Puisi Taufik Ismail Dibaca Siswa Spemdalas Saat Lomba PKDA, liputan Ichwan Arif kontributor PWMU.CO Gresik
PWMU.CO – Puisi Taufik Ismail berjudul Puisi Islami Ramadhan menjadi bacaan wajib dalam lomba baca puisi di Pesantren Kilat Darul Arqam (PKDA) siswa SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik, Kamis (7/4/22).
Juri lomba pembacaa puisi Fitri Wulandari SS mengatakan sebanyak 15 peserta yang mengikuti lomba ini. Mereka adalah perwakilan dari siswa kelas VII-VIII.
“Peserta datang ontime. Mereka sangat antusias dan menunjukkan semangat berprestasi. Mereka dengan kepercayaan tinggi dalam mewakili kelas masing-masing. Meskipun tidak sampai satu pekan, mereka mampu membaca dengan intonasi, suara, dan penghayatan yang bagus,” ujar guru bahasa Indonesia ini, Jumat (8/4/22).
Secara keseluruhan, lanjutnya, tiap peserta menampilkan penampilan terbaiknya.
Penjiwaan dan Pemahaman
Dalam mengikuti lomba baca puisi, siswa kelas VIII C Muhammad Jaabir mengaku sedikit gugup saat membaca puisi di depan juri.
“Meskipun sudah pernah mengikuti lomba baca puisi saat duduk di bangku SD, perasaan ini muncul juga. Tapi, ketika sudah membaca puisi, perasaan ini langsung hilang,” katanya.
Jaabir, sapaan akrabnya, mengatakan dalam membaca puisi ini ada 2 hal yang dipersiapan dengan baik. Mulai dari penyesuaian penjiwaan dan pemahaman teks puisi. Dalam waktu 3 hari, dia mencari referensi dan memahami makna puisi.
“Cara ini akan membantu dalam penghayatan isi puisi saat dibacakan,” tuturnya, cowok yang bercita-cita menjadi duta besar ini.
Ketika ditunjuk wali kelas, sambungnya, dia tidak menolak. Dia langsung mengiyakan dan langsung membaca teks puisi yang akan dibaca.
Nada dan Intonasi
Hal senada juga disampaikan Aretha Zizi Verina Iransyah. Siswa kelas VII ICP 1 ini mengaku waktu mengikuti lomba puisi sempat nervous karena tidak pernah berpuisi.
“Ini adalah lomba membaca puisi pertama kalinya yang saya ikuti,” kata cewek yang memiliki hobi membaca berita ini, tersenyum.
Untuk menyiapkan lomba ini, lanjutnya, dia focus pada nada dan intonasi. Dalam menjiwai isi puisi, dia melakukan tahapan membaca berulang-ulang. “Membaca sampai paham agar bisa menghayati isi puisi tersebut,” tuturnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.