Kritik Pedas Dai Ponorogo Majukan Sedamba Magetan, tulisan kontributor PWMU.CO Kabupaten Magetan Samsul Hidayat.
PWMU.CO – SD Muhammadiyah 2 Barat (Sedamba) Kabupaten Magetan dirintis karena sebuah kritikan pedas. Jika ditanggapi dengan pikiran positif, kritikan pedas sama persis seperti minum jamu atau obat. Pahit rasanya tetapi badan menjadi sehat.
Ketua Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Barat Magetan Sulistyowati menuturkan pil pahit itu pernah dirasakan dan harus ditelan pengurus Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Barat Magetan. Kritikan sangat pedas diperoleh dari mbah Putut Sugito (alm) dari Ponorogo.
“Bangunan Muhammadiyah Barat koyok kandang wedhus,” ceritanya saat ditemui dikediamannya, Rabu (16/3/2022).
“Ungkapan itu beliau sampaikan dengan santai, terbuka, apa adanya , lugas dan tanpa beban. Pak Ramli (alm) dan pengurus lainnya tidak tersinggung. Justru ditanggapinya secara positif, menjadi tantangan tersendiri buat pengurus,” lanjut Bu Lis, panggilan akrabnya, yang juga istri mantan Ketua PCM Barat tiga periode (2000-2005, 2005-2010, 2010-2015), Muh. Ramli (alm).
Penggilingan Gabah
Sesepuh lainnya, Sumaryono turut membenarkan kisah itu. “Bahkan Pak Putut juga bilang, bangunan Muhammadiyah Barat, sampingnya koyok selepan gabah,” ujar pria yang saat mudanya aktif di Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Barat.
“Pak Putut hadir di Barat sebanyak dua kali sekitar tahun 2000-an. Dan mengkritik lingkungan Muhammadiyah Barat kumuh dan jorok, ” kisah pria asal Indramayu yang memiliki usaha stempel ini.
Putut Sugito digambarkan sebagai sosok pribadi yang sangat keras mengkritik. “Kritikannya sangat pedas, membuat kuping panas, tapi membangun,” jelas Bendahara PCA Barat Uswatun Chasanah.
“Beliau hadir di Barat saat pengajian maulid nabi. Saya masih ingat dilaksanakan di halaman masjid Muhammadiyah. Priyayinya kecil, mungil, jenggot putih, serban putih dan kopyah putih. Muhammadiyah tulen,” terang putri mantan Ketua PCM Barat pertama (1970-1985) H. Muh. Djazuli.
Rintis Sedamba Dapat 20 Siswa
Kritikan tajam dai asal Ponorogo ini ditindaklanjuti pengurus. Geliat merintis SD Muhammadiyah 2 Barat (Sedamba) dimulai tahun 2005.
“Pengurus saat itu, dengan Pak Ramli menjadi motor dan penggeraknya, mulai mempersiapkan diri,” jelas kepala Sedamba Nina Nugraha Ningrum SPd saat ditemui di kantornya (16/3/2022).
“Secara intens pengurus berkoordinasi dengan pengurus Aisyiyah, tim TK ABA Barat, masyarakat dan tokoh masyarakat sekitar, bersatu mewujudkan mimpi itu,” lanjut guru mapel Bahasa Inggris ini.
Berbagai usaha dan upaya ditempuh. “Alhamdulillah, di tahun pertama tepatnya tahun 2006 kita mendapat 20 siswa baru,” jelas Nina, sapaan akrabnya.
Berdasarkan dokumen sekolah, surat keputusan pendirian sekolah dikeluarkan tanggal 30 April 2005. Melalui surat itu, tim perintis mulai bergerak mencari dan menggaet calon peserta didik baru.
Jurus MLM
Pengalaman luar biasa dikisahkan simpatisan Muhammadiyah Barat Indrah Wahyuni Seminarwati.
“Sungguh pengalaman luar biasa ikut mempromosikan Sedamba di awal berdirinyai. Saya harus pakai jurus jitu, MLM alias Mulut Lewat Mulut. Smartphone belum ada. Masih pakai HP jadul. Waktu itu saya berani,” lanjut guru sejarah itu mengisahkan pada Selasa (22/3/2022). Indrah masih ingat, anaknya ikut tampil berdakwah sebagai dai cilik (dacil) saat pembukaan Sedamba.
“Anak saya saat itu masih TK Aisyiyah Barat. Saat itu saya juga memproklamirkan, jika setelah TK, anak saya akan masuk Sedamba tahun 2007 ” pungkas guru alumni Smasa Ponorogo ini mantap.
Dalam rentang tahun 2006-2008, generasi awal guru Sedamba terdiri dari Kepala Sedamba Mukhlis Amrullah, Hermansyah Hasibuan, Lilik Nurmalika, Dyah Ari Fitri, Arief Hendika, Imam Subarkah dan Mety Uswatun Chasanah.
“Saat ini Ibu Dyah Ari, Lilik Nurmalika dan Pak Herman Hasibuan sudah purna tugas. Pak Imam Subarkah pindah ke Malang dan Ibu Mety Uswatun pindah ke Kalimantan. Sedangkan Pak Arief Hendika berwirausaha,” terangnya. (*)
Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post