• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
Kamis, Juli 7, 2022
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Ayahku, Haji Poethoet Soegito

Senin 14 Maret 2022 | 16:49
5 min read
296
SHARES
924
VIEWS
ADVERTISEMENT
Ayahku
Ustadz Putut Sugito, kiri, bersama KH Syukri Zarkasyi.

PWMU.CO– Ayahku Haji Poethoet Soegito dipanggil di sisi Allah taala, Kamis (10/3/2022). Duka sedih sangat mendalam menyelimuti keluarga kami. Kehilangan seorang ayah yang penuh dengan teladan kehidupan.

Ayahku putra ragil dari sebelas bersaudara. Lahir di Desa Jetis, Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo awal tahun 1940. Tapi di KTP tertulis 27 Februari 1942. Dimudakan dua tahun. Namanya sekarang juga ditulis Putut Sugito.

Ayah dari ayahku bernama Raden Sumodiningrat alias Sayoko Surodiharjo dan ibunya bernama Sanikin. Mbah Sayoko merupakan tokoh masyarakat yang biasa memimpin doa-doa dalam kegiatan keagamaan. 

Sejak kecil ayahku diasuh oleh saudara kakek, Mbah Miskun. Mbah Miskun seorang yang dekat dengan agama. Ayah sering menyebutnya Wong Masyumi tulen.

Setiap Senin malam, Mbah Miskun mengantar dan menunggui ayah nyantri agama kepada Kiai Abdul Azis, tokoh Syarikat Islam (SI) Jintap Wonoketro, Jetis, Ponorogo. Kiai akrab dipanggil Mbah Azis. Sangat teguh masalah tauhid. Apapun tema ngajinya, ujung-ujungnya pasti ke tauhid.

Di Mbah Azis, ayah nyantri selama 13 tahun. Saking sayangnya Mbah Azis kepada ayah didaftarkan jadi pegawai Depag. Surat lamarannya Mbah Azis yang membuatkan.

Ayah juga sangat bangga dengan kiainya ini. Dalam banyak kesempatan menceritakan tentang sosoknya. Tulisan Arab ayah ngeblat gaya tulisan Arab Kiai Abdul Azis. Khatnya sama persis.

Ayah kecil tumbuh dalam masa pergolakan perjuangan kemerdekaan. Sekolah di Sekolah Rakyat bisa melanjutkan ke SMP Muhammadiyah Ponorogo. Ayah tumbuh dalam kondisi serba kekurangan dan sulit ekonomi.

Seringkali ayah bercerita hanya mempunyai satu celana untuk bersekolah. Setiap pagi ayah harus berjalan kaki memanggul rinjing berisi pindang dijual ke pasar oleh istri Mbah Miskun. Jarang makan. Hanya makan saat sore hari. Akhirnya menjadi kebiasaan. Selalu makan sedikit sampai akhir hayatnya.

Bentrok dengan PKI

Tahun 1948 adalah tahun duka bagi keluarga besar ayah. Kehilangan lima orang keluarga yang dibunuh PKI saat pemberontakan Madiun. Kekejaman PKI sangat membekas dalam diri ayah.

Ayah mulai berdakwah tahun 1956. Umur 16 tahun. Ceramah dari desa ke desa. Di usia itu ayah aktif di Muhammadiyah. Bermain bola di PSHW, main silat di Tapak Suci, juga aktif di Pemuda Muhammadiyah.

Tahun 1956 kepanduan HW Jetis Ponorogo mengirim kontingen ke Semarang mengikuti jambore se Jawa-Madura, ayah ikut jadi pesertanya. Ayah juga mengikuti muktamar Pemuda Muhammadiyah di masanya.

Tahun 1960-an tahun-tahun pergolakan yang hebat dakwah Islam berhadapan dengan PKI. Ayah aktivis dan tokoh Masyumi. Pengurus Pelajar Islam Indonesia (PII).  Juga ikut pergerakan KAMI/KAPPI menjadi Ketua Komisariat Ponorogo Selatan.

Di pertengahan 1960-an itu ayah juga menjadi Ketua Pemuda Muhammadiyah pertama di Ponorogo dan pendekar Tapak Suci.

Penampilan Garang

Ayah sejak muda berambut gondrong. Kumis dipelintir ke atas. Jenggot lebat sebagai jati diri Islam yang kuat. Kelihatan garang.

Suatu saat saya pernah bertanya, kenapa penampilannya seperti itu. Katanya, untuk mengimbangi kepongahan aktivis komunis saat itu. Orang Islam nyalinya harus besar dan mentalnya harus berani. ”Nyombongi wong sombong kuwi sedekah,” katanya sambil terkekeh.  

Gesekan dengan orang PKI sering terjadi. Mereka berani membubarkan pengajian atau selametan dengan mengedrop aktivis-aktivis PKI di acara itu.

