13:39
98

Daniel Mohammad Rosyid Cha Guan Sekul oleh Daniel Mohammad Rosyid, guru besar ITS dan Ketua...

Jongos Globalisasi

Sabtu 23 April 2022 | 22:18
281

Daniel Mohammad Rosyid Jongos Globalisasi oleh Daniel Mohammad Rosyid, guru besar ITS dan Ketua Pendidikan...

Mlungsungi Terpimpin, Sebuah Reproklamasi

Minggu 17 April 2022 | 17:38
196

Daniel Mohammad Rosyid Mlungsungi Terpimpin oleh Daniel Mohammad Rosyid, guru besar ITS, Ketua Pendidikan Tinggi...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Inilah Lokasi Shalat Idul Adha Sabtu 9 Juli 2022 di Kota Surabaya

    8353 shares
    Share 3341 Tweet 2088
  • Masuknya Virus Salafi ke Jantung Muhammadiyah

    9796 shares
    Share 3918 Tweet 2449
  • Hukum Puasa Arafah Ikut Arab Saudi, Shalat Idul Adha Ikut Indonesia

    2937 shares
    Share 1175 Tweet 734
  • Begini Calon Jamaah Haji Mencuci Pakaian di Mekah

    2556 shares
    Share 1022 Tweet 639
  • Prof Abdul Mu’ti: Muhammadiyah Kurang Sombong dengan Prestasinya

    2477 shares
    Share 991 Tweet 619
  • Jangan Keliru! Ada Dua Macam Air Zamzam di Masjid Al-Haram

    2779 shares
    Share 1112 Tweet 695
  • Alphard untuk Ustadz dan Umat

    543 shares
    Share 217 Tweet 136
  • Muhammadiyah dan Salafi: Serupa tapi Tak Sama, Ini Bedanya

    12305 shares
    Share 5631 Tweet 2781
  • Khutbah Idul Adha 2022: Spirit Kurban untuk Membangun Bangsa Berkemajuan

    461 shares
    Share 184 Tweet 115
  • Enam Aspek Pemahaman dalam Capaian Pembelajaran Kurikulum Merdeka

    7300 shares
    Share 2920 Tweet 1825

Berita Terkini

  • Inilah Lokasi Shalat Idul Adha Sabtu 9 Juli 2022 di Kota SurabayaRabu 6 Juli 2022 | 20:40
  • Alumni Smamda
    Alumni Smamda Ini Terus BerprestasiRabu 6 Juli 2022 | 18:20
  • Prof Abdul Mu’ti: Muhammadiyah Kurang Sombong dengan PrestasinyaRabu 6 Juli 2022 | 16:55
  • Merawat kerukunan
    Merawat Kerukunan, Nasyiah Bikin Acara IniRabu 6 Juli 2022 | 16:09
  • Hukum Puasa Arafah Ikut Arab Saudi, Shalat Idul Adha Ikut IndonesiaRabu 6 Juli 2022 | 15:41
  • SDMM Menyandang Sekolah Ramah Anak, Ini Daftar Resmi SRARabu 6 Juli 2022 | 15:00
  • Duta Kosmetik
    Duta Kosmetik Ini Murid SmamdaRabu 6 Juli 2022 | 14:52
  • Inilah Makanan Favorit CJH asal Indonesia di MekahRabu 6 Juli 2022 | 13:34
  • G30S Ujian konstitusi
    Alphard untuk Ustadz dan UmatRabu 6 Juli 2022 | 13:09
  • Rahasia Siswa Berlian School Jadi Siswa Terbaik TahfidhRabu 6 Juli 2022 | 12:22

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In