Hadits tentang Melihat Allah di Akhirat, oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian ini berangkat dari hadits riwayat Muttafaqun alaih, sebagai berikut:
عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كنا جلوسًا ليلة عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَظَرَ إِلَى الْقَمَرِ لَيْلَةً يَعْنِي الْبَدْرَ فَقَالَ إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لَا تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ فَإِنْ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ لَا تُغْلَبُوا عَلَى صَلَاةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا فَافْعَلُوا ثُمَّ قَرَأَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ. متفق عليه
Dari Adi bin Hatim radliyallahu anhu, berkata, “Pada suatu malam kami pernah bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam, lalu beliau melihat ke arah bulan purnama.
Kemudian beliau bersabda, ‘Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini. Dan kalian tidak akan saling berdesak-desakan dalam melihat-Nya. Maka jika kalian mampu untuk tidak terlewatkan dalam melaksanakan shalat sebelum terbit matahari (Subuh) dan sebelum terbenamnya (Ashar), maka lakukanlah.’
”Beliau kemudian membaca ayat, artinya, ‘Dan bertasbihlah sambil memuji Rabbmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya.’” (Qaf: 39) (Muttafaqun ‘alaih)
Melihat Allah
Puncak kebahagiaan itu adalah ketika seorang hamba dapat melihat Allah Subhanahu wa Taala, sebagaimana isyarat hadits di atas. Melihat ciptaan-Nya yang begitu indah saja kita sudah terkagum-kagum, apalagi melihat pencipta-Nya.
Tentu saat ini hal itu tidak mungkin, karena Allah tidak bisa dibayangkan wujudnya, dan hal ini justru sangat terlarang dan diharamkan, karena yang akan dilakukan adalah mengilustrasikan Allah dengan sesuatu. Padahal Allah tidak serupa dengan apapun yang ada di dunia ini, yang notabene semua ini adalah ciptaanNya atau makhluk-Nya.
فَاطِرُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَٰمِ أَزۡوَٰجٗا يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَيۡءٞۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. (asy-Syura: 11)
Laisa kamitslihi syaiun merupakan kata kunci yang tidak boleh dilanggar, yakni Allah tidak ada yang serupa dengan-Nya. Maka tidak boleh, bahkan dilarang keras, kita membayangkan bagaimana Allah. Akan tetapi yang wajib kita terima adalah sesuai dengan informasi yang kita dapatkan dari wahyu yaitu al-Quran dan as-Sunnah, tanpa kita membayangkan atau mempertanyakan bagaimananya. Karena akal kita terbatas dan memang dibatasi untuk menjangkaunya.
Baca sambungan di halaman 2: Berpikir tentang Ciptaan-Nya
Discussion about this post