Rumus Quantum
Dia mengingat selama ini sebagian besar orangtua dan guru menginginkan anak-anak berprestasi akademik di sekolah tapi kurang memperhatikan kepada kondisi jiwa dan emosi anak.
Menurut pendekatan Quantum, sambungnya, mengenai persamaan nilai antara energi dan massa serta kecepatan. Dengan kata lain, dia menjelaskan mengenai cara menceriakan anak-anak, bagaimana semua di dalam kelas penuh arti atau makna. Pendekatan yang ini menghargai minat dan bakat serta potensi anak-anak, bukan hanya memperhatikan kecerdasan kognitif.
“Rumus Quantum menyebutkan E=MC2. Rumus ini sejalan dengan pendekatan belajar anak. E adalah Energi yang meliputi antusiasme, efektivitas belajar-mengajar, maupun semangat belajar. Energi meliputi semangat guru dan siswa.”
Jika ingin menciptakan suasana kelas yang asik dan menyenangkan, guru harus memperhatikan 4F, yakni fun, friendly, focus and fresh. Dengan demikian, pikiran guru dan siswa bisa fresh jika ilmu yang disampaikan fresh dan ruangan bersahabat deng anak-anak.
“Di quantum itu semuanya berbicara. Semuanya bertujuan dan punya makna. Contohnya, keramik, papan tulis, meja, itu semua punya makna dan berbicara, oke. Yang terlibat dalam belajar tidak hanya guru dengan murid tetapi suasana ruangan juga terlibat. Dengan demikian guru harus memperhatikan manajemen kelas dan mengetahui fungsi otak dalam teori otak triune yang meliputi otak reptile, limbic system dan neocortex,” tuturnya.
Peran Orangtua
Dia mengatakan orangtua juga terlibat dalam belajar anak. Seringkali terjadi, orangtua sibuk hingga lupa mengecek kondisi ruangan, ventilasi udara, kipas angin atau AC. Akibatnya anak menjadi kesal, bosan, stress dan kelelahan karena tidak nyaman belajar di ruangan yang tidak mendukung.
“Dengan kata lain, reptile otak anak berkaitan dengan hal fisik seperti merasakan kondisi ventilasi udara. Terkadang kita menjumpai di sekolah terdapat anak didik yang sering keluar kelas sebenarnya di antara mereka tidak nyaman dengan kondisi udara di kelas tapi anak kurang bisa mengatakannya.”
Agar anak belajar dengan nyaman, lanjutnya, guru dan orangtua harus memperhatikan kondisi ruang belajar atau kelas anak. Selain sirkulasi udara, manajemen kelas dengan memperhatikan parfum, cat tembok, gorden, dan hiasan kelas berperan penting dalam proses belajar mengajar anak.
“Limbic system ini merupakan pusat emosi, membangun emosi, bagaimana energi bisa hadir, guru dan siswa antusias. Adapun semangat dan belajar mengajar menyenangkan dibangun oleh M, yaitu massa suatu benda,” ujarnya.
Menurunya, massa meliputi semua individu yang terlibat, situasi materi dan hal fisik lainnya. Semua yang terkait dalam pembelajaran anak di antaranya, guru, orangtua, siswa, ruangan, alat peraga, media pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lesson plan dan sebagainya. Dengan demikian, keberhasilan belajar anak tergantung pada M.
“Ibu bapak punya ruangan tapi tidak siap maka output anaknya biasa-biasa. SD Muhammadiyah punya gedung terbaik, SDM-nya biasa-biasa maka output anaknya biasa-biasa. Namun, jika SDM-nya bagus maka anaknya bagus,” katanya.
Artinya, sambunya, output siswa tergantung pada konten yang ada di sekolah. Konten konsep menarik tidak? Jika konsep kita sama dengan konsep orang lain berarti konsep kita tidak menarik sehingga harus ada perbedaan dengan konsep yang lain,” tegasnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post