Sebaliknya ayah juga berani membubarkan ludruk yang mementaskan lakon Patine Gusti Allah yang dimainkan orang-orang PKI.

Saat itu ayah dekat dengan Pondok Gontor. Seringkali Pak Syukri, panggilan akrab KH Syukri Zarkasyi, putra dari Mbah KH Imam Zarkasyi, pendiri Gontor, diutus ke rumah untuk koordinasi masalah keamanan Pondok Gontor. Ayah dijadikan polisi eksternal menjaga keamanan Pondok Gontor.

Sampai akhir hayatnya Pak Syukri sangat dekat dengan ayah. Setiap berpapasan di jalan, Pak Syukri pasti berhenti dan menyapa akrab. ”Pak Gito, wis madang urung, ayo madang?” (Pak Gito, sudah makan belum, ayo makan).

Pak Gito, panggilan akrab yang digunakan Pak Syukri dalam saling sapa dan ngobrol. Keduanya tidak pernah menggunakan bahasa kromo tapi ngoko menunjukkan kedekatannya.

Jadi Penghulu

Setelah pergolakan tahun 1960 sampai 1970-an, ayah fokus menjadi mubaligh  Muhammadiyah dan penghulu di Departemen Agama. Pagi sampai siang sore ayah bekerja di KUA. Sore sampai malam dan hari-hari libur, berkeliling dakwah memenuhi undangan pengajian.

Sampai sepuh ayah mengisi hari-harinya untuk pengajian. Pengajian besar maupun pengajian kecil di lingkungan RT atau keluarga.

Dalam kiprahnya ayah memang dekat dengan masyarakat. Ayah juga mengisi rutin pengajian ibu-ibu Aisiyah di Masjid Duwur Ponorogo selama bertahun-tahun sampai sepuh.

Ayah merupakan mubaligh Muhammadiyah yang mampu masuk ke segala lini masyarakat. Dari berbagai status sosial masyarakat hingga lintas ormas diterima dengan baik. Banyak masyarakat mengenalnya.

Dalam berdakwah ayah sering menggunakan prinsip ”Kena iwake aja nganti buthek banyune.” Tangkap ikannya jangan sampai keruh airnya.

”Teguh dalam prinsip, luwes dalam penampilan,” katanya. Jangan membeda-bedakan teman. ”Srawung (hubungan) dengan siapa saja untuk kebaikan.” ”Jangan merasa suci,” katanya lagi.

Bertauhid teguh dengan ungkapan yang sering disampaikan, ”Mobah mosik lara penak bejo ciloko sugih melarat urip mati ing astane Gusti Allah.” Artinya, lakukan yang bisa, sakit, enak, untung, celaka, kaya, miskin, hidup mati di tangan Tuhan Allah.  Juga berprinsip menjunjung tinggi Islam sampai akhir hayat.

Di zaman Reformasi 1998, ayah menjadi Ketua Partai Bulan Bintang (PBB) Ponorogo. Saat Pemilu mendapatkan satu kursi sehingga ayah terpilih sebagai anggota DPRD Ponorogo 1999-2004.

Ayah punya lima anak. Tiga laki-laki, dua perempuan. Jika anak-anaknya berantem atau bersalah, ayah menghukumnya dengan hafalan surat-surat pendek. Ayah begitu cinta kepada anak-anaknya. Saat saya kecil, setiap ayah mau bersedekah, pasti uang itu diberikan kepada saya, supaya saya yang memberikannya. Hal ini sangatlah membekas di diri saya.

Ayahku telah tiada. Menorehkan teladan kebaikan yang sangat banyak. Di tahun-tahun akhir hayatnya aktivitasnya menulis al-Quran dan mengaji. Duduk di ruang tamu dengan al-Quran besar di hadapannya. Mengaji dengan suara yang lantang.

Selamat jalan Ayahku. Semoga engkau menjadi hamba mulia di sisiNya. Amiin.

Penulis Faruq Ahmad Futaqi  Editor Sugeng Purwanto

Tags: Faruq Ahmad FutaqiMasyumiMubaligh MuhammadiyahPemberontakan PKI Madiun 1948PKIPutut Sugito
SendShare118Tweet74Share

Related Posts

Kampung Bebas Rentenir

Sabtu 30 April 2022 | 10:09
169

Kampung Bebas Rentenir Jintap Ponorogo gelar bazar minyak goreng. Kampung Bebas Rentenir oleh Faruq Ahmad...

Langgar Wetan Pasar, Ada Jejak KH Ahmad Dahlan di Sini

Rabu 30 Maret 2022 | 05:29
549

Langgar Wetan Pasar Ponorogo. Langgar Wetan Pasar, Ada Jejak KH Ahmad Dahlan di Sini oleh...

Ustadz Putut Sugito Dai Legendaris Ponorogo Wafat

Sabtu 12 Maret 2022 | 18:18
647

Ustadz Putut Sugito PWMU.CO- Ustadz Putut Sugito, dai legendaris Muhammadiyah Ponorogo wafat  di usia 82...

