Orang-Orang yang Pailit di Akhirat; Liputan Kontributor PWMU.CO Surabaya Basirun.
PWMU.CO – Sejak bakda shalat Subuh (2/5/22), terdengar suara takbir, tahmid, dan tahlil berkumandang di Lapangan Bulutangkis Desa Jatikalang, Krian, Sidoarjo. Panitia telah menyiapkan seperangkat sound system pada malam harinya demi kelancaran pagi itu.
Seiring alunan takbir menggema, warga persyarikatan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Jatikalang berduyun-duyun menuju tempat shalat Idul Fitri yang telah panitia siapkan.
Enam barisan shaf jamaah laki-laki berjajar di halaman depan rumah Hj Sulyem, sedangkan untuk shaf jamaah perempuan digelar di halaman depan rumah Suyaji, Ketua Takmir Masjid al-Hayat. Para jamaah menduduki karpet sajadah masjid yang tergelar di sana.
“Kami atas nama Pimpinan Ranting Muhammadiyah Jatikalang menghaturkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ibu Hj Suliyem dam Bapak Suyaji atas kesediaan tempatnya untuk digunakan shalat Idul Fitri 1443 H,” ujar salah satu panitia shalat Id Arif Muriyanto.
Dia lantas mendoakan, semoga menjadi amal jariah mereka. Selanjutnya, aktivis PRM Jatikalang itu menyampaikan perolehan zakat fitrah, mal, sedekah, dan fidiah.
Dosa Besar Tak Terampuni
Pagi itu, panitia manghadirkan Ustadz H Khamim Thohari dari Mojokerto untuk menjadi imam sekaligus khatib. Dalam khutbahnya, dia menyampaikan hikmah puasa Ramadhan. “Allah akan mengampuni dosa-dosa, baik masa yang lalu, sekarang, dan akan datang,” ungkapnya.
Tetapi, kata dia, ada dosa-dosa yang tidak dapat terhapus dengan berpuasa, melainkan harus dengan melalui persyaratan. “Yaitu dosa syirik dan dosa durhaka kepada orangtua,” tegas pengasuh Pondok Pesantren Elkisi Mojokerto itu.
Selanjutkan, dia menjelaskan dua golongan dosa besar. Yaitu dosa hubungan dengan Allah dan dosa hubungan dengan sesama manusia.
“Dosa kita kepada Allah karena melakukan kemaksiatan bisa kita mohon ampunan kepada Allah, sebesar apapun dosa kita kepada Allah. Insyaallah akan diampuni sesuai dengan kesungguhan dalam memohon,” imbuhnya.
Tetapi, lanjutnya, dosa terhadap sesama manusia harus meminta maaf dan keikhlasan orang yang pernah terdzalimi. Dia lantas menegaskan, “Pailit (muflis) di dunia masih ada kesempatan untuk bangkit kembali, tetapi pailit di akhirat sudah tidak ada kesempatan untuk memperbaiki!”
Sebab, di akhirat hanya ada perhitungan, perhitungan dan perhitungan. “Sudah tidak ada kesempatan beramal lagi,” jelasnya.
Orang yang Bangkrut
Ustadz Khamim Thohari menyitir hadits Nabi yang diriwayatkan Muslim.
قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَدْرُوْنَ مَاالْمُفْلِسُ؟ قَالُوا اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَدِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ هِ فَإِنْ فُنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَ مَا عَلَيْهِ أُخِذَا مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ
Rasulullah SAW bersabda, “Tahukah kamu, siapakah yang dinamakan muflis (orang yang bangkrut)?”
Sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya dirham (uang) dan tidak pula punya harta benda.”
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku datang di hari kiamat membawa shalat, puasa, dan zakat. Dia datang pernah mencaci orang ini, menuduh (mencemarkan nama baik) orang ini, memakan (dengan tidak menurut jalan yang halal) akan harta orang ini, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang ini.”
Maka, lanjutnya, kepada orang tempat dia bersalah itu diberikan pula amal baiknya. Dan kepada orang ini diberikan pula amal baiknya. Apabila amal baiknya telah habis sebelum hutangnya lunas, maka diambil kesalahan orang itu tadi lalu dilemparkan kepadanya, sesudah itu dia dilemparkan ke neraka.
“Oleh karena itu, semua kebaikan ubudiyah kepada Allah tetap harus disertai minta diikhlaskan orang yang didzalimi. Jika kita sudah memohon-mohon tetapi mereka tidak mau, bahkan bersumpah tidak mau memaafkan kesalahan kita, maka tinggal urusan kita dengan Allah,” ujarnya mengakhiri khutbah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN