Mabuk Kekuasaan oleh Abu Nasir, Ketua PDM Kota Pasuruan.
PWMU.CO– Suatu hari Khalifah Umar bin Abdul Aziz menyamar menjadi rakyat. Ditemani dua menterinya sampailah di stren Sungai Tigris. Lantas menumpang perahu menuju kampung seberangnya.
Di tengah sungai tukang perahu berhenti. Dia mengeluarkan minuman anggur dan memerintahkan penumpangnya untuk minum. Khalifah Umar menolak, tapi dipaksa minum jika ingin sampai ke daratan.
Menterinya ingin memberi tahu tukang perahu bahwa penumpangnya itu khalifah. Tetapi Umar mencegahnya. Karena ia akan memberi kejutan setelah tiba di daratan. Khalifah Umar memilih meminum segelas anggur itu.
Sesampai di daratan, menterinya memberitahu tukang perahu bahwa penumpangnya itu adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz, penguasa negeri ini.
Mendengar penuturan menteri itu, alih-alih terkejut dan meminta maaf, tukang perahu malah tertawa-tawa. ”Baru minum segelas anggur saja kalian sudah mabuk dan menganggap diri kalian sebagai raja. Apalagi kalau minum satu botol, kalian bisa jadi merasa sebagai Tuhan …” kata tukang perahu sambil ngeloyor pergi.
Betapa menggelegaknya hati Umar bin Abdul Aziz. Dia seperti menerima tamparan keras dari tukang perahu. Selama ini ia merasa berada pada jalur yang benar sebagai penguasa, namun kalimat itu menyadarkan dirinya bahwa kekuasaan yang dia genggam bagaikan anggur yang memabukkan. Kalimat tukang perahu itu menyadarkan dari mabuk kekuasaan.
Kekuasaan memang bisa menjerumuskan. Seperti Iblis menjerumuskan Adam dengan iming-iming kekuasaan abadi kalau dia berani melanggar mendekati pohon larangan. ”Hai Adam, maukah kamu aku tunjukkan pohon keabadian dan kekuasaan yang tak bisa habis?” kata Iblis seperti ditulis di surat Thaha (20) ayat120.
Dari sanalah kemudian lahir penguasa-penguasa tiran yang lupa diri sehingga menggenggam kekuasaan di tangannya bertahun-tahun. Bahkan sampai ada yang mengaku Tuhan sebagaimana Firaun dan Namrud.
Di sekitar kita banyak orang yang mabuk kekuasaan. Berkuasa hanyalah demi kehormatan, puja-puji, popularitas, fasilitas, dan uang.
Banyak orang memimpikan kekuasaan. Meraih dengan berbagai cara. Menyuap atau berlaku culas. Setelah berkuasa menindas dan memeras.
Kekuasaan bisa membuat orang mati rasa kemanusiaannya. Urat malunya terputus. Ada anggota DPR pamer mobil mewah sambil mengisap cerutu Kuba seharga Rp 350 ribu sebatang. Ada juga yang parkir mobil-mobilnya di halaman Gedung DPR dengan nomor polisi palsu.
Mabuk kekuasaan mendorong penguasa merekayasa undang-undang mengeruk kekayaan alam untuk kepentingannya dan kroninya.
Belum ada penguasa menjadikan kekuasaannya sebagai jalan menghamba kepada Allah. Banyak terjadi menghamba kepada nafsu.
Kalaulah saja penguasa punya kesadaran transendentif maka bisa menyelamatkan negeri dari kehancuran. Sebab sadar ada Zat Maha Kuasa sang pemilik kekuasaan sejati yang mengawasi.
Kekuasaan di tanganNya dan Dia yang berhak memberi atau mencabut kekuasaan dari tangannya. Dia pula yang memuliakan atau menghinakan penguasa atas kehendakNya. (Ali Imron: 26).
Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post