Internasionalisasi Muhammadiyah Perlu Kontekstualisasi, Contoh Kasus Inggris; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Ternyata kuncinya di satu titik, yaitu isu. Supaya Indonesia terkenal, harus punya isu menarik. Demikian Mantan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI London Drs Muhammad Arif Rokhman MHum PhD mengungkapnya di sesi diskusi Baitul Arqam yang diikuti Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) sedunia, Ahad (17/4/22).
Pada sesi diskusi di ruang Zoom itu, memang tak hanya pertanyaan yang bermunculan. Peserta juga mengemukakan gagasannya untuk memperkuat peran PCIM dalam upaya internasionalisasi Muhammadiyah.
Sebelumnya, dia menceritakan ketika dulu masih bertugas di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Dirinya sempat bingung bagaimana memunculkan Indonesia di forum United Kingdom (UK). Barulah dia menyadari pentingnya isu menarik itu.
Maka, dia menanyakan idenya terkait internasionalisasi Muhammadiyah, “Apakah perlu ada semacam kontekstualisasi? Misal di Jerman begini, di UK begini. Sehingga ada semacam pengenalan kekhasan pada setiap negara.”
Prospek Islam di Inggris
Kalau perlu, lanjut Arif, para mantan pelajar yang pernah bersekolah di negara itu bersatu. “Membuat satu framework yang bisa memberikan jembatan dari konsep makro Muhammadiyah yang sudah baku ke dalam aplikasi di negara-negara itu beserta perubahannya di setiap zaman,” imbuhnya.
Sebab, dari pengalamannya beberapa periode tinggal di UK, yaitu pada tahun 1997, 2003, 2009-2014, dan 2020, dia menemukan perbedaan kondisi yang signifikan. “London 1997 tidak banyak (migran), hanya dari kelas pekerja,” ujarnya.
Tapi akhir-akhir ini saat dia di sana, Arif bisa menjumpai banyak orang Somalia pakai jilbab. Bahkan ada Muslim muda yang berjalan kaki sambil menghafalkan al-Quran. Inilah yang tidak dia temui di Indonesia.
Dia menilai, sebenarnya prospek Islam di Inggris bagus. “Karena basis kebudayaan di Inggris adalah Islam. Asal kita tahu basis kebudayaan, saya yakin Muhammadiyah bisa outstanding!” ucapnya.
Bahkan, kata dia, cucu Kiai Ahmad Dahlan ada yang menyelenggarakan pengajian khusus di sana. Info semacam itu menurutnya penting, sehingga penanganan terhadap suatu negara bisa berbeda dengan negara lainnya.
Rekam Jejak Pemikiran Alumnus
Maka Arif menyarankan, di setiap negara ada tim alumnus untuk menjembatani ide antara konsep yang baku dengan aplikasinya.
Mendengar informasi dan usulan itu, Ketua Lembaga Pengembangan Cabang Ranting (LPCR) 2015-2020 Dr Phil Ahmad Norma Permata MA menilai respon PCIM memiliki sinyal sangat optimis terhadap Muhammadiyah internasional.
Kemudian dia menerangkan, di LPCR sekarang sudah ada aplikasi sistem informasi yang bisa memetakan cabang dan ranting. “Nanti kita akan mendorong masing-masing PCIM memperkenalkan sekaligus memahami konteks atau situasi sosial di masyarakat setempat,” tambahnya.
Sebab, Norma menyadari, program kerja tidak bisa dibuat dari pusat, tapi justru menyesuaikan data-data dari lapangan. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni