Ayat-Ayat Perang Pendeta Saifuddin, oleh Dhimam Abror Djuraid
PWMU.CO – Pendeta Saifuddin Ibrahim AKA Abraham ben Moses menjadi orang kesekian yang mengunggah konten video yang menyerang agama lain dengan ujaran kebencian. Dan ini bukan kali pertama. Sang pendeta sudah pernah melakukannya pada 2018 dan dihukum karenanya.
Rangkaian—atau mungkin bisa disebut sebagai gelombang—video bernada hate speech semacam ini bermunculan beberapa tahun terakhir, membuat atmosfer beragama kita terasa sumuk dan sesak. Hampir setiap hari ada saja konten yang panas dan memancing reaksi keras. Muncul konten panas, lalu reaksi keras, lalu muncul gugatan hukum, lalu ditangkap, lalu dipenjara.
Muhamad Kace, Ferdinand Hutahaean, dan banyak lagi lainnya, berputar-putar seperti gerakan sirkular yang tidak ada habisnya, membentuk ekosistem beragama yang tidak nyaman. Menteri agama membuat pernyataan yang membuat panas. Lalu reaksi bermunculan dimana-mana, laporan kepada polisi bermunculan. Terus-menerus seperti itu. Sebuah ekosistem beragama yang gerah telah terbentuk.
Kali ini, dalam sebuah video, Pendeta Saifuddin meminta menteri agama merevisi atau menghapus 300 ayat al-Quran yang dianggapnya menjadi pemicu paham radikalisme yang berbagaya. Jangan hanya toa masjid yang diatur, 300 ayat Alquran itu harus direvisi, dan kurikulum pesantren juga harus direvisi, karena kata Pak Pendeta, pesantren adalah penghasil para radikal dan calon teroris.
Menteri Mahfud MD kesal oleh video itu dan minta polisi turun tangan menghentikan kegaduhan. Ade Armando—yang selama ini dianggap berada pada kubu yang sama—kali ini mengritik keras Pendeta Saifuddin dan menganggapnya tidak punya akal sehat.
Al-Quran Wahyu Allah
Al-Quran bersisi sabda Allah. Mengganti dan menghapus sebagian ayat-ayatnya sama saja dengan mencampakkan kitab suci itu. Yang harus direvisi bukan ayat-ayat al-Quran, tetapi tafsir terhadap ayat-ayat al-Quran yang harus direvisi, karena tafsir manusia terhadap al-Quran tidak bersifat suci seperti al-Quran. Begitu komentar Armando.
Pak Pendeta tidak memberi contoh ayat-ayat yang dimaksudnya. Secara umum ayat-ayat dalam Surat at-Taubah, surat ke-9, sering disebut sebagai ayat-ayat perang yang mendorong munculnya kekerasan dalam Islam.
‘’Apabila telah selesai bulan-bulan haram, maka perangilah orang-orang musyrik di mana saja kamu temui, tangkaplah dan kepunglah mereka, dan awasilah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan melaksanakan shalat serta menunaikan zakat maka berilah kebebasan kepada mereka’’.
Ayat itu secara pejoratif disebut sebagai ayat perang. Penafsiran ayat itu dipakai sebagai justifikasi ajakan perang dan penggunaan kekerasan, termasuk teror. Ayat ini dapat dijadikan dalil untuk memerangi orang musyrik atau siapa pun yang bukan Islam. Ayat ini dianggap sebagai salah satu dalil untuk melaksanakan jihad dalam bentuk perang.
Interpretasi agersif itu muncul di segmen umat Islam tertentu. Tetapi, mufasir lain menginterpretasikannya sebagai upaya defensif, yaitu dorongan bagi umat Islam untuk melakukan perlawanan terhadap kaum musyrik apabila mereka memerangi terlebih dahulu.
Kekerasan dalam Islam menjadi bahasan para sarjana sejak lama. Kekerasan di beberapa negara yang berpenduduk Islam muncul karena adanya perlakuan tidak adil kepada Islam yang mengakibatkan kemunduran dan penderitaan.
Muncul pandangan bahwa kemunduran yang terjadi di kalangan Islam diakibatkan oleh penjajahan Barat yang Kristen dan sekuler. Karena itu, untuk menghadapi ketidakadilan itu umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang mempersatukan agama dan negara.
Untuk melawan ketidakadilan terjadilah serangan terhadap peradaban Barat seperti yang terjadi pada peristiwa 11 September. Amerika dianggap sebagai simbol penjajahan Barat terhadap Islam, dan karenanya harus dihancurkan.
Baca sambungan di halaman 2: Kemunduran Islam akibat Penjajahan Barat?
Discussion about this post