Seminar Autofagi saat Puasa Berubah Jadi Konsultasi Diet, laporan Esti Darmawati, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Puasa bukan sekadar perintah namun memiliki manfaat dalam kesehatan tubuh. Demikian dr Rosydina Robi’aqolbi MKes menguraikan dalam Zoominar “Konsep Autofagi pada Puasa Ramadhan.
Kegiatan dalam rangkaian Semarak Ramadhan ini digelar Pimpinan Ranting Nasyiatul Aisyiyah (PRNA) Suci, Manyar, Gresik, Sabtu (16/4/2022).
Selama 2,5 jam peserta disuguhi materi yang sangat membantu dalam proses pelaksanaan ibadah puasa. Mulai dari kebiasaan pola makan berbuka, asupan yang baik, autofagi, hingga perkara diet.
Makna Autofagi
“Autofagi terdiri dari kata auto yang artinya diri dan phagy (fagi) yang berarti makan. Bila digabung, mekaniksme ini berarti memakan diri sendiri. Proses memakan selnya sendiri ini dengan maksud membuang sel-sel sampah dan mengganti dengan sel yang lebih baik,” jelas Rosydina.
Autofagi menurut dia akan terjadi pada saat kondisi seseorang merasakan lapar. “Dan tentu ini terjadi pada saat kita melaksanakan ibadah puasa. Di saat inilah akan terjadi peremajaan sel,” terangnya.
Selain itu Rosydina juga menyinggung soal pola makan yang benar dalam pemenuhan nutrisi. Ia mengatakan puasa bisa menjadi cara pengendalian berat badan yang baik.
Penjelasan dr Rosydina berhasil memantik pertanyaan peserta, seperti dilakukan Arni Sulistyowati. Dia secara berterus terang bertanya mengenai diet saat puasa. “Dok, saya sudah makan kurma dan air hangat saja saat sahur mengapa berat badan nggak turun-turun?”
“Selain menu sahur, yang ibu-ibu juga harus perhatikan adalah asupan berbuka. Apakah ada gorengan? Lalu apakah masih minum es manis?” jawab dosen Sekolah Tinggi Ilmu al-Quran dan Sains alIslah (STIQSI) Lamongan itu.
Dia melanjutkan, “Dan kurangnya aktivitas fisik pun bisa menyebabkan berat badan naik. Kalau ingin diet benar mungkin ibu bisa menghitung kebutuhan kalori dan menghitung asupan kalori yang masuk.”
Penjelasan Rosydina—seorang dokter sekaligus dosen yang sangat konsen dalam mengintegrasikan ilmu kedokteran dan Islam—mampu memuaskan dahaga ilmu peserta. Mereka pun sangat senang karena menemukan makna yang tersembunyi di balik puasa.
“Senang rasanya mendapat pengetahuan baru di bidang kesehatan diri. Sekaligus bisa mengagumi indahnya makna dari perintah Allah,” ungkap Hikmah Amalia. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni