Mampu Meng-on-kan Kelas
Dia menyampaikan guru yang baik mampu meng-on-kan kelas. Selain itu, dia datang dengan mengembangkan 6 aspek perkembangan anak, seperti aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional dan seni.
Dia mengenalkan kepada peserta pelatihan tentang cara membuka kelas di antaranya dengan bernyanyi dan menari. Diamenyebutnya sebagai senam otak, yakni membuka kelas dengan bernyanyi lagu tematik serta menari atau menggerakkan beberapa anggota badan seperti tangan, kepala dan kaki.
“Saya ingat dengan guru saya waktu di SD yang mengejar nilai akademik. Yang ranking 10 ke atas kurang diperhatikan dan guru lebih banyak memperhatikan kepada siswa dengan ranking yang terbaik sehingga yang terbaik semakin baik dan yang jelek semakin jelek,” ungkapnya.
Menurut Kang Deden, siswa yang ikut lomba biasanya siswa pilihan yang tetap atau yang biasa berprestasi agar sekolah dapat dikenal bagus. Akan tetapi, secara tidak langsung guru dapat membully siswa lain yang tidak ikut serta dalam ajang lomba.
“Padahal guru terjebak dengan wilayah akademik tanpa memperhatikan potensi dan minat siswa di bidang seni atau nonakademik lainnya.
Maka, lanjutnya, di sekolah kami tidak ada ranking. Semua siswa punya minat dan bakat. Kami mengejar prestasi dimulai dari bagaimana siswa bahagia. Orang banyak mengejar presatasi dari tekanan les, tapi dia tidak bahagia.
Orang yang tidak bahagia, prestasi cepat menurun tapi prestasi akan muncul dari kebahagiaan. Mari kita lihat potensi dan minat bakat mereka. Semakin minat teratasi dan terasah maka prestasi muncul dan dia akan bahagia.
Sebabkan Blast
Alumni IAIN Yogyakarta mengatakan siswa yang belajar dan meraih prestasi tapi tidak bahagia maka ia akan mengalami bored, lonely, angry, stressed and tired (Blast)
“Sekarang banyak prestasi bagus tapi anak di bawah tekanan. Akhirnya anak tidak bahagia. Tidak bahagia dapat menyebabkan Blast. Ini terjadi di kota-kota. Sekolah favorit dikejar, anak harus ini itu, tapi mereka tidak merasakan kenyamanan dan kebahagiaan,” katanya.
Orangtua dengan sibuk agar dapat duit banyak, anaknya sekolah di sekolah favorit betul bagus mendapat prestasi tapi mengalami BLAST. Pertama dia bosan kemudian merasa kesepian padahal orangtua ada di rumah bersamanya. Selanjutnya, hidupnya tidak nyaman dan berada di bawah tekanan. Apakah anak cerdas? Tentu, namun, prestasi nggak menjamin dia bahagia.
Dia memaparkan dengan mempertimbangkan tumbuh kembang anak, maka kepada orangtua untuk mengutamakan kebahagiaan anak terlebih dahulu sebelum menuntut anak untuk rajin belajar agar pintar dalam akademiknya.
Dia mengungkapkan kepada orangtua agar mampu membahagiakan anaknya dengan memperhatikan pertumbuhan otak bagian limbic syste’ anak yang merupakan bagian dari pusat emosi. Dalam hal ini, sesibuk apapun pekerjaan orangtua, bahkan jarang berada di rumah, orangtua harus peduli dengan anaknya.
“Sesibuk apapun saya, saya sibuk jarang di rumah tapi komunikasi setiap pulang ke rumah. Satu jam di rumah dengan anak sungguh saya berikan waktu yang disengaja. Kenapa? Anak akan merasakan waktu yang disengaja sama waktu yang tidak disengaja oleh orangtuanya. Doakan selalu anaknya agar tumbuh sehat,” tuturnya penuh harap.
Baca sambungan di halaman 3: Rumus Quantum
Discussion about this post