PWMU.CO – Spirit Tauhid Jiwai Karakter Bangsa, Khutbah Jumat Kontekstual, oleh Dr Slamet Muliono Redjosari, Anggota Majelis Tabligh PWM Jatim
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَصْلَحَ الضَمَائِرَ، وَنَقَّى السَرَائِرَ، فَهَدَى الْقَلْبَ الحَائِرَ إِلَى طَرِيْقِ أَوْلَي البَصَائِرَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيُكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَنْقَى العَالَمِيْنَ سَرِيْرَةً وَأَزكْاَهُمْ سِيْرَةً، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى هَدْيِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
قَالَ تَعَالَى: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Para jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Sebelum kedatangan Islam, pandangan dunia (worldview) terhadap bangsa Arab-Quraisy sangat buruk. Terminologi jahiliah adalah watak yang menempel pada bangsa Arab. Keterbelakangan moral dan wajah buruk pun terstigma pada mereka. Membunuh anak perempuan, seorang ibu bisa diwariskan pada anaknya ketika suaminya meninggal, atau budaya penindasan pada orang lemah/miskin atau pembiaran terhadap praktek penindasan dilekatkan pada bangsa Arab.
Padahal pandangan tersebut tidak semuanya benar. Bangsa Arab terkenal dengan tradisi memberi, menghormati tamu, menjaga kehormatan, ksatria, amanah, jujur, tidak khianat, berkata benar, membantu orang lemah dan tertindas serta sifat-sifat mulia yang lain. Kekurangan mereka hanyalah karena menolak ajakan Nabi Muhammad untuk mengucapkan kalimat tauhid.
وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ
Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung. (at-Taubah: 100)
Nabi Muhammad sendiri mengalami langsung bagaimana keagungan karakter para pembesar Quraisy. Salah satunya tokoh yang bernama Muth’im bin ‘Adi. Nabi tidak akan pernah melupakan jasanya. Muth’im bin ‘Adi merupakan sosok manusia yang pernah menolong nabi ketika masa-masa sangat sulit. Muth’im dikenal masyarakatnya sebagai sosok dermawan, peduli pada orang yang membutuhkan, serta ringan tangan untuk membebaskan orang tertindas.
Sosok Pembuka Dakwah
Setidaknya ada dua peristiwa yang dialami Nabi Muhammad ketika mengalami ujian paling sulit dan menyesakkan dada, dan pada saat itu Muth’im bin ‘Adi muncul sebagai sosok pembuka dakwah Nabi.
Pertama, membebaskan pemboikotan. Muth’im bin ‘Adi merupakan tokoh sentral di antara lima tokoh yang berperan atas terhentinya pemboikotan atas dakwah Nabi di Makkah. Muth’im bin ‘Adi dari bani Naufal, Hisyam bin Amr dari Bani Luhay, Zuhair bin Abi Umayyah, al Bukhturi bin Hisyam, dan Zam’ah bin Al-Aswad bin Muthalib berinisiatif membatalkan boikot itu. Mereka berlima bersimpati dan kasihan melihat nasib kaum Muslimin, bani Hasyim dan bani Muthalib yang menderita kelaparan, sakit, dan tidak sedikit yang meninggal karena aksi boikot itu.
Boikot merupakan jalan terakhir bagi Quraisy karena dakwah Nabi Muhammad nggak bisa dibendung lagi. Di saat puncak boikot itulah muncul sosok Muth’im bin ‘Adi yang mengajak kawan-kawannya untuk membatalkan aksi boikot karena membahayakan jiwa manusia. Peran Muth’im bin ‘Adi ini menunjukkan keagungan karakter agung yang tidak ingin nyawa melayang sia-sia.
Kedua, melindungi Nabi masuk Makkah. Ketika nabi sudah pada puncak kekecewaan karena bangsa Quraisy menolak ajakannya untuk bertauhid. Bahkan ancaman, teror terhadap dirinya karena mendakwahkan tauhid dipandang oleh nabi sebagai kegagalan menerima dakwah. Maka nabi pun keluar kota Makkah menuju kota Tha’if. Nabi berharap warga Tha’if akan menerimanya. Alih-alih menerima dakwah tauhid. Warga Tha’if justru mengusirnya dan melempari Nabi Muhammad dengan baru dan kalimat-kalimat hina.
Di saat itu nabi berkeinginan Kembali ke kampung halamannya, Makkah. Namun hal itu tidak mungkin karena warga Makkah tidak melarang siapapun yang sudah keluar dari Makkah bisa masuk kembali. Saat itu nabi berkeliling untuk mencari suaka agar bisa memasuki Makkah. Tak seorang dari para pembesar Quraisy yang mau memberi suaka pada nabi.
Ternyata satu-satunya tokoh yang mau memberik suaka jaminan masuk, tidak lain adalah Muth’im bin ‘Adi. Muth’im bin ‘Adi yang kafir itu mau merelakan dirinya memberi Nabi Muhammad suaka masuk dengan resiko kematian. Namun karakter agungnya itu berhasil meyakinkan pembesar Qurausy sehingga Nabi Muhammad bisa kembali ke Makkah dan pada akhirnya bisa berdakwah kembali.
Baca Keunggulan Berakhlak Islam di halaman 2