Mengalah Tak Berarti Kalah
Sesungguhnya setiap orang berupaya mencari jalan keluar terbaik menurut versinya masing-masing. Menolak mengalah atas saran yang lain sebab akan menodai harga diri yang masih dijunjung tinggi.
Padahal telah sama-sama mengerti. Sejauh ini, jejak sejarah menunjukkan yang lebih penting ialah keduanya saling memahami. Salah satunya berkenan mengalah. Saling menghargai keputusan bersama karena begitulah kondisi jalannya.
Sungguh tak ada guna berdiam di sana, bertahan pada pilihan masing-masing tanpa solusi jalan keluar. Sebab mengalah, bukan berarti kalah. Justru di situlah pintu keluar kemenangan bersama.
Damaikan Saudara Muslim
Tapi saya percaya, selalu ada hikmah dan pesan yang Allah siratkan di setiap peristiwa. Termasuk pada kejadian yang tampaknya serba diliputi hal negatif itu. Tugas manusialah menggali makna apa yang teriring bersamanya.
Bisa jadi melalui kejadian ini Allah mengingatkan kembali agar kami hamba-Nya betul-betul menghayati pesan al-Hujurat ayat 10. Menerapkannya ke mana pun langkah kami melintasi bumi yang butuh toleransi.
Bahwa dengan sesama saudara Muslim baiknya kita berusaha wujudkan perdamaian. Bukannya justru mengikuti bisikan setan untuk meluapkan emosi tanpa pengendalian diri.
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
Demikian pesan-Nya yang begitu indah, sudahkah tergerak menerapkannya?
Saling Mengenal Memantik Takwa
Atau bahkan, begitulah cara Allah SWT mengajak kami para hamba-Nya memahami dan menerapkan makna al-Hujurat ayat 13. Bahwa perbedaan suku dan bangsa yang Allah ciptakan itu tak lain untuk saling mengenal, bukan sebagai titik api saling bertikai dan melukai saudara desa sebelah.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Usai mengenal asal daerah masing-masing, mestinya dua kepala dingin menuju saling menghargai sosok di hadapannya dengan segenap karakter bawaannya. Bukankah telah berlatih selama 30 hari di Ramadhan kemarin untuk meningkatkan takwa? Menyadari ada Allah SWT membersamai setiap langkah, sehingga malu jika saling tunjuk dan menjunjung ego dengan bekal identitas asal desa.
Begitulah kita manusia. Kadang luput tergoda setan untuk saling menyikut. Semoga kejadian kemarin menjadi pelajaran bagi semuanya. (*)
(Jangan) Terpancing Marah di Tengah Ritual Unjung-Unjung Lebaran; Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post