PWMU.CO– Tukar buku hasil karya sendiri dimanfaatkan kontributor PWMU.CO Pare Kediri Suparlan Dahlansae ketika bertemu dengan Pemimpin Redaksi Majalah Matan Ainur Rafiq Sophiaan.
Keduanya bertemu di Masjid Imam Balqi Kampung Inggris Pare Kediri, Sabtu (23/4/2022). Saat itu Ainur Rafiq sedang mengisi pelatihan jurnalistik kepada remaja masjid setempat.
Dalam tukar buku itu Dahlansae menerima buku berjudul Nadjib Hamid Mengabdi Tanpa Batas. Sedangkan dia menyerahkan bukunya berjudul Bunga Rampai Liputan Berita Kontributor PWMU.CO.
Membaca isi buku Dahlansae, Ainur Rafiq mengatakan,”Wah sampeyan itu jadi wartawan baru beberapa tahun saja sudah bisa menghimpun berita. Saya yang telah 30 tahun menjadi wartawan belum pernah menerbitkan buku semisal Bunga Rampai dari berita berita saya meskipun klipingannya ada di rumah.”
Ainur menambahkan, ada beberapa kliping berita terbaik mulai bekerja sebagai wartawan di Surabaya Post, Majalah Mingguan Ekonomi Prospek Jakarta, sampai The Jakarta Post.
”Semua klipingan berita saya ada, tapi belum sempat membukukan seperti sampeyan,” ujarnya. ”Saya kalah kreatif dan kalah membuat terobosan,” tambahnya.
Buku berisi berita-berita atau pandangan tokoh, kata Ainur, semuanya itu tujuannya untuk siar dan dakwah Islam.
”Saya terinspirasi ingin meninggalkan sesuatu kepada anak saya berupa buku yang isinya kompilasi berita-berita saya. Kalau cuma klipingan di bendel, biasanya kertasnya sudah mulai menjamur. Itu bisa-bisa dibuang sama anak saya,” katanya.
Buku Nadjib Hamid Mengabdi Tanpa Batas, dia menjelaskan, kebetulan dia jadi editor bersama Sugeng Purwanto, Mohammad Nurfatoni, dan bimbingan Prof. Biyanto.
”Buku itu ternyata tebal juga menjadi kenangan untuk sosok Pak Nadjib Hamid yang memang layak sekali ditulis. Beliau tokoh inspiratif. Kegiatan dakwahnya luar biasa. Menjangkau ke mana-mana, makanya bukuitu berjudul Mengabdi Tanpa Batas, karena dakwahnya tidak ada sekat agama dan etnis, termasuk kelompok masyarakat lain.
Menurut Aiunur, ketika bertemu dengan wartawan di Surabaya, rata-rata mereka bertanya, siapa yang menggantikan peran seperti Pak Nadjib?
”Mereka para wartawan ini merasa kehilangan, karena dulu ketika ada Pak Nadjib bisa dihubungi 24 untuk konfirmasi berita terkait Muhammadiyah maupun masalah apa pun,” tuturnya.
Penulis Dahlansae Editor Sugeng Purwanto