Berprasangka Baik pada Allah; Oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian ini berdasarkan hadits riwayat Muslim.
عن جابر بن عبد الله -رضي الله عنهما-: أنه سمع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قبل موته بثلاثة أيام, يقول: لا يَمُوتَنَّ أحدُكم إلا وهو يُحسنُ الظَّنَّ بالله -عز وجل. رواه مسلم
Dari Jabir bin Abdullah raḍiyallāhu ‘anhuma bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, tiga hari sebelum wafat, beliau bersabda, “Janganlah seorang dari kalian mati kecuali ia dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR Muslim)
Prasangka Baik kepada Allah
Membangun prasangka baik merupakan hal yang paling awal yang seharusnya dilakukan oleh setiap insan. Karena dengan berprasangka yang baik menjadikan seseorang tidak memiliki keraguan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan prasangkanya itu. Jika sebelumnya sudah ada prasangka buruk maka tahap berikutnya ia akan antipati dan seterusnya ia tidak mau terima apapun darinya, tanpa peduli lagi apakah itu baik atau buruk
Membangun prasangka baik kepada Allah merupakan inti dari nilai-nilai keimanan kepada Allah Subhanahu wa Taala. Tanpa memiliki prasangka yang baik kepada Allah, dapat dipastikan seseorang tidak akan memiliki tujuan hidup yang jelas, kecuali agenda hidupnya hanya memburu kesenangan dan kepuasan nafsunya.
Padahal, nafsu itu tidak akan pernah berhenti puas, seperti halnya minum air laut yang asin, semakin diminum semakin terasa haus, padahal perut sudah kembung penuh air.
Dalam hadits di atas, Rasulullah berpesan dengan memberikan peringatan jangan sampai dalam hidup ini kita tidak memiliki prasangka baik kepada Allah. Harus ada proses untuk kemudian masing-masing kita dapat berprasangka baik kepada Allah.
Proses Berprasangka Baik
Proses itu sebagaimana pernah diungkapkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib yaitu pertama harus mengenal Allah secara benar. Karena tak kenal maka tak sayang dan tak sayang maka tak cinta. Jadi untuk menuju agar kita dapat berprasangka baik kepada Allah maka kita harus mengenal Allah secara benar.
وَمَا قَدَرُواْ ٱللَّهَ حَقَّ قَدۡرِهِۦ وَٱلۡأَرۡضُ جَمِيعٗا قَبۡضَتُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَٱلسَّمَٰوَٰتُ مَطۡوِيَّٰتُۢ بِيَمِينِهِۦۚ سُبۡحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشۡرِكُونَ
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Tuhan dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (az-Zumar; 67)
Tahap berikutnya adalah mentauhidkannya, yakni mengesakan Allah sesuai dengan yang telah diajarkan-Nya kepada kita. Allah sangat murka kepada orang-orang yang menyekutukan-Nya dengan yang lain. Bahkan pintu ampunannya ditutup kecuali jika ia mau bertobat sebelum datangnya ajal padanya.
وَمَن يَدۡعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ لَا بُرۡهَٰنَ لَهُۥ بِهِۦ فَإِنَّمَا حِسَابُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦٓۚ إِنَّهُۥ لَا يُفۡلِحُ ٱلۡكَٰفِرُونَ
Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. (al-Mukminun: 117)
ٱلَّذِينَ يَجۡعَلُونَ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَۚ فَسَوۡفَ يَعۡلَمُونَ
(Yaitu) orang-orang yang menganggap adanya tuhan yang lain di samping Allah; maka mereka kelak akan mengetahui (akibat-akibatnya). (al-Hijr: 96)
Jadi orang yang menyukutukan kepada Allah bukannya orang yang tidak percaya akan Allah, akan tetapi ia menganggap ada tuhan lain selain Allah, sehingga Alah dianggap memiliki sekutu atau bahkan tandingan. Allah tidak seperti makhluk-Nya yang butuh sekutu, Allah tidak sekutu sedikit pun.
Baca sambungan di halaman 2: Semua Memiliki Akses
Discussion about this post