Ibarat Buah Tin, Guru Smamsatu Ini Ingin Memberi Banyak Manfaat, liputan Fadhilah Aliannah, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Sosok guru muda berbadan tegap membuat betah siswanya tetap berada di kelas. Selain cara berbicaranya yang ramah, Ustadz Naufal—demikian lelaki bernama lengkap Muhammad Naufal ini biasa dipanggil—juga tak segan memberi nilai lebih bagi siswa yang berkelakuan baik.
Sebab, baginya, pelajaran agama bukan hanya hafalan, tapi penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai guru agama, memberikan teladan yang baik adalah suatu kewajiban. Demikian prinsipnya selama mengajar di SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik.
Selain mengajar pendidikan agama, Naufal adalah pengasuh Muhammadiyah Boarding School (MBS) Madinatul Ilmi yang merupakan salah satu fasilitas pendidikan Smamsatu—sekolah ternama di Kabupaten Gresik yang baru-baru menempati gedungnya yang baru di tengah kota.
Makna Mendalam Buah Tin
Dalam kehidupan sehari-harinya, sebagai seorang guru, Naufal menganalogikan dirinya seperti buah tin.
Menurut suami Roudhotul Khumairoh ini, Tin menjadi buah yang saat itu sangat langka dan digambarkan sebagai buah surga. Karena semua bagian dari buah itu dapat dimanfaatkan hingga dijadikan sebagai nama surah dalam al-Qur’an.
Penghapal al-Quan itu menjelaskan, at-Tin menempati urutan surat ke-95 dalam al-Quran. Diawali dengan ayat yang berarti pernyataan sumpah ditandai dengan huruf wau dengan harakat kasrah. “Sehingga ayat ini berarti, “Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun,” ujarnya, pada PWMU.CO di Smamsatu, Kamis (2/6/2022).
Menurut dia, kelebihan dari buah ini adalah segala yang ada dalam dirinya dapat dimanfaatkan. Ayah Muhammad Ruwefa Nahdan Belveda ini berharap semua yang Allah berikan pada dirinya dapat menjadi jalan untuk memberi manfaat kepada orang lain. Dalam hal ilmu, tenaga, daya pikir, kemampuannya menghafal surah-surah dalam al-Quran hingga kemahirannya dalam berbahasa Arab.
Sebagai contoh pernah ia menjadi penerjemah dalam sebuah seminar internasional yang menghadirkan Syeikh Nashiruddin Ishom Attamady. Seorang penulis buku tajwid I’lamul Awwam. Syeikh tersebut adalah pemegang sanad qiraah Asyro Kubro yang bersambung ke Rasulullah SAW dan juga pengajar ilmu qiraah di Ma’had Qiro’ah dan Ilmu Al Qur’an Al Azhar, Mesir.
Tidak hanya itu, guru muda di salah satu sekolah tertua di Gresik ini juga menjadi penerjemah untuk tamu dari negeri Palestina, Syeikh Ahmed Saleem Abu Anza. Kehadiran syeikh ini tak lepas dari upayanya dalam menjadikan dirinya dapat bermanfaat bagi siapapun, terutama untuk sekolah tempatnya mengajar.
Memaksimalkan Diri sebagai Manusia
Mengambil tafsir dari surat at-Tin pula, Naufal mengungkapkan manusia merupakan makhluk yang sempurna. “Manusia bisa terbang meski tak punya sayap. Lewat akalnya, mereka dapat menciptakan pesawat terbang,” begitu ungkapnya dalam salah satu acara Kultium Jumat Pagi di Masjid Al-Qolam berada di dalam gedung Smamsatu.
“Begitu pula ketika manusia sebagai makhluk yang hidup di darat, tetapi dengan akal pikirannya, mampu membuat kapal hingga dapat mengarungi lautan,” ujarnya.
Menurut alumnus S2 Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu, kesempurnaan manusia itu haruslah dibarengi dengan amal ibadah.
Selagi muda segala kemampuan untuk berbuat kebajikan dan beribadah haruslah benar-benar dilakukan dengan sungguh-sungguh. Karena kelemahan manusia yang paling dikhawatirkan adalah usia yang semakin tua. Semakin lemah dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
“Tapi Allah memberi kabar baik, bila di saat muda manusia itu berbuat kebajikan, maka pahala kebajikan itu akan terus mengalir, meski ia sudah tak sanggup lagi melaksanakannya saat usianya sudah tua,” ungkapnya.
Tafsir inilah yang menjadi pegangan dalam hidupnya agar dapat memaksimalkan diri melakukan yang terbaik selagi muda. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni