Kriteria Baru Ini Bikin Perbedaan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijah makin Tajam: Studi Kasus 1443

Peta Ketinggian Hilal Geosentris Ramadhan 1443 H. Kriteria Baru Ini Bikin Perbedaan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah makin Tajam, Studi Kasus 1443

Kriteria Baru Ini Bikin Perbedaan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah makin Tajam: Studi Kasus 1443. Oleh Amirul Muslihin, Ketua Divisi Hisab Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Blitar.

PWMU.CO – Negara Republik Indonesia melalui Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyatakan dalam dokumen resmi MABIMS bahwa Indonesia bersetuju menggunakan kriteria baru MABIMS mulai tahun 2022 atau 1443 H setelah melalui rangkaian panjang.

Di antaranya, secara formal pada Pertemuan Pejabat Tinggi (SOM) MABIMS di Singapura pada 11–14 November 2019 dengan disepakatinya kriteria baru MABIMS, yang menjadi dasar Indonesia untuk bersepakat mempercepat penetapan kriteria baru MABIMS. 

Pada tanggal, 8 Desember 2021 dalam pertemuan virtual akhirnya kriteria baru MABIMS disahkan oleh menteri-menteri agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Dokumen pengesahan kriteria baru MABIMS ditandatangani secara terpisah oleh masing-masing Menteri Agama, kemudian disatukan. 

Pada naskah pengesahan disebutkan bahwa kriteria baru MABIMS dilaksanakan pada tahun 1443 H atau sesuai kesiapan masing-masing negara untuk menerapkannya.

Dengan ditetapkannya keputusan kriteria baru oleh Kementerian Agama ini justru potensi perbedaan semakin dalam dan semakin jauh dari cita-cita dan harapan penyatuan kalender Islam global yang berlaku universal untuk seluruh dunia sebagaimana universalnya syariat Islam.

Jika memperhatikan data hisab masing-masing kriteria prediksi awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah 1443 H di Indonesia potensi perbedaan berpeluang semakin tajam,  khususnya dengan pemerintah Indonesia. 

Bahkan jika masing-masing metode dan kriteria tersebut konsisten dalam perjalanan perhitungan konsepnya, maka menurut analisis aplikasi KIG-Hijrunivers maka peluang perbedaan ini bukan prediksi lagi tetapi sudah definitif.

Kriteria Penetapan Awal Bula

KIG-Hijrunivers

Dalam kriteria KIG-Hijrunivers yang konsisten di titik acuan yang ditetapkan, yakni di koordinat (garis bujur dan garis lintang) Ka’bah Mekkah. Bahwa bulan baru qamariah dimulai apabila telah terpenuhi dua kriteria yang penggunaannya secara kumulatif.

Yakni pertama, ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam. Kedua, pada saat matahari terbenam piringan bawah bulan masih diatas ufuk, bulan baru dinyatakan sudah wujud.

IR58 KIG-Turki 2016

Kriteria Hisab KIG Istambul’16  yakni:

Pertama, awal bulan baru dimulai apabila terjadi imkan rukyat dengan tinggi bulan minimal 5° dan elongasi minimal 8° pada saat matahari terbenam di belahan bumi manapun, serta konjungsi terjadi sebelum pukul 12:00 malam waktu Greenwich. 

Kedua, jika syarat konjungsi tidak terpenuhi (konjungsi lewat dari pukul 12.00 malam waktu Greenwich) bulan baru tetap dimulai dengan syarat konjungsi terjadi sebelum fajar di New Zealand dan telah imkan rukyat di daratan benua Amerika atau di kawasan benua lain di luar benua Amerika.

Ketiga, jika tidak ada kawasan imkan rukyat pada hari konjungsi, bulan baru dimulai lusa setelah hari konjungsi.

Saudi Arabia (Umul Qura)

Aturan kalender Ummul Qura terbaru mulai diberlakukan tahun 1423 H/Maret 2002 sampai sekarang dengan koordinat (garis bujur dan garis lintang) Ka’bah dijadikan sebagai dasar dalam penetapan kalender Ummul Qura. 

Yakni jika pada tanggal 29 bulan Hijriah kedua syarat berikut ini terpenuhi, maka keesokan harinya telah masuk bulan Hijriah baru, yakni:

Pertama, konjungsi geosentris (ijtima’) telah terjadi sebelum matahari tenggelam di Mekah, Kedua, bulan tenggelam setelah matahari. Jika tidak, maka bulan hijriyah digenapkan menjadi 30 hari.

Muhammadiyah (WH)

Kriteria hisab wujudul hilal yang digunakan Muhammadiyah yakni: pertama, telah terjadi ijtimak. Kedua, ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam dan, ketiga, pPada saat terbenamnya matahari piringan atas bulan berada di atas ufuk (bulan baru telah wujud). Ketiga kriteria ini penggunaannya adalah secara kumulatif.

IR2 NU (1994)

Tahun 1994, PBNU telah membuat pedoman bahwa kesaksian hilal bisa ditolak bila semua ahli hisab sepakat menyatakan hilal tidak mungkin dirukyat dengan kriteria imkanur rukyat (IR) 2 derajat. 

MABIMS IR238

Kriteria lama MABIMS yang dikenal sebagai kriteria (2,3,8) adalah tinggi minimal 2 derajad, jarak sudut bulan-matahari (elongasi) minimal 3 derajad atau umur bulan minimal 8 jam

Yang telah disepakati dalam muzakarah rukyat dan takwim Islam negara-negara anggota MABIMS (Forum Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) di Malaysia pada tanggal,  2-4 Agustus 2016.

Neo MABIMS IR36,4

Adalah kriteria baru yakni  tinggi hilal minimal 3°dan elongasi minimal 6,4° dengan lokasi Sabang yang dianggap mewakili rata-rata hilal paling tinggi di wilayah Indonesia. Kriteria ini identik dengan kriteria Rekomendasi Jakarta 2017.

Kriteria ini juga sama dengan kriteria astronomis Persis, yakni bila secara hisab telah memenuhi kriteria hisab imkan rukyat tinggi hilal minimal 3°dan elongasi minimal 6,4° maka secara otomatis awal bulan sudah masuk dan tidak perlu menunggu laporan rukyat

Namun bila secara hisab belum memenuhi kriteria hisab Astronomis Persis (misalnya hanya kurang sedikit dari kriteria) maka laporan rukyat diperlukan. Karena boleh jadi ada rekor baru keterlihatan hilal (walau hampir 10 tahun belum ada rekor baru). 

Namun dengan catatan, laporan rukyat akan diterima dengan syarat hasil rukyat tersebut dapat diterima dengan syarat kesaksian lebih dari satu tempat dan dibuktikan dengan citra visual hilal dan berlaku sejak tahun 2013 sampai sekarang. 

Kriteria Baru Ini Bikin Perbedaan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah makin Tajam, Studi Kasus 1443

Data Astronomi Awal Bulan 1443 H

Data astronomi ketinggihan hilal dan sudut elongasi ini dihitung dengan aplikasi KIG-Hijrunivers di empat titik acuan baik secara geosentris maupun toposentris (implementatif parameter rukyat). 

Yakni di koordinat Ka`bah Mekkah sebagai pusat (kiblat) ibadah umat Islam di seluruh dunia. Kedua di titik koordinat Sabang Aceh yang dianggap mewakili rata-rata hilal paling tinggi di wilayah Indonesia. Ketiga di titik koordinat Yogyakarta dan keempat di titik koordinat belahan bumi mana saja yang telah memenuhi syarat imkan 5° dan elongasi 8° (IR58).

Ka`bah Mekkah

Data astronomi Ramadhan: ijtimak terjadi Jumat Pahing tanggal, 1 April 2022 pukul 09:24:14 AST. Tinggi hilal mar’i (toposentris) 2° 18’ 46” dengan sudut elongasi (toposentris) 4,79°.

Data astronomi Syawal: ijtimak terjadi Sabtu Legi tanggal, 30 April 2022 pukul 23:27:55 AST. Tinggi hilal mar’i (toposentris) -4° 53’ 11” (bulan dibawah ufuk). 

Data astronomi Dzulhijjah: ijtimak terjadi Rabu Legi tanggal, 29 Juni 2022 pukul 05:52:02 AST. Tinggi hilal mar’i (toposentris) 4° 49’ 55” dengan sudut elongasi (toposentris) 6,37°.

Sabang Aceh

Data astronomi Ramadhan: ijtimak terjadi Jumat Pahing tanggal, 1 April 2022 pukul 13:24:14 WIB. Tinggi hilal mar’i (toposentris) 1° 18’ 13” dengan sudut elongasi (toposentris) 3,46°.

Data astronomi Syawal: ijtimak terjadi Ahad Pahing tanggal, 1 Mei 2022 pukul 03:27:55 WIB. Tinggi hilal mar’i (toposentris) 4° 50’ 40” dengan sudut elongasi (toposentris) 6,35°.

Data astronomi Dzulhijjah: ijtimak terjadi Rabu Legi tanggal, 29 Juni 2022 pukul 09:52:02 WIB. Tinggi hilal mar’i (toposentris) 2° 32’ 16” dengan sudut elongasi (toposentris) 4,97° dan umur hilal 09j 04m 18d.

Yogyakarta

Data astronomi Ramadhan: ijtimak terjadi Jum’at Pahing tanggal, 1 April 2022 pukul 13:24:14 WIB. Tinggi hilal mar’i (toposentris) 1° 21’ 58” dengan sudut elongasi (toposentris) 3,27°.

Data astronomi Syawal: ijtimak terjadi Ahad Pahing tanggal, 1 Mei 2022 pukul 03:27:55 WIB. Tinggi hilal mar’i (toposentris) 3° 56’ 24” dengan sudut elongasi (toposentris) 5,77°.

Data astronomi Dzulhijjah: ijtimak terjadi Rabu Legi tanggal, 29 Juni 2022 pukul 09:52:02 WIB. Tinggi hilal mar’i (toposentris) 1° 06’ 57” dengan sudut elongasi (toposentris) 4,57°.

Belahan Bumi Mana Saja (IR58)

Di Dallas Texas data astronomi Ramadhan: ijtimak terjadi Jum’at Pahing tanggal, 1 April 2022 pukul 01:24:14 CDT. Tinggi hilal mar’i (toposentris) 6° 38’ 48” dengan sudut elongasi (toposentris) 8,77°.

Di Greenwich/UTC data astronomi Syawal: ijtimak terjadi Ahad Pahing tanggal, 1 Mei 2022 pukul 03:27:55 GMT. Tinggi hilal mar’i (toposentris) 6° 19’ 31” dengan sudut elongasi (toposentris) 10,11°.

Di Paris data astronomi Dzulhijjah: ijtimak terjadi Rabu Legi tanggal, 29 Juni 2022 pukul 03:52:02 CET. Tinggi hilal mar’i (toposentris) 5° 15’ 01” dengan sudut elongasi (toposentris) 8,05°.

Berikut Komparasi Versi Aplikasi KIG-Hijrunivers 

Awal Ramadhan 1443 H

  1. KIG-Hijrunivers: 2 April 2022
  2. IR58 KIG-Turki 2016: 2 April 2022
  3. Saudi (UQ): 2 April 2022
  4. Muhammadiyah WH: 2 April 2022
  5. IR2 NU (1994): 3 April 2022
  6. MABIMS IR238: 3April 2022 
  7. Neo MABIMS IR36,4: 3 April 2022
  8. Persis IR36,4: 3 April 2022
  9. LFNU: menunggu ikhbar hasil rukyat

Awal Syawal 1443 H (Idul Fitri)

  1. KIG-Hijrunivers: 2 Mei 2022
  2. IR58 KIG-Turki 2016: 2 Mei 2022
  3. Saudi (UQ): 2 Mei 2022
  4. Muhammadiyah WH: 2 Mei 2022
  5. IR2 NU (1994): 2 Mei 2022
  6. MABIMS IR238: 2 Mei 2022 
  7. Neo MABIMS IR36,4: 3 Mei 2022
  8. Persis IR36,4: 3 Mei 2022
  9. LFNU: menunggu ikhbar hasil rukyat

Awal Zulhijjah 1443 H

  1. KIG-Hijrunivers: 30 Juni 2022
  2. IR58 KIG-Turki 2016: 30 Juni 2022
  3. Saudi (UQ): 30 Juni 2022
  4. Muhammadiyah WH: 30 Juni 2022
  5. IR2 NU (1994) : 30 Juni 2022
  6. MABIMS IR238: 30 Juni 2022
  7. Neo MABIMS IR36,4: 1 Juli 2022
  8. Persis IR36,4: 1 Juli 2022
  9. LFNU: menunggu ikhbar hasil rukyat

Zulhijjah 1443 H (Idul Adha)

  1. KIG-Hijrunivers: 9 Juli 2022
  2. IR58 KIG-Turki 2016: 9 Juli 2022
  3. Saudi (UQ): 9 Juli 2022
  4. Muhammadiyah WH: 9 Juli 2022
  5. IR2 NU (1994): 9 Juli 2022
  6. MABIMS IR238: 9 Juli 2022
  7. Neo MABIMS IR36,4: 10 Juli 2022
  8. PERSIS IR36,4: 10 Juli 2022
  9. LFNU menunggu ikhbar hasil rukyat

Wallahu a’lam (*)

Kriteria Baru Ini Bikin Perbedaan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah makin Tajam, Studi Kasus 1443; Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version