PWMU.CO– Warga rantau Muhammadiyah di Kuala Lumpur menggelar halal bihalal di Kem Raket Hulu Langat Selangor, Malaysia, Sabtu-Ahad (21-22/5/2022).
Acara warga rantau digelar ini oleh Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah dan Pimpinan Ranting Istimewa ‘Aisyiyah (PRIM-PRIA) Pandan Kuala Lumpur.
Kem Raket Hulu Langat Selangor tempat rekreasi di atas sungai yang airnya jernih mengalir. Fasilitas di sini ada surau, tiga kamar tiap kamar ukuran 3×4 meter yang dinding dan lantainya dari bambu berukuran serta peralatan dapur juga disediakan.
Juga hadir di sini Ketua PCIM Malaysia Prof Dr Sonny Zulhuda, Ketua PCIA Malaysia Nita Nasyithah, dan perwakilan dari beberapa PRIM kota lain.
Ketua Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM) Pandan Sutrisno menjelaskan, memilih tempat ini supaya suasan kekeluargaan lebih erat.
”Selepas pengajian bisa diisi dengan keorganisan dan keluarga. Acara juga dihadiri dari teman-teman PRIM dan PRIA lain maka saya bisa katakan ini adalah halal bihalal PRIM-PRIA se Malaysia,” tuturnya bangga.
Pengajian dimulai selepas shalat Maghrib hari pertama oleh Ustadz Muhammad Ali Imran Lc MA, Wakil Ketua PCIM Malaysia.
UMAI, panggilan Ustadz Muhammad Ali Imran, Idul Fitri adalah kesempatan kita untuk menyambung silaturahmi dan bermaafan sesama. Kita ini mempunyai karakter yang berbeda-beda dan tidak luput dari melakukan kesalahan dan menyinggung orang lain.
Dia menjelaskan ceramahnya berdasarkan surat Ali Imran ayat 134.
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
Orang-orang yang menafkahkan (hartanya) di waktu lapang maupun sempit, dan menahan amarah dan memaafkan (kesalahan) orang dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Dia mengulas ada tiga hal yang perlu dilakukan kala kita disinggung atau disakiti orang. Pertama, menahan marah (al-kaziminal ghaiza).
Rasulullah berpesan kepada para sahabat agar bisa menahan marah. Marah bisa merugikan diri sendiri dan orang lain. Al-Quran menganjurkan untuk bisa menahan marah.
Kedua, memaafkan dan berlapang dada (al-aafina anin-naas, fa’fu wasfahu)
”Memaafkan dalam bahasa Arab disebut al’afu (menghapus). Disebut dalam al-Quran 30 kali dan kebanyakan berkaitan dengan memberi maaf ataumemaafkan bukan meminta maaf,” tuturnya.
Selepas kita bisa menahan marah dan memaafkan, sambung dia, kemudian yang ketiga, membalas keburukan dengan kebaikan (wallaahu yuhibbul muhsinin.
Penulis Mundzirin Editor Sugeng Purwanto