Menabung Pahala

Senin 7 Februari 2022 | 10:44
251

Faruq Ahmad Futaqi dan Siti Zubaidah. Menabung Pahala oleh Faruq Ahmad Futaki, Manajer Bankziska PWMU.CO-...

Debt Collector Bank Thithil

Minggu 23 Januari 2022 | 17:15
367

Faruq Ahmad Futaqi Debt Collector Bank Thithil oleh Faruq Ahmad Futaqi, Manajer Bankziska Lazismu. PWMU.CO-...

Uang Surga

Jumat 21 Januari 2022 | 20:43
202

Hariyadi, kiri, berbincang dengan Ahmad Faruq Futaqi. Uang Surga oleh Faruq Ahmad Futaqi, Manajer Bankziska....

Bisnis Sosial Bankziska

Senin 29 November 2021 | 07:18
181

Faruq Ahmad Futaqi Bisnis Sosial Bankziska oleh Faruq Ahmad Futaki, Manajer Bankziska Ponorogo. PWMU.CO- Jauh-jauh...

Agitprop Amatiran Bernama Buzzer

Kamis 25 November 2021 | 05:29
421

M Rizal Fadillah Agitprop Amatiran Bernama Buzzer oleh M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan....

Partai Politik Layak Dibubarkan, Bukan MUI

Rabu 24 November 2021 | 06:14
738

Daniel Mohammad Rosyid Partai Politik Layak Dibubarkan, Bukan MUI oleh Daniel Mohammad Rosyid, Guru Besar...

Bangsa Keledai karena PKI

Jumat 1 Oktober 2021 | 06:12
699

M Rizal Fadillah Bangsa Keledai karena PKI oleh M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Inilah Lokasi Shalat Idul Adha Sabtu 9 Juli 2022 di Kota Surabaya

    11138 shares
    Share 4455 Tweet 2785
  • Hukum Puasa Arafah Ikut Arab Saudi, Shalat Idul Adha Ikut Indonesia

    3506 shares
    Share 1402 Tweet 877
  • Masuknya Virus Salafi ke Jantung Muhammadiyah

    9926 shares
    Share 3970 Tweet 2482
  • Prof Abdul Mu’ti: Muhammadiyah Kurang Sombong dengan Prestasinya

    2894 shares
    Share 1158 Tweet 724
  • Begini Calon Jamaah Haji Mencuci Pakaian di Mekah

    2587 shares
    Share 1035 Tweet 647
  • Jangan Keliru! Ada Dua Macam Air Zamzam di Masjid Al-Haram

    2785 shares
    Share 1114 Tweet 696
  • Alphard untuk Ustadz dan Umat

    603 shares
    Share 241 Tweet 151
  • Muhammadiyah dan Salafi: Serupa tapi Tak Sama, Ini Bedanya

    12334 shares
    Share 5642 Tweet 2788
  • Khutbah Idul Adha 2022: Spirit Kurban untuk Membangun Bangsa Berkemajuan

    504 shares
    Share 202 Tweet 126
  • Adakah Tuntunan Puasa Tarwiyah sebelum Idul Adha, 8 Dzulhijjah?

    5314 shares
    Share 2126 Tweet 1329

Berita Terkini

  • Daftar Lokasi dan Khatib Shalat Idul Adha Sabtu 9 Juli 2022 di Malang RayaKamis 7 Juli 2022 | 07:39
  • 32 ribu sekolah, dari PAUD hingga SMA/SMK daftar mandiri Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Liputan Syaifulloh, kontributor PWMU.CO.
    32 Ribu Sekolah Daftar Mandiri Implementasi Kurikulum MerdekaKamis 7 Juli 2022 | 06:33
  • Inilah Lokasi Shalat Idul Adha Sabtu 9 Juli 2022 di Kota SurabayaRabu 6 Juli 2022 | 20:40
  • Alumni Smamda
    Alumni Smamda Ini Terus BerprestasiRabu 6 Juli 2022 | 18:20
  • Prof Abdul Mu’ti: Muhammadiyah Kurang Sombong dengan PrestasinyaRabu 6 Juli 2022 | 16:55
  • Merawat kerukunan
    Merawat Kerukunan, Nasyiah Bikin Acara IniRabu 6 Juli 2022 | 16:09
  • Hukum Puasa Arafah Ikut Arab Saudi, Shalat Idul Adha Ikut IndonesiaRabu 6 Juli 2022 | 15:41
  • SDMM Menyandang Sekolah Ramah Anak, Ini Daftar Resmi SRARabu 6 Juli 2022 | 15:00
  • Duta Kosmetik
    Duta Kosmetik Ini Murid SmamdaRabu 6 Juli 2022 | 14:52
  • Inilah Makanan Favorit CJH asal Indonesia di MekahRabu 6 Juli 2022 | 13:34

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In