IPM SMPM Jipat Bedah Buku Antologi Karya Siswa. Laporan Ali Efendi, Kontributor PWMU.CO Lamongan.
PWMU.CO – Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PR IPM) SMP Muhammadiyah 14 (SMPM Jipat) Paciran, Lamongan menyelenggarakan kegiatan bedah buku antologi cerita pendek dengan judul Cahaya Lintang.
Acara bedah buku karya siswa-siswi SMPM Jipat Paciran ini diselenggarakan di Aula KH Abdurrahman Syamsuri Pondok Pesantren Karangasem Paciran, Lamongan. Hari Senin (28/2/2022) bersamaan dengan peringatan Isra Mikraj.
Ada dua pembedah buku yang mengisi acara tersebut. Pertama, Agus Buchori AMd, alumni Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan penulis buku. Kedua, Zulfatus Salima MPd, alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Kontributor PWMU.CO. Bertugas sebagai moderator Akbar Al-Mubassyir, mahasiswa STAI Muhammadiyah Paciran, Lamongan.
Adapun identitas buku yang dibedah berjudul Cahaya Lintang karya Mumtahanah Najiyah dan kawan-kawan yang merupakan siswa-siswi SMPM Jipat Paciran. Editor Ali Efendi MPd. Cetakan pertama, Desember 2021. Penerbit Pustaka Ilalang, dan ISBN 978-623-390-023-2.
Sebelum acara bedah buku dimulai, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Hj Siti Mutohhiro MPd menjelaskan, kegiatan bedah buku ini merupakan pertama yang diselenggarakan IPM SMPM Jipat.
“Saya sangat bangga karena buku yang dibedah adalah karya siswa-siswi SMPM Jipat dan ber-ISBN. Buku kumpulan cerita pendek ini telah dicetak akhir bulan Desember 2021. Alhamdulillah hari ini telah dibedah,” ujarnya bangga.
Dia menyampaikan terima kasih kepada kedua pembedah yaitu Agus Buchori dan Zulfatus Salima yang telah bersedia untuk menyempatkan diri menjadi pembicara dalam acara ini.
“Kedua pembedah adalah orang hebat, yang tulisannya telah banyak terbit di berbagai media massa, baik cetak maupun online. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada saudara Akbar Al-Mubasyir yang bersedia menjadi moderator,” imbuhnya.
10 Tips Menulis Cerpen yang Bagus
Dalam kesempatan pertama menyampaikan materi, Agus Buchori AMd memberikan apresiasi kepada siswa-siswi SMPM Jipat Paciran yang telah menghasilkan karya antologi cerpen yang luar biasa.
“SMPM Jipat sekolah yang terletak di pesantren desa, namun mampu sejajar dengan sekolah-sekolah bonafide yang berada di kota,” pujinya.
Lebih lanjut, Agus Buchori AMd menjelaskan, buku dengan judul Cahaya Lintang yang diambil dari salah satu judul karya siswa, sudah layak untuk dijual di pasaran karena secara fisik dan cetakan sudah sangat bagus.
Arsiparis Kabupaten Lamongan ini pun berbagi 10 tips dan trik menulis cerpen yang baik.
Pertama, perhatikan tanda baca dalam tulisan, misalnya: titik, koma, tanda petik, titik dua, titik koma, tanda petik dua, spasi, dan pengunaan huruf kapital.
Kedua, gunakan bahasa yang baik dan benar, serta komunikatif bagi pembaca.
Ketiga, menulis cerpen tidak seperti menulis berita, oleh karena itu cerpen karya fiksi diperlukan imajinasi dengan kisah penuh dengan konflik.
Keempat, penulis karya cerpen seperti menyusun naskah film atau drama maupun sinetron.
Kelima, menentukan awal paragraf dengan baik yang diawali dengan adegan konflik dan hindari menggunakan kalimat ‘pada suatu hari, di tengah hutan belantara, karena hal itu bisa terjebak pada dongeng.
Keenam, cerpen yang bagus mampu melibatkan pembaca larut saat menikmati bacaannya.
Ketujuh, dalam bahasa sastra, tidak pernah tegas menunjukan seseorang itu baik, tetapi digambarkan dengan keadaan. Misalnya, Rio itu orangnya suka memberi, di masyarakat sering ikut kerja bakti, dan lain-lain.
Kedelapan, jangan menuliskan kisah mimpi, karena karya sastra sesungguhnya karya atau karangan imajinasi dan fiksi sama dengan mimpi.
Kesembilan, rumus menulis cerpen harus show (menunjukkan). Contoh latar cerita; di sebuah gubug. Gubug ini bisa dijelaskan secara detail, misalnya gubugnya reot, genting dari daun kelapa yang sudah terkelupas, debunya sangat tebal dan lainnya.
Kesepuluh, kalau setting tidak diceritakan dengan benar, maka ceritanya nanti tidak akan dramatis dan tidak menarik.
Menejemen Dialog dalam Menulis Cerpen
Sementara itu, Ustadzah Zulfatus Salima MPd sebagai pembedah kedua mengaku sangat bangga dan kagum, karena anak usia SMP sudah mampu menulis dengan baik berupa cerpen.
“Tetap semangat menulis. Jangan takut salah dalam menulis, serta mencoba dan terus mencoba,” pesannya.
Dia juga menjelaskan, judul cerpen harus menarik, agar pembaca penasaran untuk membaca ceritanya, “karena tidak semua judul itu menarik, sehingga terkadang orang tidak tertarik utuk membaca,” katanya.
Lebih lanjut, Ustadzah Zulfatus Salima MPd menyampaikan, membaca dan menulis menjadi bagian yang tidak terpisahkan, maka sebelum menulis perlu disiapkan dan dipastikan perbendaharaan kata cukup. Serta penulis harus memperluas referensi agar kaya wawasan berbahasa.
“Karya sastra yang miskin bahasa, ceritanya tidak akan berkembang dengan baik, dan tidak menarik,” tandasnya.
“Untuk menulis cerpen, Anda membangun konflik dengan baik, jangan sampai menulis cerpen tidak ada konfliknya. Maka dalam menulis cerpen, hindari cerita yang tidak ada satupun dialog di dalamnya,” jelas gadis pembina pesantren Karangasem ini.
Terakhir, Ustadzah Zulfatus Salima menyampaikan, dalam buku yang dibedah ini hanya bercerita tentang “dia dan ia”. Para penulis belum berani bercerita tentang aku.
“Maka saya sarankan, apabila menulis kembali supaya dicoba untuk bercerita tentang dirinya. Selamat mencoba, saya tunggu karya-karya berikutnya,” ujarnya. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post